1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Cuaca Tak Menentu Timbulkan Masalah di Afrika Selatan

6 Desember 2011

Durban, Afrika Selatan adalah tuan rumah konferensi iklim tahun ini. Negaranya sendiri juiga menderita akibat pemanasan bumi dan perubahan iklim. Apa pandangan warga di sekitar Durban tentang perubahan iklim?

https://p.dw.com/p/13NX4
Pemandangan di EsimahleniFoto: DW

Pemimpin lokal suku Zulu, Mkhize, membatalkan misa gereja kali ini untuk berbicara dengan para wartawan yang datang dari Durban. Ia bercerita, "Sekarang musim panas dan seharusnya jagung sudah siap panen. Tetapi kami tidak bisa panen, karena jagung belum matang. Hujan tidak turun secara rutin." Pola cuaca di daerahnya semakin kacau.

Cuaca Ekstrim: Banjir dan Kemarau

Konferensi iklim di Durban membangkitkan kesadaran banyak warga mengenai bahaya perubahan iklim. Kesan ini setidaknya dimiliki Juba Khuzwayo, dari NGO Sunani di kawasan tersebut yang memulai proyek pencegahan kekerasan. "Di kawasan ini, kami sudah sering mengalami kekeringan. Ini membuat khawatir banyak orang. Banjir juga terjadi dan merusak beberapa desa. Anggota keluarga meninggal akibat bencana tersebut. Bahkan di minggu pertama konferensi iklim, dua hingga tiga keluarga meninggal karena banjir. Warga khawatir karena kekeringan yang ekstrim dan banjir yang parah."

Walau pola cuaca semakin tidak menentu, tema perubahan iklim bagi sebagian besar warga Afrika Selatan adalah hal baru. Jika berbicara tentang tema tersebut dalam bahasa Zulu, bahasa yang paling sering digunakan di provinsi KwaZulu, untuk istilah 'konferensi iklim' mereka menggunakan singkatan dalam bahasa Inggris COP17.

Pohon Melawan Perubahan Iklim

Namun, Afrika Selatan tidak hanya korban dari perubahan iklim. Pembangkitan listrik disini terutama berbasis pada batu bara. Sehingga negara ini turut berperan dalam pemanasan suhu bumi. Bahkan, pembangkit listrik Medupi, salah satu pembangkit listrik tenaga batu bara terbesar di dunia, tengah dibangun.

Apakah penduduk Esimahleni melakukan sesuatu untuk memerangi perubahan iklim? Nkhosinathi Mbata, asisten pimpinan suku lokal, mengiyakannya. "Kami berhasil meyakinkan warga untuk tidak membakar rumput dan mereka juga tidak merusak pohon lagi. Kini kami mengawasi mereka yang menggunakan akar pohon untuk obat-obatan. Sehingga kami bisa mempertahankan pohon yang memberikan kami kehidupan dan udara segar."

Hanya Satu Dari Banyak Masalah

Ratusan bukit dan lembah terdapat di desa Esimahleni. Samudera Hindia terlihat di cakrawala. Hal yang mengejutkan adalah betapa hijaunya bagian di Afrika Selatan ini. Bagi pengunjung, pemandangan yang cantik seperti sebuah lukisan. Namun, warga disini harus bergulat dengan banyak masalah.

Perubahan iklim hanya satu dari sekian banyak masalah lainnya. Ini menurut aktivis Juba Khuzwayo. "Di Afrika Selatan kami tidak hanya berkutat dengan masalah iklim. Sebagai negara berkembang, kami juga memiliki masalah kemiskinan dan pengangguran. Semua hal ini harus diprioritaskan. HIV AIDS, pengangguran, kemiskinan dan perubahan iklim."

Johannes Beck / Vidi Legowo-Zipperer

Editor: Agus Setiawan