1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Harga Mahal Solidaritas

Barbara Wesel
26 November 2015

Presiden Perancis gunakan sebaik mungkin kemungkinan untuk minta solidaritas mutlak Jerman dalam memerangi terorisme. Itu mungkin akan berdampak mahal bagi Angela Merkel. Perspektif Barbara Wesel.

https://p.dw.com/p/1HCzD
Deutschland Merkel Bundestag Haushaltsdebatte
Foto: picture-alliance/dpa/M. Kappeler

Setelah terjadinya serangan terhadap tabloid Perancis, Charlie Hébdo Januari 2015, masih bisa dibayangkan, sejauh apa beban yang harus dipikul Kanselir Jerman Angela Merkel jika solider dengan Perancis. Tanda persaudaraan secara politis yang perlu diberikan ketika itu hanyalah berjalan di sisi Presiden Perancis Francois Hollande, bersama sejumlah politisi lain, ditambah dengan janji untuk mengambil segala tindakan untuk memerangi terorisme. Apa artinya janji-janji seperti itu dalam lingkup Uni Eropa, kini sudah jelas. Tiap negara menolak secara tegas untuk memberikan apa yang tidak ingin mereka berikan.

Barbara Wesel Studio Brüssel
Barbara WeselFoto: DW/G. Matthes

Paris ajukan tuntutan

Tetapi setelah serangkaian serangan berdarah di Paris, segalanya tampak berbeda. Presiden Perancis kini tidak hanya berbicara tentang perang melawan teroris dan Islamic State (IS), ia benar-benar bertekad melaksanakannya. Itu kini dinyatakannya dengan jelas kepada Angela Merkel, saat makan malam di istana Elysée, Paris. Sebaliknya Merkel membawa hadiah bagus bagi Hollande, berupa pengiriman tentara Jerman hingga 650 orang ke Mali. Tujuannya untuk mengurangi beban tentara Perancis di negara Afrika itu. Bagi politik pertahanan Jerman, langkah itu ibaratnya lompatan quantum.

Tapi itu sekarang tidak cukup buat Hollande. Ia ingin keikutsertaan yang lebih jelas, jika mungkin langsung di Suriah dan Irak. Jika Jerman bisa ambil langkah lebih jauh, itu jadi isyarat sangat bagus, demikian Presiden Perancis. Tapi bagus untuk siapa. Tentu baik bagi Hollande, jika ia bisa merangkul Jerman dari segi militer dalam upayanya menghajar IS. Karena dari turnya ke Washington, dan dari pembicaraannya dengan PM Inggris dalam upaya mencari mitra koalisi, tidak banyak bantuan nyata di samping kata-kata indah. Presiden AS Barack Obama enggan terjerumus lebih jauh dalam masalah Suriah. Majelis rendah Inggris bisa setuju negaranya ikut serangan udara di Suriah, tapi keinginan untuk ikut aksi militer kurang.

Frankreich Angela Merkel & Francois Hollande in Paris
Foto: Reuters/P. Wojazer

Jerman sebagai mitra perang lawan IS?

Yang mengejutkan, Angela Merkel memberi isyarat bersedia mempertimbangkan tentaranya mengambil alih tugas tambahan dalam perang lawan IS. Penempatan pesawat pengintai Tornado disebut-sebut. Itu mengejutkan, karena Merkel akan dapat sedikit untung, tapi rugi banyak. Pertama: dari segi politik dalam negeri, Merkel sudah "rugi" banyak karena politik pengungsi. Di samping itu, keikutsertaan dalam serangan udara di Suriah bisa jadi kesalahan berikutnya setelah penempatan di Afghanistan.

Jerman akan terjerat dalam perang tak seimbang dengan dampak tak terprediksi, tujuan tidak jelas dan kemungkinan kecil untuk sukses. Karena tidak ada yang bisa dengan serius mengatakan, IS bisa dikalahkan lewat serangan udara. Pada saat bersamaan, Jerman akan terjerat politik Timur Tengah, yang sampai sekrang tidak ada jalan keluarnya, melainkan hanya problem selanjutnya.

Mengapa Merkel ambil risiko?

Normalnya, Presiden Hollande harus memberikan imbalan secara politis untuk keikutsertaan Jerman. Tapi langkah Holland tidak sesuai dengan sasaran yang dituju Jerman. Upaya Holland merangkul Rusia mengganggu politik Ukraina yang dilancarkan Merkel. Garis keras Merkel terhadap Putin terancam, jika Rusia jadi mitra Perancis melawan IS. Selain itu, Paris kini melupakan sepenuhnya politik penghematan yang dilancarkan Berlin di zona Euro, dengan alasan dana diperlukan untuk melawan teror. Sementara dalam politik pengungsi, di mana Jerman butuh bantuan Perancis, PM Perancis Manuel Valls sudah menyatakan, tidak bisa menerima lebih banyak orang lagi.

Jadi apakah mungkin, kadang orang terlalu solider, atau solider secara salah? Atau Merkel percaya dengan apa yang disebut "perang lawan teror“? Harganya bagi Jerman secara politis bisa sangat tinggi. Terlalu tinggi, jika orang mempertimbangkan kemungkinan sukses yang tidak jelas, dan fakta, "siapa yang ambil langkah berbahaya bisa tewas". Peribahasa itu berlaku bagi politik Timur Tengah.