1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Parade Karnaval untuk Protes Politik

Ulrike Hummel3 Maret 2014

Rosenmontag (Senin Mawar) di tepi sungai Rhein. Badut-badut menggunakan parade karnaval untuk mengkritik politik. Bagi sebagian warga Köln itu kurang tajam. Mereka gunakan parade untuk protes.

https://p.dw.com/p/1BIY0
Pappnasen Rotschwarz dengan slogan "tertawakan warga yang jadi bodoh di dunia ini"Foto: DW/P.Beucker

Seorang pria dan seorang perempuan sedang menghias mobil parade. "Jecke, hört die Signale" (Badut-badut, dengar isyarat!) adalah salah satu slogan yang akan mereka gunakan.

Keduanya termasuk kelompok karnaval dari kota Köln, yang bernama Pappnasen Rotschwarz. Mereka ikut serta parade karnaval yang secara tradisional diadakan setiap hari Rosenmontag atau Senin Mawar, yang tahun 2014 jatuh pada Senin 3 Maret, dan mereka menggunakannya untuk aksi protes politis. Tahun ini mereka memprotes aksi mata-mata yang dilakukan NSA dan dinas rahasia lainnya. Mereka juga menuntut diberikannya suaka bagi whistleblower Edward Snowden, oleh karena itu mereka juga menggunakan peluit sebagai salah satu simbol utama aksi mereka.

Pada hari Rosenmontag, jalan-jalan di Köln penuh dengan badut, orang-orang yang mengenakan kostum tentara Prusia dan kostum lain. Parade karnaval pada hari ini selalu dipenuhi kendaraan hias dengan moto-moto politik.

Die „Pappnasen Rotschwarz“ bereiten sich auf den Rosenmontag 2014 vor
Anggota Pappnasen Rotschwarz ketika mempersiapkan patung badut untuk pawai RosenmontagFoto: A. Krüger

Melanjutkan Tradisi Mengkritik Atasan

Tetapi bagi kelompok Pappnasen Rotschwarz kritik sering kurang tajam. Mereka ingin melanjutkan tradisi mengkritik atasan. Banyak anggota kelompok ini aktif di dunia politik, misalnya pada kelompok pengkritik globalisasi Attac, dalam Gerakan Occupy juga dalam berbagai kelompok berhaluan kiri.

Di Köln sudah lama diadakan apa yang disebut dalam dialek Köln "Zoch vorm Zoch" atau pawai sebelum pawai. Dalam pawai ini Pappnasen Rotschwarz dan kelompok-kelompok alternatif lain ikut serta. Mereka melalui jalan-jalan yang juga akan dilalui parade karnaval yang resmi. Pappnasen Rotschwarz sekarang jadi kelompok terbesar dalam Zoch vorm Zoch. "Kami selalu berjumlah sekitar 100 orang," kata Tilman Lenssen-Erz, yang sudah ikut sejak awal. "Jadi panjang pawai kami kira-kira hampir 100 meter, dan penuh dengan mobil berhias dengan patung-patung".

Pawai mereka selalu ditonton banyak orang. Karena ratusan orang sudah menunggu di sepanjang jalan-jalan yang akan dilewati parade, jauh sebelum parade dimulai. Kelompok Attac mendapat ide mengadakan pawai itu tahun 2006. Sejak 2007, Pappnasen Rotschwarz ikut parade karnaval Rosenmontag.

Die „Pappnasen Rotschwarz“ bereiten sich auf den Rosenmontag 2014 vor
Pappnasen Rotschwarz mempersiapkan aksi dalam karnaval 2014.Foto: A. Krüger

Awalnya pemerintah kota tidak menganggap protes mereka lucu. Memang polisi memperbolehkan mereka berpawai, tetapi kejaksaan kota kemudian mengadakan penyelidikan terhadap mereka, berkaitan dengan pelanggaran terhadap undang-undang pertemuan. Namun akhirnya disepakati, bahwa para pengkritik globalisasi mendaftarkan Zoch vorm Zoch sebagai aksi demonstrasi, dan itu diijinkan pemerintah kota.

Tilman Lenssen-Erz mengatakan, karena aksi protes ini diadakan dalam rangka karnaval, maka orang dengan senang menerimanya. Bagi anggota Pappnasen Rotschwarz ini juga kegiatan menyenangkan. Setiap tahun mereka punya topik politik berbeda-beda. Tahun lalu mereka menuntut ditetapkannya pajak bagi orang-orang kaya di Jerman. Untuk itu mereka menempatkan patung badut besar dalam kostum Robin Hood. Tahun ini patung itu ditampilkan sebagai whistleblower.

Sebarkan Pamflet, Bukan Gula-Gula

Selain itu Pappnasen Rotschwarz juga membuat patung gurita raksasa berwarna hijau yang menyimpan banyak data. Gurita ini menggambarkan berbagai dinas rahasia yang ikut campur berbagai hal dan mengambil data, demikian dijelaskan Resi Maschke-Firmenich, yang dulu ikut karnaval tradisional sebagai penari. Karena ia tidak menyukai topik-topik yang ditampilkan kelompok karnaval biasa, ia berhenti berpartisipasi. Dengan Pappnasen Rotschwarz ia kembali lagi ikut karnaval.

Resi Maschke-Firmenich
Resi Maschke-FirmenichFoto: A. Krüger

Seperti kelompok karnaval lainnya yang membagi-bagikan gula-gula serta coklat, Pappnasen Rotschwarz juga punya sesuatu yang dibagi-bagikan, tetapi mereka menyebarkan pamflet politik kepada warga. Kali ini, sesuai motonya, "Jecke, hört die Signale", Resi Maschke-Firmenich mengatakan, mereka membagikan apa yang disebutnya "protokol hasil penyadapan." Ia menambahkan, "Dari sejarah hidup yang dimiliki orang pada umumnya, diselipkan tindakan-tindakan teroris hasil konstruksi mereka." Di masa skandal NSA, karnaval juga jadi hal yang serius.