1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dukungan Terhadap Populisme Politik di Jerman Turun Tajam

4 September 2020

Survei terbaru Yayasan Bertelsmann menunjukkan bahwa dukungan terhadap populisme politik di Jerman turun tajam dibandingkan dua tahun lalu. Partai-partai populis kanan seperti AfD mulai ditinggalkan publik.

https://p.dw.com/p/3hyie
Aksi protes kelompok anti Islam Pegida menuntut Kanselir Jerman Angela Merkel mundur, Juli 2019
Aksi protes kelompok anti Islam Pegida menuntut Kanselir Jerman Angela Merkel mundur, Juli 2019Foto: picture-alliance/dpa/S. Kahnert

Setelah mencapai puncaknya tahun 2018, publik Jerman mulai meninggalkan populisme politik, menurut survei terbaru Bertelsmann Stiftung yang dirilis Kamis (03/09) di Berlin.

"Tren menuju iklim politik yang semakin populis di Jerman telah berbalik," kata Robert Vehrkamp, salah satu penyusun penelitian itu, dalam sebuah pernyataan.

Para peneliti mengatakan, tahun 2018 sekitar 33 persen pemilih di Jerman mendukung "pola pikir populis". Angka itu menurut penelitian terbaru turun tajam menjadi sekitar 20 persen.

Bertelsmann Stiftung bekerjasama dengan YouGov Jerman mengembangkan survei "Barometer Populisme" untuk mengukur dukungan publik terhadap isu-isu populis. Untuk studi terakhir, sekitar 10.000 pemilih diwawancara pada bulan Juni mengenai pandangan mereka tentang populisme politik dengan delapan pernyataan populis tentang fungsi negara dan masyarakat.

Grafik preferensi pemilih terbaru Infratest dimap
Jajak pendapat terbaru lembaga penelitian opini publik Infratest dimap mengenai preferensi politik pemilih Jerman, seandainya pemilu dilaksanakan minggu ini.

Pemilih yang kecewa beralih mendukung populime politik

Studi itu juga menganalisis sikap populis "dalam dimensi anti-pluralisme, anti-kemapanan dan homogenitas warga". Menurut penelitian tersebut, beralihnya pemilih dari populisme saat ini paling banyak terjadi di spektrum politik tengah, yang pada tahun tahun 2018 menunjukkan peningkatan terbesar dalam mendukung sikap populis.

"Khususnya spektrum politik tengah terbukti telah belajar dan mampu menghadapi bujukan populis, dan dengan demikian mereka menjadi landasan perubahan opini publik ini," kata Robert Vehrkamp. Yang dimaksud dengan spektrum politik tengah adalah pandangan politik yang tidak terlalu condong ke kiri atau ke kanan.

"Demokrasi liberal telah menjawab mobilisasi populis dengan mobilisasi pandangan demokratis, terutama di spektrum tengah," tambahnya.

Gelombang populisme politik di Jerman dalam beberapa tahun terakhir terutama dipicu oleh partai AfD yang mengangkat isu anti-kemapanan dan anti-imigran. Banyak pemilih dari partai tradisional Kristendemokrat CDU dan CSU, tetapi juga dari Liberaldemokrat FDP, yang beralih mendukung AfD.

Tumpahnya pemilih dari CDU, CSU dan FDP ke AfD adalah bentuk kekecewaan pemilih terhadap perkembangan politik dan situasi sosial mereka, sehingga mereka lebih mendukung sentimen populis.

Bertahan dari godaan populisme

Untuk menjaring pemilihnya kembali, terutama CDU dan CSU juga sempat mencoba memainkan isu populis. Namun, menurut penelitian terbaru Yayasan Bertelsmann, tren itu sekarang terhenti dan telah berbalik.

"Godaan CDU, CSU, dan FDP untuk mengikuti populisme AfD, untuk meniru atau setidaknya beradaptasi secara retoris, sekarang kehilangan daya tarik elektoralnya," kata Wolfgang Merkel dari Pusat Penelitian Sosial Berlin, WZB, yang juga terlibat dalam penelitian ini.

Kembalinya para pemilih ke spektreum politik tengah berarti bahwa AfD akan semakin berkembang menjadi partai politik yang didominasi pemilih ultra kanan dan ekstremis kanan, kata penelitian tersebut.

"Lanskap partai poilitik di Jerman kini jauh lebih tahan terhadap godaan populisme, setahun sebelum pemilihan umum 2021, dibandingkan dengan situasi sebelum dan sesudah pemilihan umum tahun 2017," kata Robert Vehrkamp.

hp/rap (dpa, afp)