1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

HAM dan Etika Baru "Global Player"

21 Juni 2011

Jika sebuah supermarket di Jerman menjual barang dengan sangat murah, konsumen sering hanya membayar sebagian kecil dari ongkos pembuatan produk tersebut. Karena itu biasanya berkaitan dengan eksploitasi tenaga manusia.

https://p.dw.com/p/11g44
Chained hand of a Pakistani women activist of All Minorities Alliance (APMA), during a rally to mark the International Women's Day in Karachi on Tuesday, 08 March 2005. EPA/AKHTAR SOOMRO +++(c) dpa - Report+++
Gambar simbol penekanan HAMFoto: picture-alliance/ dpa/dpaweb

Tanggungjawab sosial, memperhatikan dampak bagi lingkungan dan berkelanjutan. Kata-kata itu kerap digunakan untuk menjabarkan tujuan perusahaan. Tetapi itu hanya benar-benar dilaksanakan oleh sejumlah kecil “global player”, atau perusahaan besar yang melakukan bisnis dalam skala internasional dan berpengaruh besar.

Tetapi John Ruggie, yang menjadi petugas khusus PBB untuk masalah hak asasi dan perusahaan internasional, yakin bahwa prioritas perusahaan-perusahaan itu akan, dan harus berubah. Ia menjelaskan, “Saya rasa, masalah hak asasi manusia sekarang bisa dibandingkan dengan masalah perlindungan lingkungan 30 tahun lalu. Waktu itu tidak ada perusahaan, yang mengadakan penelitian tentang dampak bisnisnya bagi lingkungan." Ia menambahkan, sekarang hampir semua perusahaan melakukannya. Dalam 30 tahun mendatang sebagian besar perusahaan akan mempertimbangkan hak asasi dalam menjalankan bisnisnya. Banyak perusahaan sudah mulai melakukannya.

Perusahaan Pendahulu

John Ruggie, Sonderberichterstatter der UN für Menschenrechte und Unternehmen, aufgenommen am 20.06.2007 bei einem Vortrag in Berlin. Foto: Klaus-Dietmar Gabbert +++(c) dpa - Report+++
John Ruggie, petugas khusus PBB untuk HAMFoto: picture-alliance/dpa

Salah satu perusahaan yang menjadi pendahulu dalam bidang ini adalah perusahaan raksasa di bidang elektronik, Hewlett Packard, yang kerap disingkat HP. Program-program daur ulang bagi sampah elektronik termasuk serangkaian tanggungjawab perusahaan, yang ditetapkan sendiri, seperti juga misalnya pemeriksaan proses produksi, juga pada penyalur suku cadang.

Seperti pada perusahaan elektronik lainnya, jalur-jalur pemasokan suku cadang kadang sulit untuk ditelusuri kembali. Bahan baku seperti emas, tembaga atau wolfram sering ditambang secara ilegal dari Republik Demokrasi Kongo. Keuntungannya digunakan untuk membiayai perang saudara di negara itu. “Bagi perusahaan kami itu tidak bisa diterima," demikian ditekankan Karl Daumüller, kepala bagian pemeriksaan pada Hewlett Packard cabang Jerman, di kota Böblingen dekat Stuttgart.

HP sudah mulai memperhatikan masalah ini tahun 2007. Tujuan-tujuan kongkrit ada. Daumüller menjelaskan lebih lanjut, "Pertama-tama, kita harus tahu asal bahan baku yang kita gunakan, atau dapat menentukan mineral-meneral mana yang berasal dari daerah-daerah konflik. Tujuan kedua, mengadakan pemeriksaan pada tempat-tempat produksi, yang dalam hal ini memegang peranan penting. Dan tujuan ketiga: pengadaan sistem sertifikasi, dan tentunya juga pengaruh atas politik dan penetapan undang-undang.“

Pengaruh Besar

Das Firmenlogo an der Zentrale des Computerherstellers Hewlett Packard (hp) in Böblingen (Foto vom 09.08.2005). Hewlett-Packard setzt massiv den Rotstift an: Der weltweit zweitgrößte PC-Hersteller streicht 14 500 Stellen oder rund zehn Prozent seiner Belegschaft. Im nächsten Geschäftsjahr ab November sollen dadurch 900 Millionen bis 1,05 Milliarden Dollar gespart werden. Foto: Harry Melchert +++(c) dpa - Report+++
Kantor pusat perusahaan Hewlett Packard di Böblingen, JermanFoto: Gabor Takacs

Jika perusahaan besar berskala internasional seperti Hewlett Packard melancarkan tekanan, hasilnya pasti ada. Sekitar 260.000 orang bekerja di seluruh dunia pada perusahaan pemasok suku cadang bagi HP. Perusahaan-perusahaan itu diperiksa HP tahun 2010. Dalam proses pemeriksaan, berbagai pertanyaan menyangkut kondisi kerja diajukan kepada para pekerja. Mereka yang ingin bekerja pada perusahaan pemasok HP harus menyerahkan sertifikat serta dokumen-dokumen lain. Pemeriksaan juga dilakukan langsung di pabrik atau perusahaan.

