1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

CT Scan Ungkap Misteri Mumi

20 Juli 2017

Hasil pemindai komputer tomografi (CT scan) berkualitas tinggi. Para arkeolog ingin merekonstruksi wajah mumi dengan data yang diperoleh dari pemindai tersebut.

https://p.dw.com/p/2gqiL
BdT Mumienuntersuchung im Computertomographen
Foto: picture-alliance/dpa/P. von Ditfurth

Rumah sakit St. Bernward di Hildesheim memiliki fasilitas pemindai komputer tomografi modern. Museum Roemer dan Pelizaeus meminta mumi ini dipindai. Mumi berasal dari Mesir dan bernama Ta Char dan tidak tersentuh sejak 2000 tahun.

Kurator Oliver Gauert berharap: "Kami bisa mengetahui jenis kelaminnya, umur dan kondisi kerangka tubuh, apakah kidal atau tidak, dalam beberapa kasus bahkan bisa diketahui penyakit yang diderita dan merekonstruksi wajahnya. Artinya, kita bisa mengetahui secara menyeluruh tentang sosok di balik balutan kain ini."

Sebuah upaya mengungkap masa lalu. Setelah beberapa menit, dibuktikan di dalam balutan kain benar-benar ada jenazah manusia.

"Lapisan kainnya sangat banyak. Saya perkirakan lebih dari 20 lapis. Ini kanal sunsum tulang belakang, juga bisa dilihat sisa organ yang lunak," jelas Gauert.

Mumi dan peti kayunya adalah hasil pinjaman dari Museum Aberdeen. Tentara Skotlandia membawanya sebelum perang dunia pertama sebagai kenang-kenangan dan kemudian menghadiahkannya kepada universitas. Selama bertahun-tahun peti menjadi barang pajangan di museum. Walau bagian luar mumi mengalami kerusakan, tetapi belum pernah ada yang menyentuh bagian dalamnya.

Menurut tulisan pada peti, mumi adalah seorang perempuan yang hidup di Luxor 400 tahun sebelum Masehi. Namanya "Nebet Per" - atau "penguasa rumah". Apakah ini keterangan yang benar dan mengapa ia meninggal, akan diketahui melalui penelitian antropologi.

Gauert menuturkan, "Sepertinya, sebelum dilumuri dengan balsam, mumi juga diisi material khusus. Orang ini pasti berasal dari kalangan atas, karena proses pembalasamannya salah satu yang paling rumit."

Hasil CT scan berkualitas tinggi dari tengkorak mumi. Para arkeolog ingin merekonstruksi wajah Ta Char untuk pameran di Rosenheim. Ini adalah bagian dari proyek penelitian mumi di Hildesheim. Metode yang sama diterapkan museum ini terhadap mumi Idu dari Mesir yang umurnya 4000 tahun. Tengkorak mumi tersebut dalam kondisi sangat baik, sehingga wajahnya bisa direkonstruksi dengan data yang diperoleh dari pemindai tomografi komputer.

Deutschland Rekonstruierter Kopf von Idu II.
Madeleine Alsen merestorasi wajah mumi IduFoto: picture alliance/dpa/H. Hollemann

Manusia dijadikan mumi dengan harapan ada yang tersisa dari diri mereka setelah meninggal. Oliver Gauert: "Ada bibit penyakit yang terawetkan dari masa sebelum adanya pengobatan modern. Tujuan kami adalah menemukan bibit penyakit, mengisolasinya, melakukan pengurutan genom dan membandingkannya dengan penyakit di era modern, bagaimana terbentuknya resisten terhadap antibiotika. Ini hasil sangat penting yang bisa dianalisa penelitian kedokteran harapan kami ini bisa membantu pengembangkan obat baru."

Hasil penelitian ini berhasil mengungkap mengapa Ta Char kehilangan begitu banyak gigi. Umurnya diperkirakan 60 tahun, umur yang sudah sangat tua di masanya. Kelihatannnya ia juga tidak banyak bekerja keras. Kerangka menunjukkan jejak usia lanjut, tetapi hampir tidak ada bekasnya pada tulang belakang. Perempuan asal Luxor ini sepertinya benar-benar berasal dari kalangan atas. 

Oliver Römhild (vlz/as)