1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Cerita Ahok di Balik Revitalisasi Lapangan Banteng

17 Agustus 2018

Dalam buku terbarunya, Kebijakan Ahok, bekas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menuturkan sepenggal kisah proses awal revitalisasi Lapangan Banteng dan harapannya terhadap lapangan ikonik tersebut.

https://p.dw.com/p/33I9q
Indonsien Jakarta Gouverneur Basuki Tjahaja Purnama
Foto: Getty Images/AFP/M. Hayat

Lapangan Banteng di Jakarta Pusat kini tampak indah dan megah. Penampilan baru Lapangan Banteng itu diresmikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Lapangan Banteng yang sudah ada sejak zaman kolonial, dulunya bernama Lapangan Singa. Setelah Indonesia merdeka, namanya berubah jadi Lapangan Banteng.

"Revitalisasi Taman Lapangan Banteng Menata lapangan Banteng yang merupakan salah satu ikon penting Ibu Kota Jakarta menjadi salah satu harapan saya sejak saya memimpin Jakarta," ungkap mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) lewat buku yang ditulisnya, 'Kebijakan Ahok' seperti dikutip detikcom, Jumat (17/8/2018).

Pada buku tersebut Ahok tak menuliskan kapan tepatnya inisiasi untuk merevitalisasi Lapangan Banteng dilakukan. Dia bercerita tentang harapannya itu terwujud berkat kerja sama antara Pemprov DKI Jakarta dengan CSR dari PT Rekso Nasional Food.

"PT Rekso tidak hanya membangun, namun turut mengelola dan memelihara Lapangan Banteng sesuai dengan perjanjian," kata Ahok.

Ahok tak menyebutkan besaran biaya revitalisasi lapangan ini karena memang memanfaatkan program CSR dari PT Rekso Nasional Food. Namun Ahok belum melihat secara langsung hasil dari revitalisasi ini karena dirinya masih menanti bebas murni dari bui.

Ada 3 zona dalam pengerjaan revitalisasi Lapangan Banteng. Zona pertama adalah monumen Pembebasan Irian Barat yang dibangun amphitheater.

"Zona kedua adalah zona yang bisa digunakan selama 24 jam karena merupakan zona olah raga dengan dilengkapi lapangan rumput sintetis, Dan zona ketiga merupakan taman yang sekaligus berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH)," papar Ahok.

Menurut Ahok, revitalisasi ini membuat Monumen Pembebasan Irian Barat jadi fokus utama. Selama ini monumen tersebut seakan terlupakan.

"Dengan menjadi zona utama artinya warga yang datang ke Lapangan Banteng, terutama generasi muda, bisa mengetahui salah satu bagian penting dari sejarah bangsa ini. Sebelum dilakukan revitalisasi, Monumen Pembebasan Irian Barat ini seolah-olah terlupakan," ungkap Ahok.

Alasan Ahok ingin merevitalisasi Lapangan Banteng sebetulnya sederhana. Dia ingin warga Jakarta punya tempat aman untuk beraktivitas di luar rumah selama 24 jam.

"Saya ingin Lapangan Banteng bisa berfungsi atau dimanfaatkan oleh warga Jakarta selama 24 jam dengan didukung penerangan yang cukup. Hal ini juga dapat mengubah pandangan negatif orang selama ini mengenai Lapangan Banteng, terutama saat malam hari. Harapan saya akhirnya bisa terwujud," tutur Ahok.

Sumber: Detik News