"Elemen penting dari pemeriksaan ini adalah tanya-jawab dengan para pekerja, langsung di tempat mereka bekerja. Metode ini penting bagi pemeriksaan karena melaluinya orang sering memperoleh informasi penting dan baik," demikian ditambahkan kepala bagian pemeriksaan pada HP di Jerman, Karl Daumüller.

Jadi itu bisa dilakukan. Sebuah perusahaan dapat termasuk salah satu “global player”, sekaligus memenuhi ketentuan norma kerja dari Organisasi Buruh Internasional (ILO) dan tidak merusak lingkungan, dan pada saat bersamaan memperoleh keuntungan. Karena itulah alasan yang paling sering terdengar, jika pertanyaan tentang penjagaan standar sosial dan lingkungan hidup muncul. Itu masih tergantung kesukarelaan setiap perusahaan. Dan perusahaan sering menolak melakukannya karena alasan persaingan harga terlalu besar, pemeriksaan terlalu sulit dan mahal, juga urusan hak asasi dan hak pekerja adalah masalah setiap negara.

Perusahaan Harus Terima Standar

Swedish Jakob von Uexkull (fourth from left) poses together with Right Livelihood award recipients, after handing over prizes to them at the Swedish parliament in Stockholm, Sweden Monday Dec. 8 2003. Others from left: Chul-young Shin and Kyung-suk Soh of the Citizens Coalition for Economic Justice from South Korea; honorary prize winner former New Zealand Prime Minister David Lange; Nicanor Perlas of the Philippines; Ibrahim Abouleish of Egyptian SEKEM, a network of businesses and social civil groups; Walden Bello of the Philippines. (AP Photo/Ola Torkelsson) ** SWEDEN OUT **
Dr. Ibrahim Aboulesih (kedua dari kanan) ketika menerima hadiah Nobel alternatif di Stockholm (08/12/2003)Foto: AP

Argumentasi seperti itu tidak diterima oleh badan pengurus investasi dan pembangunan Jerman, DEG. Jurubicara dewan pimpinan DEG, Bruno Wenn menekankan, setiap perusahaan harus menerima adanya standar internasional di bidang perlindungan lingkungan dan sosial, juga norma-norma kerja yang ditetapkan ILO.

Seperti halnya badan pembangunan dan bank-bank Jerman, DEG membantu proyek-proyek perusahaan di negara-negara berkembang secara finansial. DEG misalnya membantu perusahaan telekomunikasi Afrika Celtel dan perusahaan teladan Mesir, SEKEM, yang memproduksi obat-obatan serta makanan secara ekologis. Untuk itu, pendiri perusahaan Sekem, Dr. Ibrahim Abouleish mendapat hadiah Nobel alternatif, Right Livelihood Award.

Kapitalisme Yang Etis

Tetapi selama ketentuan kerja dan sosial hanya berupa standar yang dilaksanakan secara sukarela dan hanya berupa saran dari ILO, perusahaan seperti HP atau Sekem akan terus menjadi pengecualian. Itu kekhawatiran yang diutarakan petugas khusus PBB, John Ruggie.

A view of the a sign for Wall Street near the New York Stock Exchange in New York, New York, USA, 12 October 2009. The Dow Jones Industrial average is approaching 10,000 for the first time since last closing above the mark on 03 October 2008. EPA/JUSTIN LANE +++(c) dpa - Report+++
Papan nama jalan di New YorkFoto: dpa

"Apakah kapitalisme yang etis mungkin ada? Tentu saja! Tetapi itu tidak akan berlangsung lama dengan subvensi-subvensi dan peraturan-peraturan yang berjalan ke arah lain. Dengan rangsangan-rangsangan, yang diberikan dalam tahun-tahun belakangan misalnya kepada "Wall Street", orang tidak bisa berharap, nilai-nilai etis akan berhasil dijalanan dengan mudah, untuk mengimbanginya.Itu tidak mungkin terjadi. Manusia tidak berfungsi seperti itu," demikian John Ruggie.

Oleh sebab itu, John Ruggie mengembangkan sejumlah langkah yang mencegah pelanggaran hak asasi oleh perusahaan dan menawarkan perlindungan hukum efektif bagi orang-orang yang sudah menjadi korban. Rencana tersebut akan segera dibicarakan dalam dewan hak asasi manusia PBB di Jenewa. Itu adalah tugas berat karena mencakup 80.000 perusahaan internasional dan 192 negara anggota PBB, tetapi menjadi langkah besar untuk masa depan.

Helle Jeppesen / Marjory Linardy

Editor: Vidi Legowo