1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bocah Indonesia Berusia 12 Tahun Kuliah di Kanada

7 September 2016

Saat anak seusianya baru masuk SMP, bocah Indonesia berusia 12 tahun ini sudah kuliah jurusan fisika dan mendapat beasiswa dari universitas di Kanada.

https://p.dw.com/p/1Jx2B
Deutschland Universität Bonn Doktorhut
Foto: picture-alliance/dpa/J. Stratenschulte

September 2016, Cendikiawan (Diki) Suryaatmadja, mulai kuliah di Universitas Waterloo, Kanada. Diki mengambil jurusan fisika dan akan mengikuti kelas tambahan matematika, kimia, serta ekonomi di kampus bergengsi Kanada itu. Diki tercatat menjadi mahasiswa termuda dalam sejarah yang mendaftar di Universitas Waterloo. Di tahun 2016, usianya baru 12 tahun.

Dilansir dari Inquirer, karena dikenal jenius, selama sekolah Diki kerap mengikuti kelas percepatan dan belajar bahasa Inggris dari menonton film.

Pihak kampus di Kanada mengatakan, usia tidak menjadi persoalan untuk menerima Diki kuliah. Apalagi bocah kelahiran 1 Juli 2004 itu merupakan siswa dengan catatan akademis terbaik yang diterima di Waterloo tahun ini.

Kepada stasiun televisi CBC, Diki berceloteh, ia sangat senang bakal bertemu dengan siswa baru dan berteman dengan mereka. Selama kuliah di Kanada, Diki tinggal di sebuah apartemen dekat kampus. Sang ayah akan menemaninya sambil bekerja. Ia juga tidak sabar main ice-skating pada musim dingin.

Kecintaannya pada bidang fisika sudah terlihat sejak usia 9 tahun. Menurutnya, fisika adalah ilmu yang dapat mengubah dunia, seperti dikutip TheRecord.com.

Diki bercita-cita ingin menerapkan ilmu yang dia miliki untuk pengembangan energi terrbarukan.

Beberapa kali Diki mengikuti olimpiade fisika. Ia pun tercatat sebagai peserta termuda Olimpiade Fisika di Kazakhstan tahun 2016.

Dikutip dari media Radar Cirebon, Diki sudah bisa menulis dan berhitung sejak usia tiga tahun. Bocah ber-IQ 189 itu rajin membaca buku-buku milik kakaknya. Masuk sekolah dasar pada usia 6 tahun, ia ikut kelas percepatan dan kemudian belajar bahasa Inggris sambil studi di Singapura selama setengah tahun. Kembali ke tanah air ia melanjutkan studi di SMA Kesatuan Bogor. Khusus dalam mempelajari fisika ia mendapat pengarahan khusus dari ilmuwan Profesor Yohanes Surya.

Diki bukan satu-satunya yang meraih prestasi akademis di usia dini. Tahun 2016, Universitas Cornell di New York juga menerima bocah usia 12 tahun bernama Jeremy Shuler. Dikutip dari South Cina Morning Post, bocah Amerika bernama Michael Kearney yang lahir tahun 1984, tercatat sebagai lulusan kampus dengan usia delapan tahun di bidang geologi dan 10 tahun di jurusan antropologi. Ia kemudian mendapat gelar doktor di bidang komputer dan kimia. Pada usia remaja, ia sudah mengajar di universitas.

ap/vlz (inquirer/cbc/radarcirebon/scmp)