1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Clinton Kunjungi Vietnam dalam Rangka Forum Regional ASEAN

22 Juli 2010

19/07-23/07 di Hanoi digelar pertemuan menteri-menteri ASEAN yang dilanjutkan dengan Forum Regional ASEAN, ARF. Kamis (22/07) Menlu AS Hillary Clinton tiba di Hanoi, guna menghadiri ARF, yang akan digelar Jumat (23/07)

https://p.dw.com/p/ORYg
Ri Tong Il, juru bicara Korea Utara saat berikan keterangan kepada media pada ARF di Hanoi, Vietnam (22/07)Foto: AP

Kunjungan dua hari Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton di Vietnam bertepatan dengan 15 tahun normalisasi hubungan kedua negara pasca Perang Vietnam. Saat perang tersebut Angkatan Udara Amerika Serikat menyemprotkan gas kimia beracun, untuk menghancurkan produksi bahan pangan dan pepohonan yang dijadikan pusat persembunyian dan kekuatan kelompok Viet Cong. „Kami telah bekerja sama dengan Vietnam selama kira-kira 9 tahun dalam upaya meredam dampak Agen Oranye. "Saya akan berusaha meningkatkan kerjasama kami dan bersama-sama meraih kemajuan lebih baik“. Demikian kata Clinton.

Dalam konferensi pers seusai pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Vietnam Pham Gia Khiem, Clinton juga mengatakan, Amerika Serikat seperti halnya Vietnam juga merasa cemas sehubungan ekspor peralatan militer dari Korea Utara ke Myanmar. Washington mengkhawatirkan meningkatnya hubungan militer antara Korea Utara dan Myanmar menyusul dugaan pengiriman peralatan militer dari Korea Utara ke Myanmar dan laporan bahwa Myanmar ingin mengembangkan program senjata atom dengan bantuan Pyongyang.

Rabu (21/07) kemarin dalam sebuah konferensi pers di Seoul Menlu Clinton menyampaikan, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi-sanksi ekonomi dan keuangan baru bagi pemerintah di Pyongyang

"Hari ini saya mengumumkan serangkaian tindakan guna meningkatkan kemampuan kami guna mencegah proliferasi Korea Utara, untuk menahan aktivitas terlarangnya yang dapat mendorong program senjata mereka dan menghindari aksi-aksi provokatif selanjutnya."

Menurut Clinton sanksi tersebut bukan ditujukan bagi rakyat Korea Utara melainkan untuk menambah tekanan bagi pemimpin di Pyongyang. Sementara Korea Utara, dalam pernyataan Kamis ini, mengecam rencana latihan militer Amerika Serikat dan Korea Selatan hari Minggu mendatang, dan mengkritik sanksi baru Amerika Serikat bagi negara tersebut. „Tindakan-tindakan semacam itu tidak hanya akan mengancam perdamaian dan keamanan di kawasan, melainkan juga perdamaian dan keamanan global“, demikian dikatakan jurubicara Korea Utara. Disampaikan lebih lanjut, jika Amerika Serikat benar-benar berkepentingan dalam denukliarisasi Semenanjung Korea, ia harus lebih memimpin terciptanya suasana dialog daripada melakukan latihan militer atau menerapkan sanksi-sanksi.

Korea Utara memperingatkan adanya perang jika negara itu dihukum sehubungan kasus penenggelaman kapal korvet Korea Selatan Cheonan, di Laut Kuning bulan Maret lalu. Insiden itu tidak hanya menelan 46 korban tewas melainkan juga memperuncing secara drastis suasana di Semenanjung Korea.

Menurut keterangan pejabat kementerian luar negeri Amerika Serikat, Clinton akan meminta Beijing untuk mengubah haluan kemitraan eratnya dengan Korea Utara, dalam pertemuan bilateral antara Clinton dengan Menteri Luar Negeri Cina Yang Jiechi di Hanoi.

Selain 10 anggota ASEAN, ARF antara lain dihadiri oleh Cina, Jepang, Korea Utara, Korea Selatan, Rusia, Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Dyan Kostermans/AFP/RTR/DW

Editor: Hendra Pasuhuk