1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

291111 China HIV

6 Desember 2011

Diskriminasi penderita HIV Aids masih menjadi masalah di seluruh dunia. Juga di Cina banyak orang yang menutupi dirinya terinfeksi HIV, karena takut keluarganya dan dirinya sendiri akan dirugikan.

https://p.dw.com/p/13Nbx
Two AIDS sufferers from China's central Henan province who contracted the disease after selling their blood to unlicensed buyers, cover their faces during a visit by Red Cross officials to Ditan hospital in Beijing, in this Nov. 30, 2002 file photo. The U.S.-based group Human Rights Watch said Wednesday June 15, 2005 that Beijing's heavy-handed methods of controlling all public information about the disease could hinder efforts to stop its spread. (AP Photo/Greg Baker, FILE)
Dua penderita Aids di Provinsi Henan, CinaFoto: AP

Wang Tao duduk di ruang bezoek Rumah Sakit di selatan Beijing. Saat berlangsungnya pesta musim semi di Cina, sebuah petasan meledak tepat di samping matanya. Luka yang dialami pria berusia 38 tahun itu serius dan ia langung dilarikan ke rumah sakit desanya, di provinsi Henan. Dokter mengatakan matanya harus segera dioperasi. Wang Tao menjadi resah dan harus menceritakan kepada dokter penyakit yang dideritanya. Ia menderita HIV positif karena tertular saat menyumbang darah: “Ketika dokter mendengar bahwa saya HIV positif, mereka langsung mengusir saya. Kemudian saya harus pergi ke Beijing. Juga di sana banyak terjadi masalah."

Di sebuah rumah sakit di Beijing yang khusus menangangi luka pada mata, mereka juga menolak mengoperasi Wang Tao. Para dokter menganjurkannya untuk pergi ke rumah sakit yang menangangi infeksi. Tapi di sana tidak ada bagian untuk penyakit mata. Jadi dua minggu Wang Tao harus menunggu untuk dirawat. Konsekuensinya Wang kehilangan kelopak mata kirinya.

Sebetulnya Wang Tao bukan nama aslinya. Pria itu tidak ingin diketahui nama sebenarnya karena takut akan diskriminasi yang begitu besar. Saat ini ia hidup di Beijing dan mendapat obat-obatan gratis dari pemerintah. Kondisi kesehatannya bagus. Istri dan orang tua Wang tahu infeksi HIV yang dideritanya dan membantunya semaksimal mungkin. Tapi teman-teman dan putra Wang yang berusia 7 tahun, sama sekali tidak pernah diberi tahu tentang penyakit Aids yang dideritanya. Demikian dikatakan Wang: "Sekolah anak saya juga tidak tahu bahwa saya menderita HIV. Di Cina banyak contoh dimana anak-anak dari penderita HIV tidak dapat bersekolah. Mereka takut penyakit yang saya derita dapat menular melalui anak saya. Saya takut anak saya dirugikan karena penyakit saya."

Mengatasi Diskriminasi Penderita HIV Aids Masih Sulit

Warga penderita HIV Aids di Cina amat sering dikucilkan dan dirugikan. Dijelaskan Meng Lin. Ia sendiri menderita HIV positif dan merupakan ketua organisasi Cina untuk orang-orang yang menderita HIV. LSM itu memperjuangkan hak-hak para penderita HIV. Diskriminasi adalah masalah besar di Cina, demikian kata Meng Lin: "Ini menyangkut seluruh kehidupan pribadi. Orang-orang yang menderita HIV mengalami masalah misalnya untuk mendapat pekerjaan atau untuk bepergian. Kami berjuang untuk mencari solusi masalah ini, tapi itu sungguh sulit."

Juga Meng Lin harus mengalaminya sendiri. Ketika tahun 1995 ia didiagnosa menderita HIV, keluarganya mengusirnya. Sampai kini ia tidak memiliki hubungan lagi dengan orang tuanya. Pengusaha itu dalam sebuah wawancara televisi menyebutkan dirinya sebagai ketua organisasi Cina untuk penderita HIV. Mendadak pelanggannya berkurang, dan pesanan menurun drastis. Akhirnya perusahaan Meng Lin bangkrut.

Saat ini menurut perkiraan Badan Urusan AIDS PBB UNAIDS, di Cina ada sekitar 740 ribu orang yang terinfeksi Virus HIV. Kebanyakan tergolong apa yang disebut kelompok berisiko tinggi seperti pekerja seksual, pengguna narkoba atau homoseksual. Pada awal milenium PBB memperingatkan epidemi AIDS di Cina akan berkembang ke tingkat yang tidak terbayangkan. Sampai tahun 2010 dikhawatirkan 10 juta orang yang terinfeksi HIV, demikian prediksi waktu itu.

Dengan tindakan komprehensif seperti tes HIV gratis, perawatan dokter gratis serta berbagai penyuluhan, pemerintah Cina dapat mencegah skenario epidemi AIDS yang mengerikan. Selain itu pemerintah Cina juga mengeluarkan peraturan menentang diskriminasi. Meskipun seringkali peraturan daerah, bertentangan dengan peraturan nasional.

Christoph Ricking/Dyan Kostermans

Editor: Hendra Pasuhuk