1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Fakta di Balik Angka Statistik

Ayu Purwaningsih24 Juni 2013

Berbagai macam data membanjir seiring perkembangan internet. Namun bagaimana caranya agar dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan masyarakat? Media punya tanggungjawab tersendiri untuk itu.

https://p.dw.com/p/18u0b
Infografik Global solar power production ENG
Infografik Global solar power production ENG Solarstrom weltweit

Giannina Segnini dari Kosta Rica, adalah seorang jurnalis investigatif kawakan. Bersama para anak buahnya, editor perempuan yang terkenal kritis itu, kerap menyuguhkan informasi di medianya, La Nacion yang membuat masyarakat mafhum akan berbagai masalah, serta membuat pejabat gerah.

Menyeret Mantan Presiden ke Penjara

Hasil investigasi timnya berhasil mengungkap beberapa kasus korupsi. Salah satunya yang dilakukan mantan presiden Miguel Angel Rodriguez . Akibatnya mantan presiden -- yang menjabat sebagai presiden 1998-2002 itu-- dijatuhi hukuman lima tahun penjara setelah terbukti menerima suap dari raksasa telekomunikasi Perancis, Alcatel.

Sebelumnya, tim Segnini juga mendorong isu penyimpangan dana pinjaman Finlandia yang ditujukan untuk peralatan medis rumah sakit umum, yang akhirnya menyeret mantan presiden Rafael Angel Calderon ke penjara.

GMF Foto Giannina Segnini
Giannina SegniniFoto: GMF

Mengangkat masalah di sekeliling masyarakat.

Bergumul dengan angka atau data juga membuat tim Segnini berhasil mengungkap penyimpangan kebijakan pemerintah: “Kami mencari data sensus tahun 2011, untuk melihat data pemilahan sampah yang dilakukan oleh masyarakat. Yang mengejutkan, dari angka-angka yang kami proses di komputer dan dianalisa, ditemukan bahwa ternyata 40 persen pemerintah lokal mencampur kembali sampah-sampah yang telah dipilah oleh masyarakat.“

Investigasi dengan mengolah data

Segnini membagi ilmunya dalam mengungkap kasus-kasus pelik tersebut: "Kami menggabungkan metode investigasi yang telah kita gunakan selama bertahun-tahun dengan kekuatan analisa data." Mereka menyusun dan mengolah bank data dari data publik, tambah Segnini: "Ketika kita bekerja dengan data, maka kita juga dapat memiliki akses ke seluruh informasi. Sebaliknya jika kita hanya bergantung pada sumber-sumber, hasilnya sulit untuk dicapai."

Tim investigasi yang dipimpinnya melakukan hal ini dengan cara mengkonsolidasikan data, menyimpan informasi pada server, kemudian menggunakan data-data itu untuk penyelidikan mereka. Salah satu caranya dengan menggunakan nomor identitas setiap warga negara dan perusahaan di Kosta Rika. Selain menggunakan nomor ID unik, tim juga menggunakan tanggal dan informasi kronologis.

Segnini memberi contoh data publik yang tersedia dari pernikahan, kelahiran dan kematian. Setelah data secara otomatis tersusun, data itu dibersihkan dengan menggunakan algoritma Google Refine, diekstrak dengan Talend, dikonsolidasikan ke server dengan perangkat lunak IBM yang juga digunakan oleh FBI dan CIA: "Ada komponen yang disebut Ibase, dan semuanya berjalan ke sebuah sistem penyimpanan data berbasis SQL. Jadi setelah kami memiliki informasi itu, maka pada dasarnya data itu siap untuk dianalisa." Setelah itu barulah divisualisasikan dengan menggunakan Google Visualization API. La Nacion mengembangkan perangkat lunak sendiri sehingga semua wartawan dapat mengakses informasinya.

Jurnalisme berbasis data

Data Driven Journalism atau Jurnalisme Berbasis Data yang menjadi andalan Segnini dan timnya merupakan sebuah metodologi jurnalistik yang akhir-akhir ini makin gencar dilakukan oleh berbagai media, seiring membanjirnya data di internet. Mirko Lorentz, seorang pakar di bidang ini mengungkapkan, “Tren pengolahan data yang dilakukan wartawan akan menjadi bagian dari kerja media di masa kini dan mendatang.” Ia menggambarkan proses kerjanya, “Data dikumpulkan, disaring, dicek, dianalisa, kemudian disajikan lagi ke masyarakat dengan menggunakan visualisasi yang menarik serta cerita yang mudah dicerna.”

GMF Foto Mirko Lorenz
Mirko LorenzFoto: GMF

Disebutkannya, digitalisasi telah menciptakan peluang baru untuk riset jurnalistik berikut cara penyajiannya ke masyarakat. Ini menjadi potensi bagi media untuk memenuhi fungsinya sebagai watchdog. Wartawan dengan cepat dapat menelusuri data dalam jumlah besar dan mengungkapkan fakta-fakta baru dan menarik kesimpulan untuk audiens mereka.

Keterbukaan data

Jurnalisme Berbasis Data bukan hadir tanpa kendala. Salah satunya adalah akses atas keterbukaan data. Ambil contoh ketika Segnini berusaha mengangkat masalah reformasi pajak tak tersedia data yang mencukupi. Namun kendala itu disiasatinya dengan mengambil data-data yang sekiranya mudah dilacak, yaitu dari data pajak properti. Segnini dan timnya membuat database dengan merunut properti yang dimiliki atas nama-nama menteri, istri mereka atau nama suami, dan di bawah nama perusahaan mereka.

Di masa mendatang, menurut para pakar media, termasuk Mirko Lorentz, metodologi jurnalistik semacam ini akan menjadi kebutuhan. Informasi dari narasumber, hanya merupakan sebagian dari fakta atau informasi. Namun mengolahnya lagi dengan data yang alid akan membuahkan fakta yang dapat menjadi manfaat bagi khalayak.