Bursa Kerja di Berlin: Upaya Bantu Migran Masuki Pasar Kerja
25 November 2024Latifa tidak keberatan untuk diwawancara, tetapi ia mewanti-wanti bahwa ia tidak memiliki banyak pengalaman baik untuk diceritakan mengenai upaya mencari pekerjaan di Jerman. Sebagai seorang profesor teknologi informasi asal Afganistan yang pernah belajar di Universitas Teknik di Berlin dan memiliki pengalaman selama delapan tahun di bidang administrasi sistem operasi, ia telah mencari pekerjaan di Jerman selama lebih dari dua tahun, setelah sebelumnya mengajar di sebuah universitas di Afganistan selama beberapa tahun.
"Saya memenuhi syarat dan memiliki cukup pengalaman," katanya kepada DW dengan raut wajah yang tampak frustrasi. "Saya menyelesaikan pendidikan master saya, saya mengubah spesialisasi saya ke bidang data dan big data science. Saya orang yang fleksibel. Saya bisa menghadapi tantangan dan mengatasinya."
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Setelah gagal mendapatkan pekerjaan saat pertama kali kembali ke Jerman, Latifa mengatakan bahwa ia menyelesaikan kursus "bootcamp" di sebuah universitas di Paris. Prancis, untuk mengikuti perkembangan teknologi informasi terbaru, dan kembali mendapatkan ijazah.
"Setelah itu, saya melamar pekerjaan, dan lagi-lagi: Hasilnya sama saja," katanya. "Saya tidak ingin hanya berdiam diri di rumah, hanya melamar pekerjaan. Saya ingin menunjukkan bahwa saya mengikuti perkembangan zaman dan aktif, jadi saya melakukan berbagai proyek yang berbeda."
Semua itu menjadi alasan mengapa Latifa berada di sini, di sebuah bursa kerja untuk imigran di Berlin yang diselenggarakan bersama oleh situs web lowongan kerja global Indeed dan Tent cabang Jerman, sebuah layanan jaringan yang secara khusus membantu para imigran mendapatkan pekerjaan.
Namun alasan utama Latifa datang ke sini adalah untuk mengetahui apa yang harus ia lakukan. "Saya hanya ingin tahu: Apa aturan perusahaan Anda? Selama dua tahun, saya bahkan tidak mendapatkan kesempatan untuk wawancara," katanya. "Di satu sisi, orang-orang bilang, 'Anda harus bekerja,' di sisi lain, tidak ada kesempatan bagi kami."
Bantuan di bursa tenaga kerja
Dengan sedikit keberuntungan, bursa kerja dapat membantu. Perekrut dari lebih dari 40 perusahaan besar dari berbagai sektor ada di sini, termasuk DHL, McDonalds, IKEA, dan Siemens Energy. Di sini tersedia penerjemah, area di mana para sukarelawan membantu pengunjung membuat resume, dan ruang terpisah untuk wawancara empat mata.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa bursa kerja semacam ini, di mana orang bisa datang dan berbicara langsung dengan para perekrut, dapat sangat membantu di negara di mana semakin banyak tenaga kerja terampil tidak menguasai bahasa setempat.
Seorang perekrut dari perusahaan logistik besar menjelaskan bahwa karena begitu banyak lamaran kerja dan riwayat hidup yang tidak cukup spesifik, tidak ada seorang pun di perusahaan global yang besar, yang merasa bertanggung jawab untuk memprosesnya. Namun di bursa kerja ini, sang perekrut mengatakan bahwa mereka telah menemukan beberapa orang yang cocok untuk mengisi posisi yang tersedia.
Christopher Lorenz, konsultan bisnis Adecco, salah satu agen perekrutan terbesar di Eropa, yang juga membuka stan di pameran tersebut, mengatakan bahwa banyak perusahaan yang masih memiliki kekhawatiran untuk mempekerjakan orang yang tidak bisa berbahasa Jerman dengan baik.
"Banyak perusahaan yang merasa khawatir," katanya kepada DW. "Mereka khawatir tentang masalah asuransi, tentang apa yang terjadi jika instruksi tidak dipahami dengan baik. Bagaimana jika terjadi kecelakaan? Itulah yang kadang-kadang Anda dengar."
