1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Eropa Enggan Tanggapi Rencana Obama mengenai Afghanistan?

2 Desember 2009

Presiden AS Barack Obama mengatakan dirinya berharap sekutu barat akan mengirimkan sekitar 10 ribu prajuritnya untuk membantu pasukan Amerika Serikat di Afghanistan. Namun belum ada jawaban dari NATO.

https://p.dw.com/p/KpFa
Presiden AS Barack Obama ketika berpidato di Akademi Militer West Point, New York.
Presiden AS Barack Obama ketika berpidato di Akademi Militer West Point, New York.Foto: AP

Keputusan Presiden Amerika Serikat Barack Obama untuk mengirimkan 30 ribu serdadu tempur tambahan ke Afghanistan mengundang banyak tanggapan. Apalagi, Obama meminta sekutunya yang tergabung dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara, NATO untuk menambah tentara juga.

Delapan jam setelah pengumuman Obama, datang jawaban dari Brussel, markas besar NATO, yaitu dari Sekretaris Jenderal NATO Anders Fog Rasmussen.

"Dengan ini saya nyatakan, bahwa aliansi NATO dan mitra kami akan melakukan sangat banyak lagi. Pada tahun 2010, anggota misi dari negara bukan Amerika akan mengirimkan sedikitnya 5.000 tentara tambahan untuk operasi ini, dan mungkin beberapa ribu serdadu lagi,“ kata Rasmussen.

Beberapa saat setelah pidato Obama, Polandia telah menyatakan akan mengirimkan 600 serdadu tambahan. Inggris sebelumnya sudah menjanjikan penugasan 500 prajuritnya. Bahkan Georgia akan mengirimkan 1.000 serdadunya. Beberapa negara masih bersikap menahan diri, seperti Jerman. Mandat penugasan pasukan Jerman Bundeswehr akan diputuskan di parlemen, Kamis ini (03/12). Ini meliputi 4.500 serdadu dan dalam waktu dekat ini tidak akan ditambah.

Menteri Pertahanan Jerman Karl-Theodor zu Guttenberg mengatakan, "Pastinya kami tidak akan langsung menuruti seruan Amerika Serikat, yaitu dengan mengatakan kami akan menambah sekian jumlah pasukan. Kami selalu mengatakan, kami akan mengemukakan posisi kami sendiri.“

Pasukan Jerman di Afghanistan
Pasukan Jerman di AfghanistanFoto: AP

Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan bahwa dirinya akan menunggu hasil konferensi puncak internasional mengenai Afghanistan yang akan digelar tanggal 28 Januari tahun depan. Sementara itu Presiden Perancis Nicolas Sarkozy menyatakan dirinya akan terus memberikan “dukungan kuat“ bagi keputusan Washington. Meski demikian Sarkozy tidak menyebutkan adanya penambahan pasukan Perancis ke Afghanistan sebelum konferensi internasional di London.

Dari Kabul, Menteri Luar Negeri Afghanistan Rangin Dadfar Spanta menyambut baik keputusan Obama. Dalam konferensi pers bersama duta besar Amerika Serikat di Afghanistan, Spanta mengatakan, "Bagi kami, pidato presiden Amerika Serikat sangat berarti. Bahwa dalam pidato ini, terdapat arah langkah yang diinginkan rakyat Afghanistan. Kami sangat menyambut bahwa kini proses perdamaian sudah mengarah ke kepentingan Afghanistan. Kami senang, bahwa kini lebih banyak nilai yang ditanamkan, dan menyerahkan tanggung jawab proses perdamaian lebih banyak ke tangan Afghanistan, supaya rekan-rekan kami dapat kembali ke tanah air.“

Ketika Obama menegaskan bahwa penambahan pasukan ke Afghanistan bertujuan untuk “menyelesaikan urusan“, komitmen baru muncul. Yaitu, Amerika Serikat akan mengakhiri keterlibatan militernya di Afghanistan dan mulai menarik mundur pasukannya dari Lembah Hindukush pada Juli 2011. Kini di Eropa muncul pertanyaan, jika memang akan mundur dari Afghanistan, mengapa harus lebih banyak lagi biaya yang dikeluarkan dan lebih banyak lagi pasukan?

Seorang analis pertahanan yang memiliki hubungan dengan departemen pertahanan Jerman mengatakan pada Deutsche Welle bahwa Jerman tidak bisa terlibat lebih jauh dalam konsep strategis yang tidak lengkap dan tegas. Lebih lanjut analis yang tidak ingin disebutkan namanya itu mempertanyakan apa tolok ukur sasaran misi yang berhasil atau gagal, dan apakah itu sedemikian berharganya? Itu merupakan pertanyaan yang harus dijawab oleh Obama sendiri.

LS/MLrtr/afp