1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bom Bunuh Diri di Solo

25 September 2011

Bom meledak di Gereja Bethel Injil Sepenuh, Kepunton Solo, Minggu (25/9). Serangan bom diduga dilakukan oleh seorang pelaku bunuh diri.

https://p.dw.com/p/12g6d
Black bomb © magraphics.eu #27821467
Foto: Fotolia

Sebuah bom meledak pada jam 10:55 WIB seusai kebaktian di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS), Solo. Menurut Kompas Online, sekitar 1.000 orang sempat menghadiri kebaktian hari Minggu. Selanjutnya dilaporkan, sedikitnya 20 orang cedera, satu diantaranya kritis, dan kini dirawat di rumah sakit di kota Solo.

Nebteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto mengatakan di Jakarta bahwa korban tewas dua orang. Satu di lokasi kejadian dan satu lagi di rumah sakit. Djoko menegaskan bahwa penyelidikan masih terus berlangsung. Sementara kepolisian tersangka pelaku serangan termasuk dalam korban yang tewas. Menurut sejumlah media Indonesia yang mengutip saksi mata jemaat GBIS, korban luka kebanyakan akibat  terjangan paku dari ledakan bom yang terjadi tepat di pintu luar gereja dan sempat membuat panik warga sekitar lokasi itu.

"Ini jelas bom bunuh diri", kata juru bicara polisi Kombes Djihartono. Ia menambahkan, bom tampaknya diikat di perut si pelaku.

Hingga saat ini masih belum diketahui identitas korban tewas yang diduga merupakan pelaku serangan bom bunuh diri di GBIS Kepunton itu.  Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto mengatakan, pijak berwenang akan menyelidiki secara cermat rekaman video kamera dari gereja, untuk mengidentifikasi pelaku bom bunuh diri.

Kepala Bidang Humas Polda Jateng, Djihartono mengungkapkan di Semarang bahwa jenazah korban akan dibawa ke RS Bhayangkara Semarang untuk proses identifikasi. Korban tewas mengalami luka parah di bagian perut tetapi utuh di bagian wajah sehingga proses identifikasi akan lebih mudah. Usia pelaku diperkirakan sekitar 20 hingga 30 tahun, memakai kemeja berwarna krem serta celana hitam, bertopi dan berkacamata.

Christa Saloh/ap/rtr
Editor: Renata Permadi