1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hamas dan Fatah Berniat Bekerjasama

25 November 2011

Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Pemimpin Hamas di pengasingan, Khaled Meshal dalam pertemuan mereka di Kairo, Mesir, hari Kamis (24/11), berhasil mencapai satu kesepakatan bagi satu kemitraan baru.

https://p.dw.com/p/13Gyc
Presiden Mahmoud Abbas (tengah) dan Khaled Meshal (kanan) saat bertemu di Kairo, Mesir, bulan Mei 2011Foto: Picture-Alliance/dpa

Kepada wartawan, Khaled Meshal mengatakan, Hamas dan Fatah telah membuka lembaran baru bersama yang penting. Dan Presiden Abbas menegaskan, kedua kelompok yang bertikai kini sepakat untuk bekerjasama. Tidak ada perbedaan lagi diantara keduanya, dikatakan Abbas.

Setelah pertemuannya dengan Presiden Abbas yang berlangsung selama dua jam, Khaled Meshal mengatakan, "Kami telah membuka satu babak baru. Keinginan untuk bekerjasama demi rekonsiliasi sangatlah besar, Kami ingin menciptakan satu tatanan baru di Palestina."

Pemilu Palestina

Menurut keterangan perwakilan Palestina, salah satu kesepakatan yang dicapai Abbas dan Meshal adalah untuk melaksanakan pemilihan umum presiden dan parlemen pada bulan Mei 2012.

Kesepakatan penyelenggaraan pemilu yang dicapai Hamas dan Fatah tersebut merupakan tindak lanjut dari perjanjian rekonsiliasi yang ditandatangani Fatah dan Hamas di Kairo pada bulan Mei lalu. Dalam perjanjian tersebut, Fatah dan Hamas sepakat untuk mendirikan satu pemerintahan persatuan dan menyelenggarakan pemilu Palestina.

Perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 3 Mei lalu ini dinilai sebagai satu terobosan besar bagi rekonsiliasi dua kelompok yang bersaing ini. Namun, sejauh ini perjanjian tersebut selalu gagal diimplementasikan terutama karena tarik menarik menyangkut komposisi pemerintah transisi dan siapa yang harus memimpinnya.

Hambat Proses Perdamaian

Sementara itu, menanggapi kesepakatan baru antara Hamas dan Fatah, Perdana Menteri Israel Netanyahu melontarkan kecamannya. Kesepakatan antara otoritas Palestina dengan Hamas akan berdampak buruk pada masa depan Palestina dan bagi kelanjutan proses perdamaian. Jika Abbas semakin mendekati Hamas, maka perdamaian akan semakin menjauh, dikatakan juru bicara Netanyahu di Yerusalem.

Pokok sengketa yang menghambat proses perjanjian di Timur Tengah masih belum terselesaikan. Salah seorang pimpinan Hamas, Salah al-Bardawil menyatakan, Hamas masih tetap tidak mengakui negara Israel dan menolak untuk meletakkkan senjata.

Menindaklanjuti kesepakatan baru ini, menurut rencana, Hamas dan Fatah akan kembali bertemu di Kairo pada tanggal 15 Desember mendatang. Dalam pertemuan berikutnya ini akan dibicarakan jadwal konkret pemilu presiden dan parlemen.

Yuniman Farid/dpa/dap/afp Editor: Hendra Pasuhuk