1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dari Jerman bagi Kenya

15 Agustus 2011

Menteri Bantuan Pembangunan Jerman Dirk Niebel berkunjung ke Kenya untuk mendapat gambaran dari kekeringan di Afrika Timur, mengunjungi proyek-proyek bantuan dan memperoleh informasi tentang situasi pengungsi di Somalia.

https://p.dw.com/p/12Gpe
Minister Dirk Niebel mit dem kenianischen Premierminister Raila Odinga in Naiobi (15.8.2011), Foto: Alfred Kiti, Korrespondent der Kisuaheli-Redaktion
Menteri Bantuan Pembangunan Jerman Dirk Niebel (kanan) bersama PM Kenya, Raila Odinga (15/08)Foto: DW

Kekeringan tidak hanya melanda Somalia melainkan juga sebagian besar negara tetangganya Kenya, negara yang menampung ratusan ribu pengungsi dari Somalia. Di lahan-lahan pertanian hanya ada tanaman jagung yang telah mengering. Tidak ada yang dapat dipanen.

Menampung Air

Lucy Munyeke menceritakan bagaimana situasi di Mindali beberapa tahun lalu, ketika hujan tidak turun berbulan-bulan. "Di masa kekeringan tidak ada air, hanya di sungai-sungai," demikian tuturnya. Tetapi sungai sulit untuk dijangkau. Tetapi di Mindali sekarang sudah ada perubahan. Walaupun kekeringan melanda, air masih ada. Dari sebuah keran di bagian bawah tangki air besar, seorang pria mengisi air ke dalam jeriken yang dapat memuat 20 liter.

Entwicklungsminister Dirk Niebel (FDP) und die Präsidentin der Deutschen Welthungerhilfe Bärbel Dieckmann haben am Samstag (13.08.2011) bei ihrer Ankunft in Nairobi Hilfsgüter, darunter Fußbälle, für die Flüchtlinge im Osten Afrikas mitgebracht. Da die kenianische Regierung die Güter nicht zollfrei stellte, hat Niebel die 750 Kilogramm kurzerhand zu seinem "persönlichen Gepäck" erklärt. Foto: Ruppert Mayr dpa (zu dpa "Niebel: Hilfe muss erfolgversprechend sein") +++(c) dpa - Bildfunk+++
Niebel (kanan) bersama Bärbel Dieckmann, kepala organisasi bantuan Jerman Welthungerhilfe (kiri), ketika tiba di Kenya (13/08/2011). Bea cukai Kenya tidak membebaskan bantuan yang mereka bawa, antara lain sejumlah bola, sehingga Niebel menyatakan 750 kg bantuan tersebut sebagai bawaan pribadinya.Foto: picture alliance/dpa

Air di tangki itu berasal dari hujan deras terakhir bulan April lalu. Organisasi bantuan Jerman Welthungerhilfe dan penduduk desa bersama-sama membuat dua tangki air seperti itu, untuk menampung air hujan. Tangki-tangki terletak di kaki sebuah bukit besar yang terdiri dari batu-batu basalt. Di sekitar bukit didirikan sebuah tembok. Air yang jatuh di atas bukit itu tertahan alirannya oleh tembok. Lewat sejumlah saluran, air mengalir ke kedua tangki.

Berfungsing Sendiri

3.000 orang dapat memperoleh air, jika kekeringan melanda. Untuk itu mereka harus membayar 2 Shiling Kenya per liter. Penduduk kini membentuk kelompok, yang mengurus pemeliharaan tangki air tersebut. Oleh sebab itu, Johan van de Kamp dari Welthungerhilfe juga tidak ragu menyerahkan tangki tersebut.

"Tangki itu berfungsi sendiri. Setelah penduduk menyadari cara penggunaannya, mereka akan berusaha sebaik mungkin untuk memelihara instalasi ini," demikian Johan van de Kamp. Tangki serupa itu menampung air hujan dari atap sebuah sekolah dasar. Orang tua anak-anak yang menuntut ilmu di situ ikut membantu pembangunannya. Sekarang, jika kekeringan datang, sekolah itu punya air untuk memasak atau mencuci.

Pihak berwenang di sekolah memuji proyek tersebut. "Karena proyek ini anak-anak datang bersekolah. Kesehatan mereka membaik, karena mereka dapat mencuci tangan setelah pergi ke toilet. Mereka juga memperoleh makanan, yang dimasak di sekolah. Jadi ini keuntungan besar bagi kami."

Tidak Perlu Menderita

Ide itu juga sudah ditiru, demikian dikatakan Isabelle Grädel dari Welthungerhilfe. "Jika orang berjalan lewat darat, orang akan melihat di berbagai rumah tempat penampungan air, tetapi dalam skala lebih kecil. Setiap rumah tangga membuat sistem penampungan air hujan sendiri-sendiri."

A family sit next to a donkey cart after they were handed food at a World Food Programme, WFP, compound in a displacement camp in Dadaab, Kenya, Sunday, July 31, 2011. Dadaab, a camp designed for 90,000 people now houses around 440,000 refugees. Almost all are from war-ravaged Somalia. Some have been here for more than 20 years, when the country first collapsed into anarchy. But now more than 1,000 are arriving daily, fleeing fighting or hunger.(Foto:Schalk van Zuydam/AP/dapd)
Sebua keluarga ketika baru mendapat bantuan makanan dari Organisasi Pangan Dunia (WFP), 31 Juli 2011.Foto: dapd

Jadi orang dapat mengambil langkah sendiri. Jika hujan tidak turun, orang tidak perlu mengalami dan menderita kekeringan, demikian dikatakan Menteri Pembangunan Jerman Dirk Niebel. Sebaliknya orang harus lebih mendorong pertanian yang sesuai di daerah-daerah yang sering dilanda kekeringan, misalnya dengan proyek-proyek pengairan, pendidikan untuk pemeliharaan lumbung untuk mencegah rusaknya panen, penanaman padi-padian yang lebih tahan menghadapi kekeringan. Untuk itu departemen pembangunan Jerman akan menyediakan lebih dari 700 juta Euro untuk bantuan di seluruh dunia.

Menanggung Dampaknya

Hingga beberapa waktu lalu, pembangunan di daerah pedesaan diabaikan dan dampaknya harus ditanggung sekarang. Tetapi bukan hanya oleh Jerman, demikian dikatakan Niebel. Tetapi dengan cara itupun orang tidak mungkin mencegah kekeringan, demikian ditambahkannya.

"Tidak ada cara yang dapat mencegah kekeringan. Itu tidak akan dapat sepenuhnya dihindari. Tetapi orang dapat mengantisipasinya. Orang dapat mempersiapkan diri, sehingga orang dapat menghadapi kekeringan dengan lebih baik. Untuk itulah langkah-langkah seperti yang sudah dilihat dapat berguna," demikian Niebel.

Bagi lebih dari 400.000 pengungsi dari Somalia di kamp pengungsi Dadaab, pesan seperti itu sekarang tidak berguna. Yang mereka butuhkan adalah bantuan darurat yang diberikan langsung.

Christoph Käppeler / Marjory Linardy

Editor: Hendra Pasuhuk