1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
BudayaUkraina

Mengamankan Data-data Digital Cagar Budaya Ukraina

27 Maret 2022

Organisasi Saving Ukraina Cultural Heritage Online (SUCHO) berusaha mendokumentasikan warisan dan kekayaan budaya Ukraina secara digitaldan mengamankan datanya. Juga di tengah perang yang berkobar.

https://p.dw.com/p/492vb
Foto panorama pusat kota Lviv, Ukraina
Foto panorama pusat kota Lviv, UkrainaFoto: Sergii Figurnyi/Zoonar/picture alliance

Selama empat minggu Ukraina mengalami pemboman. Rumah-rumah, sekolah dan rumah sakit telah dihancurkan, dan banyak orang telah terbunuh. Warisan budaya negara itu juga juga tidak luput dari serangan Rusia. Beberapa institusi budaya penting telah hancur, antara lain Teater Drama Donetsk di Mariupol, sementara biara gua Sviatohirsk — yang dibangun tahun 1526 — rusak parah oleh tembakan Rusia.

Warga Ukraina berusaha menyelamatkan warisan budaya mereka, antara lain dengan menutupi patung-patung dengan karung pasir, atau menyimpannya di bunker. Organisasi relawanSaving Ukraina Cultural Heritage Online (SUCHO) berusaha menyelamatkan warisan budaya itu secara online. Salah satu penggagasnya adalah sejarawan digital Sebastian Majstorovic, yang tinggal di Wina, Austria.

"Melalui latar belakang saya, bisa dibilang saya memang punya antena untuk masalahj-masalah seperti ini," kata Sebastian Majstorovic kepada DW. Saat ini dia bekerja di Austrian Centre for Digital Humanities and Cultural Heritage, Wina.

Patung bersejarah di Odessa ditutupi dengan karung pasir
Patung bersejarah di Odessa ditutupi dengan karung pasirFoto: Liashonok Nina/REUTERS

Digitalisasi warisan dan barang budaya

Tiga minggu lalu, Sebastian Majstorovic mendirikan SUCHO dengan dua orang yang punya pemikiran serupa. "Awalnya, kami fokus mengamankan semua yang tersedia untuk umum di internet," katanya. Mereka menggunakan program pencari situs web lembaga-lembaga budaya dan mengunduh informasi seperti dokumen, foto karya seni, tur virtual monumen-monumen bersejarah, film, produksi musik rakyat, dan pola pakaian tradisional.

Selama tiga minggu terakhir, SUCHO telah mengamankan 10 terabyte data. Pada awalnya, Sebastian membiayai sendiri proyek itu, tetapi sekarang SUCHO mendapat dukungan dari organisasi teknologi dan penyedia layanan internet yang menyediakan server mereka secara gratis.

"Lembaga budaya, juga di negara-negara miskin, melakukan pekerjaan yang baik dalam mendigitalisasi warisan mereka. Namun, tidak ada yang berpikir banyak tentang bagaimana mengamankan data-datanya, dan itu adalah sesuatu yang membuat saya khawatir,” katanya.

Seseorang perlu bekerja sama secara internasional untuk menciptakan infrastruktur digital, di mana museum regional kecil pun dapat mengamankan data mereka dengan sedikit usaha dan tanpa biaya, tambahnya.

Mengamankan barang budaya secara digital

Sekarang SUCHO bekerja sama dengan Harvard Ukrainian Research Institute dan University of Alberta untuk menciptakan infrastruktur guna melindungi warisan budaya dari perang atau bencana alam.

Ketika mengerjakan tesis doktoralnya tentang tokoh-tokoh revolusi pada abad ke-19, kesulitan Sebastian Majstorovic adalah karena banyak dokumen berharga yang tidak lagi tersedia. "Arsip utama untuk penelitian saya ada di Wina dan Milan. Tetapi arsip di Milan dihancurkan oleh Jerman selama Perang Dunia II, dan dokumen di Wina berada di Gedung Kehakiman, yang dibakar selama kerusuhan tahun 1920-an," kata Majstorovic.

Banyak sejarawan memang dihadapkan pada masalah serupa. "Itulah mengapa salinan yang diamankan secara digital sangat penting,"jelasnya.

Sebenarnya, setiap benda budaya adalah benda publik dan dilindungi oleh aturan umum peperangan. Selain itu, masyarakat internasional, termasuk Rusia, menandatangani Konvensi Den Haag untuk Perlindungan Kekayaan Budaya Peristiwa Konflik Bersenjata pada tahun 1954. Namun Moskow saat ini tampaknya peduli dengan kesepakatan-kesepakatan itu.

(hp/yp)

Rayna Breuer
Rayna Breuer Editor, jurnalis multimedia