1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Faktor Cuaca Halangan Utama

Hendra Pasuhuk6 Januari 2015

Pencarian jenazah penumpang dan badan pesawat AirAsia QZ8501 terus menghadapi tantangan cuaca buruk. Kementerian Perhubungan dan Bandara Juanda Surabaya memutasi beberapa pejabat dan pegawai yang dianggap lalai.

https://p.dw.com/p/1EFY2
Foto: Reuters/Beawiharta

Faktor cuaca menjadi hambatan utama dalam upaya pencarian badan pesawat dan jenazah penumpang AirAsia QZ8501, yang jatuh di Selat Karimata dalam perjalanan dari Surabaya ke Singapura akhir Desember lalu.

Hingga berita ini diturunkan, tim pencari dari Badan SAR Nasional (Basarnas) sudah berhasil mengevakuasi sedikitnya 39 jenazah. 37 jenazah sudah dikirim ke Surabaya.

Upaya pencarian badan pesawat masih belum membuahkan hasil, sekalipun teknologi sonar dan tim penyelam sudah dikerahkan. Jarak pandang di bawah air diberitakan mendekati 0 meter.

Pencarian kini difokuskan pada badan pesawat bagian belakang, yang biasanya menjadi lokasi penyimpanan kotak hitam (black box). Kotak hitam itu terdiri dari pencatat data pesawat dan perekam suara kokpit.

Penemuan kotak hitam diharapkan bisa mengungkap, apa yang sebenarnya terjadi di atas AirAsia QZ8501 dan mengapa pesawat tipe Airbus A320-200 itu jatuh dan tenggelam di laut.

Manajemen penerbangan simpang siur

Sebelumnya beredar berita bahwa pilot AirAsia QZ8501 menerbangkan pesawatnya dari Surabaya menuju Singapura dengan 155 penumpang dan tujuh awak pesawat tanpa ijin. Namun laporan itu ternyata tidak benar. AirAsia sudah mendapat ijin terbang dari pengawas lalu lintas penerbangan Air Traffic Control (ATC).

Yang sebenarnya terjadi adalah kekacauan manajemen penerbangan, yang melibatkan pejabat dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sebagai otoritas penerbangan, PT Angkasa Pura I sebagai pengelola Bandara Juanda Surabaya, dan perusahaan Air Navigation Indonesia (AirNav) yang diserahi tanggung jawab atas lalu lintas penerbangan dan pengelolaan ATC.

Sampai saat ini, belum ada pihak yang mengaku bersalah dalam simpang siur yang terjadi, sehingga AirAsia QZ8501 diijinkan terbang sekalipun tanpa jadwal. Namun diam-diam, beberapa pejabat dan pegawai bandara sudah dimutasikan atau dinonaktifkan.

"Ada beberapa pejabat yang diduga terkait penerbangan tanpa jadwal tersebut yang sudah dinonaktifkan dan dimutasi," kata Hadi Mustafa Djuraid, staf Menteri Perhubungan kepada wartawan di Jakarta, Selasa (06/01).

Menurut laporan detikcom, ada 2 pejabat Kementerian Perhubungan yang dinonaktifkan untuk menjalani pemeriksaan. Sedangkan AirNav menonaktifkan 3 orang pegawainya, termasuk General Manager AirNav Surabaya.

PT Angka Pura I yang mengelola Bandara Juanda Surabaya memutasikan 2 pejabatnya, termasuk Kepala Operasi Bandara.

hp/vlz (rtr, ap, detikcom)