1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Elit Irak Berkonflik ditengah Kepungan Islamic State

11 Agustus 2014

Amerika Serikat menyatakan ”mendukung penuh” presiden baru Irak, beberapa jam setelah ia berseteru dengan Perdana Menteri Nouri al-Maliki, yang memanaskan situasi politik di tengah merajalelanya kelompok Islamic State.

https://p.dw.com/p/1CsUn
Foto: Reuters

Departemen Luar Negeri menyampaikan dukungan ini, beberapa jam setelah Perdana Menteri Nouri al-Maliki menuduh Fouad Massoum, yang dipilih sebagi presiden bulan lalu, tidak menyebutkan nama calon perdana menteri dari faksi parlemen terbesar Irak itu hingga batas waktu hari Minggu (10/08). Al-Maliki mengatakan Massoum telah melanggar konstitusi “demi tujuan politik.“

Juru bicara Departeman Luar Negeri Jen Psaki mengatakan, Amerika menolak upaya apapun untuk memaksakan atau memanipulasi proses pemilihan pemimpin baru Irak. Ia mengatakan AS mendukung proses untuk memilih seorang perdana menteri “dengan membangun konsensus nasional dan pemerintahan yang dijalankan dengan cara inklusif.“

Pidato mengejutkan al-Maliki yang disampaikan Minggu malam menyeret pemerintah Irak ke dalam sebuah krisis politik pada saat mereka sedang berperang melawan kelompok Islamic State (IS) yang semakin merajalela merebut wilayah negara itu. Itu adalah pidato pertamanya di TV Irak sejak pasukan AS melancarkan serangan udara ke kantung kelompok Islamic State, sambil memberi bantuan kemanusiaan dari udara kepada penduduk yang terkepung kelompok militan tersebut, akhir pekan lalu.

Al-Maliki kini sedang mengejar jabatan periode ketiga sebagai perdana menteri, namun krisis terakhir telah memicu - bahkan dari sekutunya yang paling dekat - seruan agar Maliki mundur dari jabatannya. Sebuah pertemuan parlemen yang dijadwalkan Senin (11/08) untuk mendiskusikan pemilihan tentang siapa yang akan memimpin pemerintahan Irak berikutnya ditunda hingga 19 Agustus.

Para pejabat AS mengatakan, perselisihan antara al-Maliki dan Massoum, berpusat pada soal batas waktu pemberian usulan nama bagi pengganti perdana menteri. Al-Maliki percaya batas waktu itu hari Minggu lalu, sementara para pemimpin Irak lainnya percaya tenggat akhir adalah Senin sore.

Para pejabat mengatakan AS percaya ada fleksibilitas batas waktu untuk memperpanjangmya menjadi hari Senin.

Pidato al-Maliki memicu rumor di Irak bahwa tank-tank telah mengelilingi istana kepresidenan di Baghdad dan bahwa para saingan politiknya kini berada dalam bahaya. Pejabat AS mengatakan pemerintahan Obama tidak mengkonfirmasi perkembangan tersebut, namun mengatakan ada kehadiran pasukan tambahan di Baghdad.

Presiden Barack Obama pekan lalu menyetujui sebuah serangan udara terbatas untuk melawan para militan Islamic State, yang belakangan merajalela. Obama mengatakan operasi militer ini akan menjadi ”sebuah proyek jangka panjang” untuk melindungi warga sipil dari maut dan kebrutalan para pemberontak.

Desakan mundur

Senator dari Partai Republik, Lindsey Graham, mengatakan hari Minggu bahwa para militan mengancam tidak hanya warga Irak tapi juga Amerika. Ia mengatakan serangan Obama tidak akan cukup untuk memukul mundur para militan dan hanya dirancang “untuk menghindari Obama dari tontonan berita buruk“.

“Saya pikir kota-kota di AS terbakar karena kemampuan teroris beroperasi di Suriah dan Irak,“ kata Graham, yang dikenal sebagai tokoh pendukung penggunaan kekuatan militer AS di luar negeri.

Ketua Komite Intelijen Senat, Senator Dianne Feinstein, juga menyatakan para militan telah menghadirkan sebuah ancaman “di halaman belakang kami” dan merekrut orang-orang Barat.

“Diam bukan lagi sebuah opsi,“ kata dia dalam sebuah pernyataan seiring berlangsungnya serangan udara.

Pesawat-pesawat AS dan Irak telah menjatuhkan bantuan kemanusiaan bagi kelompok minoritas Yazidis, yang ribuan diantaranya terdampar di puncak gunung sejak kelompok IS merebut Sinjar di dekat perbatasan Suriah pekan lalu. Komando Pusat AS melaporkan bahwa militer AS sudah empat kali menjatuhkan bantuan berupa bahan makanan dan air pada hari Minggu lalu.

Kekacauan di Irak membuat posisi al-Maliki tertekan.

“Jatuhnya Mosul bukan akibat lemahnya perlengkapan atau personil (militer). Itu adalah runtuhnya kepemimpinan,“ kata Senator dari Partai Demokrat Jack Reed. "Dan untuk mengembalikan situasi (ke arah) yang benar, kita harus memulainya dengan inti mendasar, yakni kepemimpinan di Baghdad, kepemimpinan Irak.“

ab/vlz (ap,rtr,afp)