1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

071210 Cityfarming London

20 Januari 2011

Sebuah proyek agrikultur, muncul dari tempat yang kurang lazim, yaitu sebuah bekas toko. Selain beternak, FARM: Shop menanam sayuran yang diperlukan untuk makanan sajian restaurant di tempat itu.

https://p.dw.com/p/zzxT
Foto: picture-alliance / dpa/dpaweb

Tujuan dari FARM: Shop adalah membangun kesadaran publik, mendorong dan mendidik konsumen, bahwa penggunaan makanan yang diproduksi lokal merupakan pilihan paling aman. FARM: Shop mengkombinasikan teknologi canggih dengan prinsip-prinsip pertanian yang terpercaya dan ini merupakan model pertanian yang efisien di tengah hutan perkotaan.

Dilihat dari luar, bangunan di jalan Dalston 20 itu biasa saja, tak beda dengan toko-toko yang menjemukan di London. Tapi bila kita intip ke dalam lewat jendela-jendelanya, dalam toko itu tampak seperti laboratorium. Di dalam sebuah tanki air raksasa yang dilengkapi kabel-kabel, air bergolak. Seperti dalam ketel yang mendidih. Rak-rak di tembok, bukan dihuni oleh buku-buku, melainkan dihiasi tanaman rambat.

“Ini merupakan sebuah proyek untuk melihat seberapa banyak sayuran yang bisa kita hasilkan di toko ini. Bangunan ini terdiri dari tiga lantai dan terdapat berbagai tanaman di setiap lantainya. Kami juga punya halaman belakang, yang kami manfaatkan dengan membangun Polytunnel dan kita bisa dapatkan tanaman yang bisa dimakan di sana,” dijelaskan Andy Merritt, salah seorang anggota kelompok “Something and Son”, sebuah sanggar eko-sosial yang mendirikan FARM: Shop pada akhir Oktober 2010.

Proyek ini ingin menyediakan layanan kebutuhan penduduk kota, makanan yang mereka konsumsi dan bagaimana serta tempat makanan itu dihasilkan. Merritt menunjukan sebuah teknologi baru pertanian yang sudah diimplementasikan di sini.“Ini merupakan ruang aquaponics. Prinsipnya, kolam atau aquarium untuk ikan ini dihubungkan pada lahan yang ditumbuhi sayuran, semua air buangan ikan dipompakan ke tanaman-tanaman. Tanaman itu menyerap nutrisi atau vitamin dari kotoran ikan dan pada waktu yang bersamaan air dalam tangki tersuling jadi bersih. Kemudian dipompakan kembali ke kolam ikan atau aquarium. Jadi tanaman tak perlu lagi diberi pupuk karena semua nutrisinya diperoleh dari kotoran ikan.”

Sampai saat ini, baru ada satu perusahaan Inggris yang menjual Aquaponics ke seluruh Eropa. Pendirinya Sam Henderson, yang juga bekerjasama erat dengan petani di luar London, mengatakan, system eco-loop seperti ini akan menjadi pilihan tepat di masa depan. “Banyak tanaman di sini berdasar pada sistem agraria abad ke -19. Idenya adalah tanaman membutuhkan nitrogen, itu saja cukup. Aquaponics harus dipahami sebagai: bagaimana keseluruhan sistem ekologi itu bisa menghidupi dirinya sendiri. Ini merupakan sistem pertanian cerdas. Bila Anda dapat memperoleh sesuatu dari alam secara cuma-cuma dengan cara cerdas, tentu itu menakjubkan.”

Seperti pada anggrek, tanaman yang baru tumbuh seperti selada ditempatkan pada batok kelapa berserat yang diberi sedikit tanah, sebelum dipindahkan ke rak-rak di ruang tanaman rambat. Kemudian dipindah lagi ke papan busa yang mengapung di atas system Aquaponics. Cahaya diperoleh dari penerangan buatan yang digantung di langit-langit. Dalam dua minggu, ukuran tanaman itu menjadi dua kali lipat besarnya.

Tanaman-tanaman yang ukurannya lebih besar seperti kale, brassica dan kacang kapri dipelihara di Polytunnel yang terletak di halaman luar. Sementara jamur ditanam di atas serbuk gergaji dan jerami di gudang bawah.

Para pelanggan FARM:Shop, dapat makan di kafe dan restaurant yang tersedia di toko pertanian itu. Para pelanggan juga dapat membeli kotak-kotak sayuran dari hasil tani lokal di sekitar London. FARM: Shop melayani dengan menjadi penghubung. Dipaparkan Henderson,“Ini seperti jenis pengalaman baru dalam mengkonsumsi makanan. Semua berdasarkan hubungan langsung di pertanian. Kami menyiapkan kotak-kotak, yang bisa diisi denagn semua sayuran yang tumbuh di Inggris dan Anda bisa juga datang kemari untuk menjemput kotak yang isinya hasil panen dari perkebunan yang tak sampai 30 mil jaraknya dari sini. Saya rasa hal seperti ini bisa ditiru, jadi di setiap kafe dan restaurant bisa berhubungan langsung setidaknya dengan satu pertanian.“

Di FARM: Shop, selain terdapat ayam, di akuarium juga terdapat ikan, seperti ikan Tilapia, yang juga menjadi menu di restaurant FARM: Shop. Terlepas dari memelihara hewan dan tumbuhan, FARM: Shop juga menyediakan kegiatan penyuluhan bagi masyarakat umum mengenai kerja yang mereka lakukan. Meskipun ini merupakan konsep baru, FARM: Shop sebenarnya juga mengembalikan London kepada tradisi lama, misalnya dengan memelihara hewan di halaman belakang.

Masa depan pertanian tak melulu tergantung pada teknologi baru, ujar Merrit. “Banyak orang datang dengan ide yang mengawang-awang misalnya bertani di gedung pencakar langit. Itu bisa saja terjadi, tapi saya meragukan itu. Saya rasa akan lebih banyak orang menggunakan teknologi sederhana. Mereka akan menggunakan tempat yang ada, lalu mempertimbangkan apa yang dapat mereka tanam di situ, menggunakan kreativitas dalam melakukannya.“

Siapa tahu, setiap orang mungkin bisa menjadi petani, tanpa perlu meninggalkan rumahnya yang nyaman.

Sarah Stolarz/Ayu Purwaningsih

Editor: Hendra Pasuhuk/Edith Koesoemawiria