1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikInggris

Dengan Sunak, Kubu Konservatif Ingin Ubah Citra Berantakan

Zulfikar Abbany
Zulfikar Abbany
25 Oktober 2022

Untuk kedua kalinya dalam waktu singkat, kubu konservatif Inggris harus memilih pemimpin baru. Bisakah Rishi Sunak mengubah citra berantakan yang muncul selama ini? Opini editor DW Zulfikar Abbany.

https://p.dw.com/p/4Iemx
Großbritannien | Rishi Sunak ist neuer Premierminister
Foto: Hannah McKay/REUTERS

Mengomentari politik Inggris, orang biasanya disarankan memulai dengan lelucon, atau mengutip penulis, filsuf, atau sesuatu yang disegani. Tetapi perkembangan terakhir dalam politik Inggris baru-baru ini sangat menyedihkan dan membingungkan, sehingga saya hanya bisa memikirkan kata-kata populer yang diucapkan oleh Johnny Rotten: "Pernahkah Anda merasa telah diakali?"

Saya tidak akan membahas sejarah mengapa dan kapan Rotten —penyanyi band tenar Sex Pistols — mengatakan itu, tetapi saya akan menyebutkan bahwa dia mengatakannya sambil mencibir. Itu memang kebiasaannya.

Saya juga tidak dapat menghilangkan perasaan bahwa akan ada banyak orang yang mencibir ketika Rishi Sunak masuk ke Downing Street Nomor 10 sebagai Perdana Menteri Inggris kelima dalam enam tahun. Apa yang akan dia lihat dan pikirkan saat melambai ke kamera TV? Akankah ada anggota partainya sendiri, partai Konservatif yang umumnya dikenal sebagai Tories, yang mencibir di depan rumah dinas sementaranya di depan gedung Downing Street Nomor 10, — dan saya sengaja menambahkan kata "sementara".

Tentu banyak dari mereka akan bercanda tentang jenis mimpi yang muncul dalam tidur Sunak ketika dia akhirnya meletakkan kepalanya di atas bantal perdana menteri untuk pertama kalinya, di tempat di mana hanya beberapa malam yang lalu, orang membayangkan Liz Truss dengan gelisah dan penuh keringat melewati malam-malam terakhirnya, dan sekarang dicatat sebagai salah satu Perdana Menteri dengan masa jabatan terpendek dalam sejarah Inggris.

Apakah Sunak akan bangun pada hari pertamanya dalam jabatan Perdana Menteri di kantor dan bertanya-tanya, "Apa yang telah saya lakukan? Apakah itu akan sia-sia ketika semuanya berakhir?" Karena mungkin saja masa jabatannya berakhir lebih cepat dari yang kita pikirkan, atau cemoohkan.

Raja Charles III dan Rishi Sunak
Rishi Sunak diterima oleh Raja Charles III dan mendapat mandat membentuk pemerintahanFoto: Aaron Chown/Pool/AP/picture alliance

Masa jabatan beracun bagi Rishi Sunak

Rishi Sunak adalah PM Inggris pertama yang orang tuanya bermigrasi ke Inggris dari Asia Selatan. Jadi dia berasal dari latar belakang keluarga yang biasa-biasa saja hinggak akhirnya berhasil mencapai jabatannya hari ini. Tapi apa benar dia punya latar belakang rata-rata saja?

Rishi Sunak kuliah di Winchester College, sebuah sekolah asrama elit, dan mengambil bidang studi PPE, jurusan yang diambil oleh semua politisi karir yang bercita-cita tinggi: yaitu politik, filsafat, dan ekonomi. Dia menyelesaikan MBA di universitas bergengsi Stanford, Amerika Serikat, lalu bergabung dengan bank investasi, menghasilkan jutaan, dan menikah dengan anak salah satu miliarder terkaya India. Dia jelas-jelas tergolong kalangan atas, dibandingkan dengan kebanyakan dari kita.

Rishi Sunak memang berbeda dengan pendahulunya, karena dia bukan "perdana menteri perempuan", tetapi hanya "perdana menteri". Tapi belum ada orang yang tahu, apa yang harus dilakukan Sunak untuk membawa Inggris menuju masa depan yang lebih baik.

Tapi apapun itu, semuanya tidak akan mudah. Pekerjaan memimpin Inggris sekarang ini, dengan partai politik yang berantakan seperti Tories, sama beracunnya dengan peran pendahulunya Liz Truss.

Rishi Sunak
Rishi Sunak tiba di Downing Street 10 sebagai Perdana Menteri baru InggrisFoto: Hannah McKay/REUTERS

Dengan Sunak, Konservatif ingin pertahankan peluang sampai pemilu berikut

Publik dan media tahu, dan Sunak sebaiknya juga harus tahu, kalau dia mau sedikit lebih jujur pada dirinya sendiri daripada Truss sebelumnya —kita semua tahu bahwa dia dipilih karena kelelahan partainya sendiri, dan kesadaran bahwa "jika kita tidak mendukung Sunak sekarang, kita benar-benar akan mendapatkan kembali Boris Johnson."

Memang, tidak ada yang mengatakan itu secara terbuka. Sunak sebelumnya kalah dari Truss karena dia melakukan pekerjaan yang hebat, tetapi Tories menyerahkan jabatan Perdana Menteri kepada Liz Truss, yang mendapatkan lebih sedikit dukungan di parlemen. Dan ada satu orang lain yang juga mengetahui semua itu: Jeremy Hunt, menteri keuangan saat ini. Hunt akan tertawa terbahak-bahak, karena dia tahu, seperti halnya Sunak dan anggota Partai Konservatif lainnya, bahwa Sunak sekarang harus memiliki alasan yang sangat, sangat, sangat bagus untuk mempertahankan Jeremy Hunt dan mendukungnya membalikkan agenda ekonomi mantan menteri keuangan Kwasi Kwarteng, yang digantikan oleh Hunt seminggu lalu, setelah agenda Kwarteng menyebabkan kehancuran pasar di Inggris.

Jadi, Sunak sekarang ada di Downing Street Nomor 10, sementara di sebelahnya di Downing Street Nomor 11, ada Jeremy Hunt yang akan memainkan peran penting dan menentukan — seperti yang dilakukan Rishi Sunak ketika Boris Johnson masih menjadi perdana menteri, dan Sunak ketika itu mengundurkan diri dan menandai kejatuhan Boris Johnson.

Ini sebenarnya situasi yang menyedihkan, karena mereka tidak bisa membalikkan Brexit, yang jadi asal muasal bencana. Sekalipun para politisi yang berperan sekarang banyak melakukan gerakan putaran baik, tidak ada yang bisa melakukan flips atau flops, atau U-turn untuk Brexit.

Sunak hanya punya satu pilihan di depan — yaitu membiarkan Jeremy Hunt melanjutkan pekerjaannya, sementara dia, Sunak, tetap memenuhi tuntutan perannya, yaitu tersenyum, berbicara basa-basi, dan mencoba bertahan cukup lama untuk mencapai pemilu berikutnya, pada Mei 2024 atau paling lambat Januari 2025.

Jadi mari kita berharap pada masa depan yang hambar, atau satu-satunya obat yang tersisa adalah jika Raja Charles III bisa mengusir semua kegalauan di Downing Street dan memutuskan untuk mengendalikan sendiri negara itu.

(hp/as)