1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

060710 russland usa kaukasus

7 Juli 2010

Dalam kunjungannya di Georgia, Hillary Clinton menyatakan dukungan Washington kepada negara ini serta mengkritik rencana Rusia untuk membangun pangkalan militer di wilayah Kaukasus.

https://p.dw.com/p/OCMi
Menlu AS Hillary Clinton bersama Presiden Georgia Micheil SaakashviliFoto: AP

Semuanya tampak berjalan mulus. Penangkapan mata-mata Rusia sepertinya tidak mencederai hubungan Amerika-Rusia yang diperbaharui lagi, mengingat pemimpin Kremlin Dimitri Medvedev memberi selamat pada pemimpin Gedung Putih, Barack Obama, pada 4 Juli, hari kemerdekaan Amerika Serikat.

Dengan kata-kata yang dipilih dengan cermat, Presiden Rusia Dmitri Medwedew menekankan hubungan yang membangun dan ramah. Setiap upaya untuk mengecilkan apa yang sudah dicapai atau kemitraan yang terjalin adalah tidak berguna dan tidak dapat dibenarkan.

Untuk itu ada PM Vladimir Putin. Ia mengamati dengan seksama perjalanan Menlu AS Hillary Clinton, dari Polandia ke Ukraina, Aserbaijan, Armenia sampai ke Georgia. Kecuali Polandia yang anggota Uni Eropa, Kremlin menganggap negara-negara tersebut dalam lingkup kepentingannya dan karena itu tidak mempercayai langkah AS.

Termasuk ketika AS menyepakati perjanjian baru dengan Polandia, dimana gagasan tentang sistem pertahanan rudal dibahas kembali. Namun, selama gagasan itu belum diwujudkan, Moskow tampaknya masih menahan diri. Kata-kata tajam kementrian AS yang menempatkan Rusia sejajar dengan Zimbabwe, Kongo, Kuba, Belarusia dan Iran, negara-negara dimana kemasyarakatan dan gerakan sosial diremukkan, juga biasa diabaikan oleh Kremlin.

Tapi jika menyangkut Georgia dan dua bekas provinsinya yang melepaskan diri, Abkasia dan Osetia Selatan, Putin tidak bisa tinggal diam. "Beberapa percaya, mereka diduduki, lainnya yakin mereka dibebaskan. Ini adalah topik bagi dialog antara rakyat, antara Georgia dan Osetia Selatan. Dialog ini harusnya berjalan, tanpa upaya pihak ketiga.“

Dengan kata lain, Amerika jangan ikut campur. Pada kunjungan ke ibukota Georgia, Tiflis, Menlu Hillary Clinton kembali menyerukan agar keutuhan nasional Georgia dipulihkan. “Kami tetap menyerukan pada Rusia untuk mematuhi perjanjian gencatan senjata Agustus 2008 yang ditandatangani Presiden Saakashvili dan Medvedev, termasuk mengkahiri pendudukan, dan menarik mundur pasukan Rusia dari osetia Selatan dan Abkhasia kembali ke posisi sebelum konflik.”

Rusia kini ingin membangun pangkalan militer tetap di Abkhasia dan Ossetia Selatan yang menurut hukum internasional masih termasuk wilayah Georgia. Hingga kini, kemerdekaan kedua wilayah itu hanya diakui oleh Moskow dan sejumlah kecil negara lain.

Kunjungan Clinton ke negara-negara tetangga Rusia adalah kunjungan niat baik, yang dipantau Moskow dengan seksama. Karena persis seperti kecurigaan AS pada pendekatan terbaru Ukraina terhadap Rusia, Kremlin juga tidak mempercayai peran AS dalam konflik-konflik terpendam di sekitar gunung Karabakh atau Abkhasia. Tidak tertutup kemungkinan masalah ini akhirnya masuk dalam agenda presiden masing-masing yang tengah disemarakkan aroma persahabatan.

Horst Kläuser/Renata Permadi

Editor: Hendra Pasuhuk