Namun, ada cara untuk mengatasi semua masalah itu, Lorenz menegaskan. "Anda hanya perlu bekerja lebih keras untuk membangun komunikasi dengan perusahaan-perusahaan seperti itu," katanya. " Anda tahu bagaimana keadaannya, segala sesuatu yang baru di Jerman memang sulit pada awalnya." Adecco, yang bekerja sama dengan Badan Tenaga Kerja Federal Jerman, menargetkan untuk mencarikan pekerjaan bagi 10.000 pengungsi hingga akhir tahun 2025 - dan, menurut Lorenz, saat ini jumlahnya sudah mencapai 6.000 orang.
Prinsip 'bekerja dulu'
Jerman memiliki reputasi sebagai negara dengan prosedur perekrutan yang lambat dan terlalu birokratis, meskipun perusahaan dan pemerintah berusaha menghilangkan hambatan tersebut. Slogan saat ini adalah "bekerja dulu": mencari cara untuk mengisi posisi yang kosong terlebih dahulu, mengatasi kesulitannya nanti. Melambatnya perekonomian Jerman tampaknya hanya sedikit mengurangi tingkat kebutuhan pekerja.
Tahun ini, Kantor Federal untuk Migrasi dan Pengungsi (BAMF) memperkenalkan kursus bahasa khusus untuk pekerjaan, di mana para pengajar berbicara dengan perusahaan-perusahaan untuk mencari tahu apa yang dibutuhkan oleh para pekerja baru, dan membuat kelas khusus, di lokasi kerja bila memungkinkan, untuk para pekerja imigran.
Selain itu, DHL telah mengembangkan aplikasi bahasa khusus untuk para pekerjanya, dan Adecco memiliki perangkat penerjemahannya sendiri dan kursus bahasa khusus untuk pekerjaan tertentu yang dapat dilakukan secara online untuk menghemat waktu. "Di bidang akuntansi dan komunikasi kantor, kami menawarkan kursus bahasa di mana orang dapat belajar 'bahasa Jerman kantoran'," kata Lorenz. "Semakin banyak orang dapat berbicara satu sama lain, semakin mudah bagi semuanya."
Salah satu kendala yang terkenal sulit diatasi di Jerman adalah pengakuan kualifikasi asing, terutama di sektor-sektor tertentu. Tenaga terampil asing seperti teknisi listrik, misalnya, sulit sekali masuk ke pasar Jerman, antara lain karena asosiasi industri Jerman di bidang tersebut ingin melindungi tenaga kerjanya sendiri.
Ada ketegangan antara lembaga pemerintah dan asosiasi industri serta perusahaan mengenai siapa yang bertanggung jawab untuk melonggarkan persyaratan yang rumit, meskipun semua pihak mengakui perlunya bersikap lebih terbuka.
Pergeseran demografis
Direktur Tent Germany, Christian Schmidt, mengatakan bahwa meskipun banyak perusahaan yang semakin kreatif dalam mencari solusi, mereka tetap memiliki keluhan mengenai sistem yang ada.
"Ada hambatan struktural dan administratif, prosesnya terlalu lambat, tetapi faktor yang menentukan adalah bahwa departemen SDM dan personalia perusahaan harus selangkah lebih maju. Mereka tidak dapat melakukan pendekatan bisnis seperti biasa jika ingin mengintegrasikan lebih banyak pengungsi ke dalam tenaga kerja mereka."
Hal ini sebagian disebabkan oleh pergeseran demografis baru yang sedang terjadi di masyarakat Jerman, yaitu jumlah pengungsi yang relatif tinggi (lebih dari dua juta orang dalam beberapa tahun terakhir), ditambah dengan angkatan kerja yang menua dan harus segera diganti. Pada tahun 2036, sekitar 13 juta orang di Jerman diperkirakan akan keluar dari angkatan kerja, angkanya mencapai 30%.
"Perusahaan harus mengubah proses mereka," kata Schmidt. "Dan itulah yang kami lakukan bersama mereka, misalnya dengan mitra kami Indeed, sehingga, misalnya riwayat hidup atau lamaran yang tidak lengkap tidak langsung ditolak, atau persyaratan kerja yang dicantumkan benar-benar sesuai dengan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan tersebut. Menyalurkan pengungsi lebih cepat ke pasar kerja adalah sebuah keharusan: untuk bisnis, untuk ekonomi, untuk masyarakat, dan untuk para pengungsi."
Bagi Latifa, yang ia inginkan adalah interaksi yang lebih baik antara calon pekerja.
"Kami dapat menemukan solusi untuk semuanya," katanya. "Ketika seseorang seperti saya ada di sini: apakah saya memenuhi syarat? Ya. Saya punya pengalaman? Ya. Anda membutuhkan kami untuk bekerja? Ya. Jadi mari kita cari solusi."
Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris