1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dunia Ketakutan Hadapi Wabah Ebola

18 Oktober 2014

Negara-negara barat bereaksi ketakutan atas kemungkinan penyebaran global wabah Ebola. Namun tindakan pencegahan dan penanggulangan wabah dinilai masih tergesa-gesa dan kurang optimal.

https://p.dw.com/p/1DX0k
Ebola Screening JFK Flughafen USA
Foto: picture alliance/Landov

Negara barat tergopoh-gopoh berupaya merevisi tindakan kemanan di perbatasan negara dan di bandar udara untuk mencegah penyebaran Ebola. Eropa menyiapkan koordinasi program di seluruh 28 negara anggota. Sementara AS akan mengirim lebih banyak tentara ke kawasan wabah, untuk meredam penyebaran Ebola. Juga ada usulan dari anggota parlemen AS, untuk sementara melarang semua penerbangan dari Afrika Barat.

Walau begitu, kritik terus mengalir, terkait lemahnya pengawasan atas protokol keamanan penanganan wabah mematikan itu. Anggota parlemen Amerika Serikat juga mengecam pemerintah, yang dinilai lalai mengawasi seorang perawat yang terinfeksi, hingga yang bersangkutan bisa mondar mandir terbang dengan pesawat yang penuh penumpang.

Gesundheits-Screening am Murtala Muhammed International Airport in Lagos Nigeria
WHO rekomendasikan exit screening suhu tubuh Yang akan keluar Afrika.Foto: picture-alliance/AP Photo/S. Alamba

Para menteri kesehatan Uni Eropa dalam pertemuan di Brussel, menyepakati untuk mengkoordinir tindakan pencegahan di seluruh 28 negara anggota. Namun tindakan "screening" di bandara terhadap penumpang yang datang dari luar negeri, diserahkan kepada kebijakan masing-masing negara anggota.

Organisasi kesehatan dunia WHO justru merekomendasikan "exit screening", yakni pemeriksaan status kesehatan bagi penumpang yang akan terbang dari Afrika, bukannya "entry screening" bagi penumpang yang sudah mendarat di negara lain. "Pemeriksaan semacam itu mengandung risiko adanya rasa aman semu", ujar Isabelle Nuttall direktur peringatan dan reaksi regulasi kesehatan internasional WHO.

Reaksi Terlambat

Di sisi lain WHO juga menjanjikan akan meningkatkan upaya, untuk membantu 15 negara di Afrika, agar mampu secara mandiri menanggulangi dan mencegah penyebaran wabah, yang sejauh ini sudah membunuh 4.500 orang dari sekitar 9.000 yang terinfeksi. WHO bahkan memperingatkan, jika pencegahan tidak optimal, bulan Desember nanti laju penularan virus Ebola bisa mencapai 10.000 orang per minggu.

Menanggapi reaksi internasional yang lambat itu, mantan sekretaris jenderal PBB, Kofi Annan melontarkan kritiknya. "Negara industri maju bergerak lambat menangani krisis, karena wabah pecah di Afrika. Faktanya, jika melihat perkembangan krisis Ebola, masyarakat internasional baru bereaksi serius, setelah kasus penyakit muncul di Amerika dan di Eropa," ujar Annan.

Palang Merah Internasional sementara ini menuntut masyarakat internasional untuk mengurangi aksi dramatis, seperti penutupan bandara atau pelarangan semua penerbangan dari negara Afrika Barat. Yang lebih penting adalah meningkatkan kampanye untuk menyadarkan warga di kawasan wabah untuk menggunakan sarana higyene dengan benar dan menghindari pemakaman korban secara sembarangan.

Lebih jauh direktur IHR-WHO, Nuttall, meminta fokus tetap diarahkan ke tiga negara yang paling parah dilanda Ebola, yakni Sierra Leone, Liberia dan Guinea. Targetnya adalah mencegah laju penyebaran wabah yang makin tidak terkontrol. Juga para petugas yang melakukan kontak dengan penderita harus terus dimonitor kesehatannya, dan segera mengisolasi mereka di lokasi, jika menunjukkan gejala positif.

as/yf (afp,rtr,ap,dpa)