1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gempuran Baru terhadap Abu Sayyaf

13 Agustus 2007

Pasukan Filipina kembali melancarkan operasi militer besar-besaran di proninsi Sulu, Filipina Selatan. Yang unik, Presiden Gloria Macapagal Arroyo mengumumkan hal itu dalam sebuah pertemuan dengan kalangan bisnis di Manila, hari Senin (13/07).

https://p.dw.com/p/CP43
Pasukan Filipina
Pasukan FilipinaFoto: ap

Baru sesudah itu, Menteri Pertahanan Gilberto Teodoro menyelenggarakan jumpa pers. Keduanya menekankan, operasi militer itu akan sepenuhnya dibatasi pada perburuan terhadap kelompok Abu Sayyaf. Betapa seriusnya operasi militer itu terlihat dari tindakan Presiden Arroyo yang juga memindahkan untuk sementara markas besar Angkatan Darat dari Manila ke Zamboanga, di Filipina Selatan.

Operasi berkekuatan 12 ribu tentara ini ini dilancarkan sebagai reaksi atas serangan hari Kamis lalu di pulau Jolo, yang menewaskan 26 serdadu Filipina. Disebut-sebut, dua teroris asal Indonesia, Dul Matin dan Umar Patek. Para pengamat menyebut, pelaku serangan itu sebetulnya adalah kaum militan dari Front Pembebasan Nasional Moro, MNLF.

Dalam keterangan khusus kepada radio Deutsche Welle, Jenderal Edgardo Gurrea, koordinator Komitee Bersama untuk Penghentian Permusuhan di Filipina Selatan, menjelaskan:

"Mereka adalah kelompok pembangkan di tubuh MNLF. Sedangkan para pimpinan MNLF di provinsi Sulu justru terus melakukan pembicaraan dengan para pejabat pemerintah. Karena kami bertekad untuk mewujudkan perdamian yang disepakati dalam perjanian tahun 1996. Itu sebabnya, operasi ini sasarannya sangat terbatas. Yakni memburu kelompok Abu Sayyaf, dan anggota MNLF yang membangkang. Dan tidak dilancarkan terhadap para tokoh MNLF secara keseluruhan".

Para pengamat menilai, pemerintah sengaja tidak menyebut-nyebut keterkaitan MNLF, untuk menjaga perjanjian damai yang ditandatangani di Jakarta tahun 1996, atas sponsor Indonesia. Sedangkan dalam serangan hari Kamis itu, menurut Julkipli Wadi, seorang profesor di Universitas Filipina, tak satupun anggota Abu Sayyaf yang terlibat.

Ini dibantah jenderal Edgardo Guerra, yang tengah berada di Kagayan, untuk memonitor operasi militer itu:

"Oh, tidak, tidak. Petunjuk-petunjuknya jelas sekali mengenai keterlibatan kelompok ini. Mereka menjalankankan peran yang sangat nyata dalam serangan itu. Para tokoh yang terlibat, maupun peralatan yang digunakan dalam serangan, jelas menunjukan bahwa ini perbuatan Abu Sayyaf."

Serangan hari Kamis memanaskan lagi situasi di Filipina Selatan. Serangan sebelumnya terjadi awal Juli lalu oleh anggota organisasi militan lainnya, Front Pembebasan Islam Moro, MILF. Para marinir yang tengah mencari keberadaan seorang pastor Italia yang diculik, disergap. Jenazah 10 dari 145 marinir yang tewas, ditemukan dalam keadaan terpenggal. Abu Sayyaf dituding sebagai pelaku pemenggalan.

Dalam operasi militer kali ini, pasukan pemerintah menyatakan tidak akan memasuki wilayah yang dikuasai MILF. Kendati di lapangan, praktiknya tidak akan terlalu mudah. Itu sebabnya, kata Jenderal Edgardo Guerra:

"Kami bekerja sama secara erat dengan berbagai tokoh di Basilan, untuk menghindari bentrokan tak sengaja antara tentara pemerintah dengan MILF. Kemudian ada pula suatu rencana, yang semoga bisa diwujudkan secepatnya. Yakni, MILF dengan suka rela memberi jalan kepada para prajurit yang melakukan perburuan kaum militan, khususnya di basilan. Dengan demikian tidak akan terjadi bentrokan yang tak tak perlu."

Perjanjian damai antara kelompok separatis Moro yang diwakili MNLF dan pemerintah Filipina di Jakarta tahun 1996, melahirkan konsep Wilayah otonomi Moro. Namun merajalelanya korupsi mengakibatkan wilayah berpenduduk Muslim itu dililit kemiskinan. Pecahan MNLF, yakni MILF, kembali mengangkat senjata. Sampai akhirnya mereka setuju untuk maju ke meja perundingan, tiga tahun lalu.

Di luar itu ada kelompok Abu Sayyaf yang memilih jalan kekerasan dan kekejaman. Mereka bahkan dikenal dengan aksi penggal kepala dan penculikan. Tetapi apakah benar para tokoh Moro dari MILF maupun MNLF sepenuhnya tak terkait dengan Abu Sayyaf? Kembali Jenderal Edgardo Guerra:

"Mereka benar-benar menjaga jarak dari Abu Sayyaf. Mereka mendukung sepenuhnya langkah tentara dalam menumpas Abu Sayyaf. Mereka bahkan membantu tentara, khususnya dalam mengucilkan orang-orang yang diketahui mendukung Abu Sayyaf. Mereka sangat bersungguh-sungguh."