1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hadapi Korea Utara, Jepang Kerahkan Roket Patriot

9 April 2013

Jepang bereaksi terhadap provokasi dari Korea Utara. Pemerintah Jepang memerintahkan penempatan dua sistem penangkal rudal Patriot untuk melindungi Tokyo.

https://p.dw.com/p/18CLf
Patriot Advanced Capability-3 (PAC-3) missiles at the Defence Ministry in Tokyo April 9, 2013.
Roket Patriot di JepangFoto: Reuters

Sistem penangkal rudal canggih Patriot Advanced Capability 3 (PAC3) disiagakan di halaman Kementerian Pertahanan di Tokyo untuk mengantisipasi serangan roket dari Korea Utara. Selain itu, dua sistem penangkal rudal disiagakan untuk melindungi Tokyo dan sekitarnya.

”Pemerintah melakukan segala upaya untuk melindungi warga dan menjamin keselamatan mereka”, kata Perdana Menteri Shinzo Abe kepada wartawan Selasa (09/04). Ini hanyalah langkah hati-hati. ”Untuk saat ini yang terpenting adalah menerapkan sanksi Dewan Keamanan PBB,” kata Abe.

Rejim Korea Utara dan Kim Jong Un beberapa kali mengeluarkan ancaman akan menyerang Korea Selatan dan Jepang. Korea Utara diberitakan menempatkan sistem rudal di pantai timur. Roket Korea Utara punya jangkauan 4000 kilometer dan bisa mencapai Korea Selatan, Jepang dan pangkalan militer Amerika di Pulau Guam. Sekalipun pengamat memperkirakan serangan itu hanya taktik Kim Jong Un, Jepang segera bereaksi.

Perlindungan Keamanan

Para pengamat memperkirakan, Korea Utara bisa melakukan ujicoba roket pertengahan minggu ini. Karena itu, Menteri Pertahanan Jepang Itsunori Onodera hari Senin (08/04) mengeluarkan perintah untuk menembak roket Korea Utara yang mengancam teroritorial Jepang.

Angkatan Laut Jepang mengirim kapal perang "Aegis” untuk berjaga-jaga. Jepang memiliki kapal perang yang dilengkapi sistem penangkal rudal. ”Kami melakukan segala hal untuk memberi perlindungan keamanan bagi rakyat kami,” tandas jurubicara pemerintah Yoshihide Suga.

Korea Utara hari Senin (08/04) kembali mengeluarkan ancaman terhadap Jepang. ”Kami memperingatkan Jepang agar tidak buta mengikuti politik Amerika,” demikian ditulis dalam koran resmi pemerintah Korut ”Rodong Sinmun”. Jepang akan ”membayar harga yang tinggi untuk sikapnya”.

Perang Kata-Kata

Toshimitsu Shigemura, Profesor Universitas Waseda untuk hubungan internasional menerangkan, langkah Jepang murni hanya langkah pengamanan. Ia tidak percaya Korea Utara benar-benar akan menyerang Jepang. ”Ini perang verbal, yang tidak disertai dengan pengerahan militer”, kata Shigemura kepada kantor berita AFP. ”Pemerintah Jepang tahu dari data-data satelit, bahwa Pyongyang tidak mengerahkan pasukan, kecuali memindahkan peluncur roket ke pantai timur.”

Korea Utara melanjutkan provokasinya dan mendesak semua warga asing di Korea Selatan agar meninggalkan kawasan itu. Kantor berita KCNA mengutip pernyataan sebuah komisi dan menyebutkan, Korea Utara tidak ingin warga asing menjadi korban dalam konflik.

Sebelumnya, rejim Korut sudah mengumumkan akan menarik semua pekerjanya dari kawasan industri Kaesong. Sekitar 53.000 pekerja Korut bekerja di lebih dari 100 pabrik di Kaesong. Kawasan industri ini adalah proyek kerjasama ekonomi antara selatan dan utara. Proyek ini merupakan sumber devisa penting bagi Korea Utara.

HP/AB (rtr, afp, dpa)