1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Evakuasi dari Aleppo Dipercepat

16 Desember 2016

Warga sipil dan pemberontak Suriah dievakuasi dari Aleppo menuju Idlib. Tapi nasib mereka kian tak menentu menyusul operasi miiliter di kota kecil tersebut. Sementara itu Uni Eropa kembali mengecam Iran dan Rusia.

https://p.dw.com/p/2UMup
Syrien Krieg - Evakuierungen in Aleppo
Foto: Reuters/A. Ismail

Proses evakuasi pasukan pemberontak dan warga sipil dari kawasan timur Aleppo dipercepat pada Jumat (16/16) pagi selama gencatan senjata masih berlaku. Kepergian gerilayawan Free Syrian Army dari Aleppo menandai berakhirnya pendudukan pasukan pemberontak atas kota terbesar kedua di Suriah itu.

Namun hingga kini belum ada tanda-tanda evakuasi warga sipil dari dua desa yang dikepung pemberontak di provinsi Idlib akan dimulai. Pengamat meyakini dua desa tersebut termasuk dalam perjanjian gencatan senjata antara FSA dan pemerintah Suriah yang dimediasi Turki dan Iran.

Sejauh ini sekitar 6.000 orang sudah meninggalkan kawasan timur Aleppo dengan menggunakan bus yang telah disiapkan pemerintah Suriah sejak Kamis (15/16). Sebanyak 50 unit bus kota dikirimkan untuk mengangkut warga sipil dan gerilayawan pemberontak.

Kelompok HAM, Syrian Observatory for Human Rights mengatakan jumlah gerilayawan yang menyerah mencapai 600 orang.

Pemberontak dan warga sipil di timur Aleppo rencananya akan diangkut ke benteng terakhir pasukan pemberontak di Idlib. Namun kota berpenduduk 165.000 jiwa itu pun masih menghadapi gempuran koalisi Rusia dan pemerintah Suriah.

Syrien Aleppo Templates
Seruan Walikota Aleppo, Brita Hagi Hasan, di pertemuan puncak Uni Eropa di BrusselsFoto: DW/Imago/Panoramic

"Masalahnya adalah Idlib sering dijadikan target oleh serangan udara," kata Adham Sahloul dari Syrian American Medical Society kepada Guardian. SAMS adalah salah satu LSM yang aktif di Aleppo. "Jadi dunia internasional tidak boleh lengah. Mereka harus memastikan terjaminnya akses terhadap bantuan dan perlindungan," ujarnya.

Sementara itu kepala negara dan pemerintahan Uni Eropa sepakat mengecam Iran dan Rusia atas kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Aleppo. Dalam deklarasi yang dibacakan seusai pertemuan puncak di Brussels, Kamis (15/12), Uni Eropa menuding Moskow dan Teheran ikut bertanggungjawab atas "serangan terarah terhadap warga sipil dan rumah sakit."

Namun kecaman dari Brussels diyakini tidak akan mengubah situasi di Suriah. Antara lain karena Uni Eropa tidak mengancam akan menjatuhkan sanksi jika tuntutannya tersebut tidak dipenuhi. "Apa yang dibutuhkan penduduk Aleppo adalah perlindungan yang efektif," kata Presiden Komisi Eropa Donald Tusk.

Kanselir Jerman Angela Merkel menepis kritik seputar sikap pasif Uni Eropa menghadapi krisis kemanusiaan di Suriah. "Kita berhadapan dengan ketidakberdayaan Dewan Keamanan PBB," tukasnya. Ia juga bersikukuh solusi atas masalah Suriah "tidak cuma bersifat militeristik." Dunia internasional harus "memperkuat" Perserikatan Bangsa-bangsa.

Tapi dalam hal ini pun Merkel tidak menunjukkan sikap optimis. "Untuk itu saya belum punya jawaban yang sesuai."

rzn/yf (afp,rtr)