1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Evaluasi KTT Annapolis, 'Tidak Ada Alasan untuk Berhenti Berunding'

dgl29 November 2007

Setelah konferensi di Annapolis Presiden George W Bush sekali lagi bertemu dengan PM Israel Ehud Olmert dan Presiden Palestina Mahmud Abbas di Gedung Putih.

https://p.dw.com/p/CUfi
Presiden George W. Bush diapit oleh Presiden Mahmud Abbas dan PM Ehud OlmertFoto: AP

Dalam kesempatan itu Bush mengatakan, konferensi di Annapolis memang penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah apa yang terjadi di masa depan.

Faktor yang menentukan adalah dukungan dunia internasional bagi perundingan perdamaian bilateral. "Satu hal saya jamin kepada kedua 'gentlemen' ini, bahwa AS akan tetap aktif berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan yang mengacu pada pembentukan sebuah negara Palestina yang hidup berdampingan secara damai dengan Israel." Tandas Bush.

Jurubicara Bush, Dana Perino mengemukakan, dalam pembicaraan dengan Olmert dan Abbas, Presiden Bush membangkitkan semangat mereka agar melayangkan pandangan pada permasalahan secara keseluruhan, walaupun dalam perundingan-perundingan mendatang akan menghadapi kesulitan.

Perundingan harus dilakukan oleh Israel dan Palestina sendiri. Tetapi kalau perlu Bush tinggal ditelepon. Selain itu Dana Perino mengemukakan: "Salah satu pertanyaan yang diajukan Presiden Bush kepada Presiden Abbas adalah mengenai reaksi warga setempat. Menurut Presiden Abbas, ia yakin, hal mana juga disepakati oleh Presiden Bush, bahwa mereka sudah siap menyongsong perdamaian dan, konferensi di Annapolis ditanggapi secara positif. Tetapi semua tahu, masih banyak yang harus dikerjakan. Ada kekhawatiran dan sikap hati-hati." Ujar Perino.

Walaupun demikian semua pihak kurang lebih merasa optimis. Dengan didampingi Abbas dan Olmert, Presiden Bush mengemukakan di Taman Mawar Gedung Putih, bahwa ia tidak akan berdiri disana, kalau ia tidak yakin, bahwa perdamaian memang mungkin dicapai.

Demikian pula Miri Eisin, jurubicara PM Israel, mengemukakan adanya pertanda positif, sehubungan dengan banyaknya negara yang ikut hadir di Annapolis. Termasuk negara-negara yang tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel, dan sama sekali belum pernah duduk pada satu meja dengan PM Israel. Bukan hanya Suriah dan Arab Saudi, melainkan juga Indonesia, Malaysia, Marokko, Qatar dan Bahrain.

Sulitnya perembukan, yang dimasa lalu sering gagal, bukanlah alasan untuk tidak mencobanya lagi. Kata Miri Eisin selanjutnya. Hanya saja Israel tetap menolak untuk berdialog dengan Hamas, selama organisasi itu tidak mengakui hak eksistensi Israel dan terus menggunakan kekerasan.

Dari kalangan Liga Arab terdengar, bahwa selama dua bulan ke depan mereka akan mengamati apakah Israel memang benar-benar serius dengan pencanangan niat damainya. Sampai akhir tahun 2008 perundingan-perundingan yang secara resmi dimulai oleh Bush, Olmert dan Abbas kemarin, diharapkan sudah akan membuahkan hasil. Paling tidak tercapainya kesepakatan mengenai langkah-langkah selanjutnya menuju pembentukan sebuah negara Palestina dan masalah-masalah lain yang masih dipersengketakan.