1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Eropa Dituntut Dirikan Pusat Suaka

20 Agustus 2015

Uni Eropa makin gencar dikritik tidak punya politik terpadu untuk tangani krisis pengungsi. Terutama Jerman menekan Komisi Uni Eropa untuk secepatnya dirikan pusat penanganan suaka.

https://p.dw.com/p/1GIBq
Griechenland Flüchtlinge Lesbos
Foto: Getty Images/AFP/A. Zavallis

Gelombang kritik terhadap Uni Eropa makin gencar dilontarkan terkait krisis pengungsi. Komisi Uni Eropa ditekan negara anggota, terutama yang mendapat kuota penampungan pengunsi terbesar, untuk secepatnya menetapkan politik terpadu dan mendirikan pusat penanganan suaka.

Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas de Maiziere terutama mengritik ketidaksiapan Uni Eropa itu. "Kami memperkirakan serbuan 800.000 pengungsi pada tahun ini," ujar de Maizere kepada wartawan. "Namun perlu disadari, bahwa Jerman tidak akan mampu selamanya menampung 40 persen dari seluruh jumlah pengungsi," tambah menteri dalam negeri Jerman itu. Jerman memprioritaskan penerimaan pengunsi dari kawasan konflik Suriah.

Jerman tetap menjadi negara tujuan favorit pada pengungsi dan pemohon suaka yang masuk ke Eropa lewat Laut Tengah. Statistik menunjukkan, lebih 40 persen dari seluruh pengungsi itu memohon suaka di Jerman. Penyebabnya, Jerman menyiapkan infrastruktur maupun jaminan sosial yang terbaik se Eropa bagi kaum pengungsi. Misalnya saja seorang pemohon suaka yang diterima di Jerman, bisa mendapat uang saku sebesar hampir 5 juta Rupiah sebulan.

Menimbang makin derasnya arus pengungsi, baik karena negaranya dilanda konflik bersenjata, maupun dengan alasan ekonomi, Jerman mengerahkan semua prasarana yang dimiliki untuk menampung pengungsi secara manusiawai. Namun berbagai keterbatasan juga menghadang niat baik ini. Misalnya saja, di kota Leipzig sebuah gelanggang olahraga disulap menjadi tempat penampungan darurat.

Inggris dan Perancis dirikan Pusat Komando

Ingris dan Perancis, yang juga direcoki masalah pengungsi, menyepakati pendirian pusat komando bersama di Calais, di utara Perancis. Calais menjadi lokasi utama para pengungsi yang menunggu kesempatan untuk "menyelundup" ke Inggris dengan segala cara melewati selat Chanel sepanjang 50 km. Di Calais sejak beberapa tahun belakangan puluhan ribu pengungsi bermukim di "kota tenda" yang didirikan sendiri secara darurat.

Aksi para pengungsi dalam upaya masuk ke Inggris, untuk mendapat kehidupan lebih baik itu, seringkali memicu bentrokan dengar aparat keamanan. Juga berulangkali terjadi blokade jalan raya transit dari Perancis ke Inggris yang menimbulkan kerugian jutaan Euro pada ekonomi kedua negara.

Sementara itu, sejumlah negara di kawasan Balkan yang berbatasan dengan Yunani, kini juga kewalahan menghadapi gelombang pengungsi yang berusaha melanjutkan perjalanan menuju Jerman, Perancis dan Inggris . Pemerintah Macedonia meminta bantuan tambahan gerbong kereta untuk memberangkatkan para pengungsi yang terdampar di negara "miskin" di tenggara Eropa itu. Juga Serbia kini kewalahan diserbu arus pengungsi.

as/yf (rtr,dpa,afp,ap, twitter)