1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Ganggu Diagnosis HIV, Australia Akhiri Uji Coba Vaksin

11 Desember 2020

Uji coba vaksin Universitas Queensland-CSL telah dihentikan lantaran diyakini mengganggu diagnosis HIV. Perusahaan tersebut berencana beralih memproduksi lebih banyak unit vaksin Oxford-AstraZeneca sebagai gantinya.

https://p.dw.com/p/3mYQW
Peneliti mengembangkan vaksin CSL
Foto: picture alliance / AAPIMAGE

Australia pada hari Jumat (11/12) menghentikan pengembangan vaksin COVID-19 produksi dalam negeri, setelah beberapa peserta uji coba tahap awal menunjukkan hasil tes HIV positif yang palsu.

Vaksin yang tengah dikembangkan oleh Universitas Queensland dan perusahaan bioteknologi CSL "tidak akan dapat dilanjutkan berdasarkan saran ilmiah, dan tidak akan lagi menjadi bagian dari rencana vaksin Australia," kata Perdana Menteri Scott Morrison.

CSL mengklaim bahwa untuk sementara, tidak ada efek samping yang serius dalam percobaan tahap 1 dari 216 peserta. Namun data menunjukkan antibodi yang telah dikembangkan tersebut mengganggu diagnosis HIV dan menyebabkan hasil positif palsu pada beberapa tes HIV.

Akibatnya, pengembang vaksin mengatakan, setelah berkonsultasi dengan pemerintah Australia, mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan uji coba fase dua dan fase tiga.

Bagaimana uji coba bisa ganggu diagnosis HIV?

Peneliti universitas memasukkan sejumlah kecil protein HIV sebagai "penjepit molekuler" dalam perancangan vaksin.

"Meskipun peneliti universitas telah mengkonfirmasi bahwa fragmen protein sama sekali tidak menimbulkan risiko kesehatan bagi orang yang telah menggunakan vaksin, mereka telah mengidentifikasi sebagian respon antibodi terhadapnya di antara peserta uji coba," kata Menteri Kesehatan Greg Hunt.

“Hasil ini berpotensi mengganggu beberapa tes penyaringan HIV yang mengarah pada hasil tes positif palsu,” tambahnya.

CSL menekankan bahwa tidak ada peserta yang tertular infeksi HIV.

"Saya ingin menekankan bahwa tidak ada reaksi kesehatan yang merugikan dan tidak ada kemungkinan vaksin dapat menyebabkan infeksi HIV," kata Kepala Ilmuwan CSL Andrew Nash.

"Hasil ini menyoroti risiko kegagalan yang terkait dengan pengembangan vaksin, dan penilaian ketat yang terlibat dalam pengambilan keputusan tentang penemuan tersebut," kata Nash.

Sementara uji coba itu dibatalkan karena adanya kekhawatiran dapat merusak kepercayaan publik terhadap vaksinasi, kata Sekretaris Departemen Kesehatan Brendan Murphy.

Vaksin tersebut merupakan salah satu dari empat kandidat yang dikontrak oleh pemerintah Australia. Kesepakatan telah dibuat untuk pemesanan 51 juta dosis vaksin dan pemerintah berharap inokulasi akan tersedia pada pertengahan 2021.

CSL beralih memproduksi vaksin saingan

Pembuat vaksin mengatakan mereka sekarang akan memproduksi 20 juta dosis vaksin tambahan yang dikembangkan oleh Oxford-AstraZeneca sebagai gantinya. 

Australia juga memiliki perjanjian dengan BioNTech-Pfizer untuk 10 juta dosis vaksin yang diperkirakan akan disetujui oleh regulator negara pada Januari 2021.

Dengan populasi sekitar 25 juta orang, Australia telah mencatat sekitar 28.000 kasus virus corona sejak pandemi merebak. Sejauh ini, pemerintah Australia telah mengamankan 140 juta unit vaksin, salah satu rasio pembelian vaksin tertinggi di dunia, kata para pejabat.

ha/rap (AFP, Reuters, dpa)