1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Berlomba Kembangkan App Corona

3 April 2020

Pakar IT di seluruh dunia kini berlomba mengembangkan app smartphone, untuk menjamin kehidupan dalam wabah corona jadi lebih aman. Sejauh ini lomba masih berlangsung dan belum ada app yang handal.

https://p.dw.com/p/3aOgo
Hampir semua orang punya smartphone yang bisa dimanfaatkan lacak potensi penularan virus corona
Hampir semua orang punya smartphone yang bisa dimanfaatkan lacak potensi penularan virus coronaFoto: picture-alliance/dpa/K. NIetfeld

Pengembangan "tracking app" untuk smartphone terutama bertujuan memantau pergerakan personal di saat pandemi virus corona melanda. Dengan begitu, jika seseorang yang diketahui positif terinfeksi Covid-19 melakukan kontak dengan orang lain, yang bersangkutan langsung bisa diberi informasi.

Informasinya diberikan lewat app secara anonim, tanpa menyebutkan nama orang yang positif terinfeksi virus corona maupun kapan dan di mana lokasi kontak. Dengan begitu, orang-orang yang melakukan kontak langsung bisa memutuskan, apakah meminta untuk segera dites atau melakukan karantina sukarela.

Dengan cara itu, diharapkan laju penularan virus corona bisa diperlambat. Juga "hot spot" Covid-19 bisa dilacak.

Memilih sistem paling handal

Sejumlah negara terutama di kawasan Asia saat ini sudah merilis app smartphone yang bisa diunduh secara sukarela maupun wajib. Singapura misalnya meluncurkan "TraceTogether", app yang bekerja via bluetooth merekam data pergerakan dan kontak pemiliknya pada perangkat smartphone. App ini wajib diunduh dan pemilik melaporkan nomor telefonnya.

Jika pemilik dites positif Covid-19 atau mengalami penyakit saluran pernafasan, yang bisa saja dipicu virus corona, datanya bisa diunduh. Tim "contact-tracing" dengan cepat bisa menghubungi orang yang kontak dengan pemilik smartphone, untuk memperingatkan risiko.

Sementara Austria pekan lalu juga meluncurkankan app "Stopp Corona" yang langsung diunduh oleh sedikitnya 130.000 warga di negara dengan populasi 8,8 juta itu. Palang Merah Austria melaporkan, app membantu melacak kontak antar pengguna, untuk memerangi penyebaran SARS-CoV-2 di Austria.

Pemerintah di Catalonia, Spanyol rilis app smartphone untuk warga, yang menganalisa simptom dan melacak yang terinfeksi.
Pemerintah di Catalonia, Spanyol rilis app smartphone untuk warga, yang menganalisa simptom dan melacak yang terinfeksi.Foto: picture-alliance/Zuma/Sopa Images/P. Freire

Disebutkan lebih lanjut, app akan memberikan informasi kepada pengguna, jika salah satu kontak mereka positif terinfeksi virus corona. Palang Merah Austria melaporkan, akan terus memperluas fitur app, misalnya dengan pengecekan gejala apakah cocok dengan simtom infeksi virus corona.

Eropa masih bergulat dengan regulasi

Sementara sejumlah negara sudah merilis app pelacak pergerakan, Uni Eropa masih bergulat dan terbentur regulasi ketat perlindungan data. Sejumlah perusahaan Jerman misalnya sudah mulai mengembangkan app semacam itu, tapi masih menunggu lampu hijau dari politik untuk penerapannya.

Eropa juga menggarap proyek bersama app virus corona yang berbasis teknik bluetooth seperti di Singapura, walau penerapannya masih terhadang regulasi. Sekitar 130 ilmuwan saat ini terlibat dalam proyek bernama "Pan European Privacy-Protecting Proximity Tracing" (PEPP-PT).

Untuk Jerman, Fraunhofer Heinrich-Hertz-Institut für Nachrichtentechnik (HHI) menjadi pimpinan tim. "Eropa harus punya jawaban sendiri untuk solusi krisis ini", kata pimpinan HHI Thomas Wiegand.

Eropa terapkan sistem pengunduhan secara sukarela dan berbeda dengan di Singapura, sistem bisa berfungsi melintasi batasan negara.

"App sudah bisa dirilis di Jerman setelah liburan Paskah. Itupun jika politik menghendakinya", ujar Thomas Wiegand berhati-hati.

Para pakar pengembang app juga mengingatkan, satu negara hanya perlu satu app yang sama untuk seluruh warga men-"tracking" virus corona. Karena app yang berbeda-beda dengan tujuan yang sama, hanya akan membingungkan dan tidak efektif.

as/na (AFP, Reuters)