1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Diplomasi Konflik Suriah Mandeg

11 Juni 2012

Di saat diplomasi konflik Suriah semakin terancam macet, eskalasi kekerasan di negara itu semakin memuncak. Dilaporkan terus terjadi pertempuran dan pembantaian warga sipil.

https://p.dw.com/p/15BrY
Foto: dapd

Terkait konflik Suriah, masyarakat internasional tetap terpecah. Rusia terus menolak sanksi keras terhadap rezim dari presiden Bashar al Assad, walaupun mengetahui aksi kekerasan berdarah semakin memuncak. Moskow kembali menuntut digelarnya konferensi internasional membahas konflik Suriah.

"Konferensi lebih bermanfaat ketimbang meningkatkan tekanan lewat represi atau ancaman aksi kekerasan", kata wakil menlu Rusia, Gennadi Gatilov.

Sebaliknya menlu Inggris, William Hague menyatakan, tidak menutup kemungkinan dilancarkannya intervensi militer. "Situasinya sangat mirip dengan aksi kekerasan di Bosnia tahun 90-an", kata Hague lewat stasiun televisi Inggris Sky News.

"Waktu yang tersisa sudah amat mepet, untuk dapat menerapkan rencana perdamaian yang diajukan utusan Liga Arab, Kofi Annan", ujarnya. Suriah berada di ambang bubar atau terjerumus ke dalam perang saudara sektarian." Dia menegaskan, semua opsi tetap harus terbuka.

Namun di sisi lain pemerintah Jerman juga tetap menolak dilancarkannya intervensi militer terhadap Suriah. Menteri luar negeri Guido Westerwelle dalam mingguan "Welt am Sonntag" mengatakan; barang siapa menuntut opsi militer, dia seharusnya sudah tahu apa risikonya. "Menghentikan upaya mencari solusi politik, sama artinya dengan menelantarkan rakyat Suriah."

Kekerasan berdarah berlanjut

Kelompok oposisi jaringan pemantau hak asasi manusia di Suriah melaporkan, pertempuran berat antara tentara rezim melawan pasukan oposisi pecah di provinsi Homs. Akibat bombardemen tentara Suriah dalam waktu 24 jam terakhir, tercatat sedikitnya 35 orang tewas.

Syrien Zerstörung Panzer
Tank tentara pro-Assad yang dihancurkan pasukan oposisi.Foto: AP

Dalam baku tembak di kota Daraa (09/06) sedikitnya 20 orang tewas, diantaranya anak-anak dan perempuan.

Sementara itu, klaim pasukan pembebasan Suriah, bahwa mereka berhasil merebut sebuah posisi penangkis serangan udara tentara Suriah, sejauh ini sulit dikonformasi. Secara sepihak disebutkan, posisi itu jatuh, setelah sejumlah tentara pro-Assad membelot ke pihak oposisi.

Sementara itu dewan nasional Suriah (SNC) yang merupakan kelompok payung oposisi, di Istanbul memilih Abdulbaset Sieda sebagai ketua baru. Ketua SNC sebelumnya Burhan Ghaliun, mundur akhir Mei lalu, akibat tekanan dan kritik tajam atas gaya kepemimpinannya. Sesaat setelah terpilih Sieda kembali mengimbau agar pemerintahan Assad membelot ke pihaknya. Dia juga mendukung intervensi militer ke Suriah di bawah mandat PBB.

AS/CS (rtr,afp,dpa,dapd)