1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Costa Concordia Menjadi Daya Tarik Wisata

Rayna Breuer13 Juli 2012

Enam bulan lalu, kapal pesiar Costa Concordia karam di lepas pantai Italia. Sejak kecelakaan tersebut, bangkai kapal menjadi antraksi bagi wisatawan dan tantangan besar bagi petugas penyelamat.

https://p.dw.com/p/15X7D
Foto: Reuters

13 Januari 2012: di lepas pantai Pulau Giglio, Costa Concordia yang tengah mengangkut lebih dari 4.200 penumpang dan awak kapal, menghantam karang. Kepanikan terjadi saat air mulai masuk, menyebabkan kapal terbalik. Kapten Francesco Schettino menjadi salah seorang yang pertama menyelamatkan diri. Sementara, sebagian besar penumpang harus bertahan di kapal selama beberapa jam sebelum mereka berhasil dievakuasi.

30 orang meninggal dunia, dua orang masih dinyatakan hilang. Enam bulan setelah kecelakaan ini, bangkai Costa Concordia masih tergeletak di bibir pantai Pulau Giglio, menjadi magnet yang menarik para wisatawan. Namun pemilik hotel mengeluh.

Karcis Masuk

Sejak 1 Juli lalu, pejabat memungut karcis masuk bagi wisatawan yang yang mengunjungi Pulau Giglio. Karcis seharaga 1,50 Euro ini hanya dikenakan pada wisatawan yang tinggal hanya untuk satu hari, mereka yang datang hanya untuk melihat Concordia,“ dikatakan Mariangela Traficante, pakar parawisata dan wartawan majalah wisata Italia Guida Viaggi. Tarif ini memang tidak tinggi. Namun pejabat setempat tetap berharap akan dapat menurunkan jumlah pengunjung harian. “Mereka tidak menginap di sini. Mereka tidak menghabiskan uang. Ini bukan hal yang menggembirakan bagi para pelaku bisnis perhotelan,“ ditambahkan Traficante.

Costa Concordia Bergungsarbeiten
Kapal pesiar seberat 500.000 ton ini diharapkan dapat diangkat sampai akhir tahun 2012.Foto: dapd

Walaupun demikian, hotel-hotel penuh selama liburan Paskah. Ini juga berkat pemerintah setempat yang memberikan dukungan besar bagi industri parawisata. Beberapa bulan lalu, wilayah Toscana meluncurkan kampanye media internasional untuk mengiklankan Pulau Giglio. Bahkan menteri parawisata Italia menyempatkan diri mengunjungi pulau ini untuk menunjukkan dukungannya, dikatakan Traficante. “Media internasional hanya menulis mengenai wisatawan yang datang untuk melihat bangkai kapal. Ini menjadi masalah bagi pejabat di sini. Mereka khawatir, bahwa ini akan merusak citra pulau sebagai tujuan wisata yang populer.“

Dampak bagi Lingkungan

Giglio
Pulau Giglio, yang terletak di wilayah taman laut ToscanaFoto: AP

Satu bulan setelah kecelakaan, pekerjaan mengeluarkan minyak dari tanki kapal dimulai. Operasi yang sangat beresiko ini tidak memiliki dampak negatif bagi lingkungan. Demikian dikatakan Giovanna Amorosi dari taman laut Parco nazionale dell'Arcipelago Toscano. Berbagai analisis ilmiah status dasar laut sudah dilakukan sajk bulan Januari lalu. “Tidak terdapat bukti bahwa terjadi pencemaran di Pulau Giglio,“ dikatakan Amorosi.

Namun masih terdapat bagian paling sulit bagi lingkungan. Satu bulan lalu, pekerjaan untuk mengakat bangkai kapal diimulai. Diperkirakan pekerjaan ini akan memakan waktu hampir satu tahun. “Tantangan terbesar adalah untuk mengangkat seluruh bagian kapal Concordia ke daratan agar tidak membahayakan lingkungan,” dikatakan Carlo Femiani, insinyur kelautan di perusahaan Micoperi yang terlibat dalam operasi pengangkatan. Dalam operasi ini harus dihindari lepasnya bagian dari bangkai kapal. Ini dapat membahayakan lingkungan. Femiani merasa optimis, “Kami perkirakan operasi ini akan sukses.”

Sang Kapten dan Pembelaannya

Italien Schiffsunglück Costa Concordia bei Giglio Kapitän Francesco Schettino
Francesco SchettinoFoto: dapd

Saat ini, kapten kapal Costa Concordia, Francesco Schettino, telah dibebaskan dari tahanan rumah. Schettino menyatakan bahwa ia merupakan “korban dari sistem” dan menegaskan bahwa ia “tidak melakukan tindak kejahatan”. Demikian dikatakan Schettino kepada stasiun Canale 5. Namun, ditambahkannya, 32 korban membebani hati nuraninya dan ia meminta maaf atas insiden ini. Kejaksaan antara lain menuduh Schettino telah melakukan kecerobahon yang menyebabkan kematian orang lain, bertanggungjawab atas kecelakaan dan meninggalkan kapal saat evakuasi berlangsung. Penyelidikan memang masih terus dilakukan, namun berjalan sangat lambat. Sampai kasus ini di bawa ke pengadilan, diperkirakan akan memakan waktu beberapa tahun.