1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Harga Naik Tak Pengaruhi Konsumsi Kopi

15 Agustus 2011

Baik itu cappuccino, latte macchiato ataupun espresso, warga Jerman menggemari semua minuman tersebut karena mengandung kopi. Kopi menjadi minuman favorit warga, bahkan melebihi air mineral dan bir.

https://p.dw.com/p/12GS1
Foto: Knut Wiarda/Fotolia

Mungkin itu juga mengapa kenaikan harga kopi dunia tidak berpengaruh banyak terhadap kegemaran menikmati kopi di Jerman. Warga Jerman rata-rata minum sekitar 4 cangkir kopi perhari, atau sekitar 150 liter pertahun. Aroma kopi menjadikannya minuman paling populer di Jerman. Kopi bisa ditemukan di mana saja. Mulai dari kedai kopi, toko roti, penjaja kebab hingga pom bensin.

Jerman, pasar terbesar ketiga di dunia

Menurut perhitungan Asosiasi Kopi Jerman di Hamburg, konsumsi biji kopi di Jerman setiap tahun mencapai lebih dari 500 ribu ton. Yang menjadikannya pasar kopi terbesar ketiga di dunia, setelah Amerika Serikat dan Brasil. Meski harga biji kopi, terutama varian Arabika dan Robusta, telah melonjak tajam dalam beberapa tahun terakhir.

Leon Leschus, seorang ahli komoditas dari Institut Ekonomi Dunia di Hamburg atau HWWI, melontarkan sejumlah alasan di balik kenaikan harga tersebut, "Di satu sisi, terdapat kekurangan suplai dari negara-negara produsen kopi, terutama Kolombia yang gagal panen dalam tiga tahun berturut-turut. Masa panen selalu lebih buruk dari yang diharapkan. Di sisi lain, permintaan terhadap kopi terus meningkat. Terutama permintaan di negara-negara produsen kopi. Ya termasuk diantaranya Brasil."

Harga kopi melonjak tajam

Mulai dari Januari 2010 hingga Januari 2011, harga kopi meningkat sebesar 66 persen. Bukan hanya karena bencana kekeringan atau banjir, bukan hanya karena meningkatnya permintaan hingga harga biji kopi mencapai level tertinggi dalam 14 tahun terakhir. Namun kenaikan harga sebesar ini juga disebabkan oleh para spekulan di pasar saham.

Kopi keliling menggunakan sepeda yang marak di Hannover
Kopi keliling menggunakan sepeda yang marak di HannoverFoto: Jan Sander

"Karena bank-bank sentral dan pasar-pasar finansial menyediakan begitu banyak likuiditas, akibatnya kaum investor menanamkan dana bagi komoditas semata-mata untuk mendiversifikasikan portfolio dan sebagai bentuk investasi lindung nilai terhadap inflasi. Tentu ada banyak alasan di balik keputusan mereka," jelas Leschus.

Dominasi Brasil dan Kolombia

Brasil tetap menjadi negara eksportir biji kopi terbesar bagi Jerman. "Sebagian besar suplai kopi Jerman datang dari Brasil. Kopi Brasil mencakup 37 persen dari pasar kopi global. Peran penting juga dipegang Kolombia, terutama karena kopi Arabika berkualitas tinggi datangnya dari sana. Ada juga Vietnam sebagai produsen kopi Robusta yang terutama digunakan untuk kopi instan," ujar Leschus.

Harga komoditas telah melambung tinggi juga dirasakan oleh Brahim Ben Hicham. Pria asal Maroko yang memiliki kedai dan tempat pengolahan kopi di Euskirchen dekat Bonn. Ben Hicham menawarkan 9 varian kopi yang berbeda dari berbagai negara di sepanjang garis khatulistiwa. Termasuk varian langka Monsooned Malabar dari India. Kopi yang sudah matang dan berwarna merah seperti ceri dimasukkan ke dalam karung, disimpan untuk beberapa lama dan dibiarkan terekspos di musim hujan. Bijinya kemudian akan berwarna kuning, itulah karakter khas varian ini.

"Kami hanya menggunakan lahan terbaik. Ini adalah kopi mewah dan berkelas. Seperti minuman anggur, coklat atau teh. Lahan untuk perkebunannya terpilih. Pemrosesannya pun sangat, sangat teliti dan istimewa," tukas Ben Hicham sembari promosi.

Diversifikasi produk menjadi andalan

Ben Hicham memperoleh produknya dari para importir, yang mendapatkan kopi dari perkebunan-perkebunan kecil yang terpilih. Harga yang harus ia bayar kepada importir saat ini sudah naik antara 60 hingga 70 persen. Inflasi juga berimbas kepada para konsumennya yang sebelumnya sudah harus membayar mahal bagi kopi spesial dagangannya. Sebagai contoh, kopi di toko diskon perkilonya seharga 8 Euro, kuantitas yang sama di tempat Ben Hicham mencapai sekitar 20 Euro. Namun dengan suhu pemanggangan biji kopi yang berbeda, tidak mencapai 500 hingga 700 derajat celsius dalam waktu 2-3 menit, ditambah metode penyiraman air, penyusutan bobot dapat dihindari.

"Biji kopi dipanggang dalam suhu maksimal 190 derajat, untuk paling cepat 17 hingga 18 menit. Periode selama ini membuat kepahitan dan asam tannin biji kopi berkurang. Zat-zat ini dan rasa masam perlahan dihilangkan, kalau tidak lama-lama berubah menjadi asam yang tak sedap. Setiap biji memiliki karakter tersendiri. Yang kita rasakan itu sebenarnya asam. Jika asam tidak dimanfaatkan sebaik mungkin, banyak orang akan bermasalah dengan perut mereka usai mengonsumsi kopi. Rasanya juga menjadi pahit dan tidak nikmat," kembali Ben Hicham berpromosi.

Kopi yang harus difilter yang dulunya umum di Jerman, kini sudah mulai ditinggalkan. Keanekaragaman spesies kopi yang menjadi kata kuncinya akhir-akhir ini bagi pedagang kopi untuk terus meraup keuntungan. Tentunya dari kelompok pecinta kopi di Jerman yang jumlahnya terus bertambah.

Monika Lohmüller/Carissa Paramita

Editor: Dyan Kostermans