1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hakim Awam di Jerman

9 April 2008

Ada 61.000 lowongan pekerjaan istimewa, tetapi sangat sedikit peminatnya, yaitu pekerjaan sebagai hakim awam. Ini merupakan pekerjaan sukarela tanpa imbalan.

https://p.dw.com/p/Df4d
Thomas Winkler (kanan), seorang hakim awam mendampingi dua hakim profesi dalam sebuah perkara tindak pidana anti orang asing di Magdeburg.Foto: picture-alliance/ dpa

Di Jerman orang yang melakukan tindak kejahatan tidak hanya akan berurusan dengan polisi dan hakim, melainkan juga dengan hakim awam. Schöffen, yaitu hakim awam itu merupakan keistimewaan dalam sistem peradilan di Jerman. Mereka adalah warga biasa yang bekerja tanpa imbalan, dan bersama-sama dengan hakim profesional mengambil keputusan. Hakim awam ini posisinya sama seperti hakim profesi. Punya kedudukan yang sama, bobot suara yang sama dan hak yang juga hampir sama. Suara Schöffen atau hakim awam ini dapat saja mengalahkan hakim profesi. Kasus-kasus yang mereka tangani, sebagiannya cukup berat. Hasso Lieber adalah ketua dari Perhimpunan Hakim Awam di Jerman. Dia menerangkan:

"Pada pengadilan tinggi bisa saja kasus pembunuhan. Dan dampaknya, mereka juga ikut menjatuhkan hukuman seumur hidup. Atau kasus kejahatan di bidang ekonomi, kasus penjarahan berantai, perkosaan, penyiksaan atau perampokan. Di pengadilan negeri tindak pidananya tidak terlalu berat, seperti upaya perkosaan, pemukulan, pencurian. Delik kejahatan, yang hukumannya berkisar pada dua tahun atau lebih. Ini biasanya juga ditangani bersama dengan hakim awam."

Untuk dapat menjadi Schöffe atau hakim awam, ada syarat yang harus dipenuhi. Yaitu, berusia antara 25 sampai 69 tahun, berkewarga-negaraan Jerman dan tidak pernah dihukum. Selain itu ia harus pula memiliki pengetahuan kemanusiaan, punya pengalaman hidup dan pengalaman bekerja. Sebab seorang hakim awam tidak hanya mengambil keputusan mengenai hukuman. Demikian menurut Werner D'Hein yang selama bertahun-tahun menjadi hakim awam. Kemudian dikatakannya:

"Seorang hakim, seorang jaksa dan juga seorang pembela bisa saja -karena keseharian tugasnya- katakanlah 'buta' terhadap berbagai hal, atau hanya mengambil keputusan menurut peraturan yang tertulis saja. Kurang memperhatikan segi-segi kemanusiaan dalam kasus yang ditangani. Tetapi saya sering merasakan, bahwa hakim-hakim muda sangat berterima kasih pada nasihat atau pendapat yang mereka peroleh dari para hakim awam."

Sebagai perbandingan: Hakim sukarela di Inggris atau di AS memutuskan apakah seseorang itu bersalah atau tidak. Sedangkan hakim awam di Jerman juga ikut menentukan besar kecilnya hukuman, bersama-sama dengan hakim profesi.

Sekarang ini jumlah hakim awam di Jerman berkisar pada 61.000 orang. Tugas mereka dimulai pada hari pertama proses pengadilan. Berbeda dengan hakim di pengadilan itu sendiri, para hakim awam itu sebelumnya tidak perlu menggeluti berkas-berkas mengenai perkara yang disidangkan. Mereka mendampingi hakim utama dan mengajukan pertanyaan pada tertuduh. Baru kemudian mereka semua merembukkan keputusan yang akan diambil. Werner D'Hein yang selama enam tahun menjadi hakim awam di kota Bonn mengemukakan:

"Tentu tidak mudah. Saya juga tidak ingin merahasiakan, bahwa saya cenderung bersikap lunak, karena saya sering merasa kasihan pada para tertuduh itu. Tapi tidak boleh dilupakan, ada orang yang menjadi korban si pelaku kejahatan, dan kepentingan mereka juga harus diperhatikan. Kalau dijatuhkan vonis tahanan, dan kita tahu dia benar-benar dipenjarakan, maka ini keputusan yang berat."

Sejarah adanya hakim awam di Jerman sudah ratusan tahun. Yaitu ketika sidang pengadilan masih dilakukan di bawah pohon besar di tiap desa. Dan setelah desa itu terus berkembang semakin besar, maka tugas-tugas mengadili dilimpahkan kepada hakim awam sebagai wakil dari masyarakat setempat. Kemudian setelah terjadinya revolusi sipil tahun 1848, wujud jabatan hakim awam adalah seperti sekarang ini. Ada tradisi hakim awam yang sudah berkembang, seperti misalnya di Bulgaria, Italia dan Spanyol. Tetapi tugas yang diemban hakim awam tidaklah bertambah mudah. Kata Werner D'Hein selanjutnya:

"Kami sangat banyak menghadapi delik narkotika, delik penipuan, tindakan melukai orang lain dan sejenisnya. Kita jadi tahu akan banyak hal dari kehidupan sehari-hari yang tidak kita duga sebelumnya. Terutama dalam kasus-kasus narkotika, kita bisa melihat, apa saja yang bisa dilakukan oleh seseorang bila dia sudah kecanduan. Kadang-kadang ini sangat menyentuh perasaan saya."

Orang yang ingin menjadi hakim awam dapat mengajukan lamaran ke kotapraja setempat dan namanya akan dicantumkan dalam daftar usulan yang terbuka. Dengan demikian masyarakat juga dapat menyampaikan keberatan terhadap orang-orang tertentu. Kemudian sebuah komisi pemilihan hakim awam akan menjatuhkan pilihan. Masa tugas hakim awam itu biasanya lima tahun.

Sekarang ini di Jerman sedang berlangsung tahapan pengajuan lamaran, yang biasanya berakhir pada pertengahan tahun, agar proses pemilihan dapat berlangsung. Karena bulan Januari 2009 seluruhnya 61.000 jabatan hakim awam akan diisi dengan orang-orang baru. Tetapi justru di kota-kota besar sangat sulit untuk memperoleh peminat bagi jabatan sukarela tanpa imbalan ini. Perasaan terikat dengan kotapraja setempat tidak terlalu menonjol.

Selain itu warga kota besar umumnya khawatir akan mendapat kesulitan di tempat kerjanya, kalau setiap ada jadwal pengadilan ia harus meminta pembebasan tugas pada atasannya. Hakim awam tidak dapat memilih jabatan dengan sedikit atau banyak perkara yang harus ditangani. Siapa yang menjadi hakim awam pada pengadilan negeri, mungkin hanya bertugas sekali sebulan, sedangkan di pengadilan tinggi, perkara pengadilan dapat berlangsung selama sebulan penuh. Tetapi masih ada masalah lainnya, seperti yang dikatakan oleh Hasso Lieber dari Perhimpunan Hakim Awam:

"Orang-orang yang djumpai di jalan, kalau Anda tanya, mereka tahu lebih banyak tentang sistem yang berlaku di AS daripada di Jerman sendiri. Tentunya berkat roman atau serial televisi dari AS seperti Grisham atau CSI. Selain itu, kalau tidak terdapat cukup orang yang mau menjadi hakim awam, maka dilakukan pemilihan dengan komputer yang secara acak mengeluarkan jumlah nama yang diperlukan. Ini tentu proses pemilihan yang kacau, karena kita tidak tahu pasti, siapa yang duduk di kursi hakim awam." (dgl)