1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bisakah Lula Selamatkan Hutan Amazon Brasil?

Stuart Braun
17 November 2022

Presiden terpilih Brasil Luiz Inacio "Lula“ da Silva telah menjanjikan "nol deforestasi" di Amazon. Bisakah dia mengumpulkan cukup dukungan di COP27 di Mesir untuk menyelamatkan "paru-paru Bumi"?

https://p.dw.com/p/4JbQw
Foto ilustrasi hutan Amazon di Brasil
Foto ilustrasi hutan Amazon di BrasilFoto: Carl de Souza/AFP/Getty Images

Salah satu pengunjung KTT iklim PBB di Mesir minggu ini yang paling banyak disorot adalah presiden terpilih Brasil, Luiz Inacio da Silva, yang lebih sering disebut sebagai Lula. Dalam kampanye pemilihan presiden, Lula antara lain berjanji untuk meredam penggundulan hutan di Amazon, dan membatasi emisi CO2.

Amazon adalah hutan tropis terbesar di dunia yang sangat penting untuk pembentukan iklim dan curah hujan di seluruh Amerika. Namun hampir 20% telah hilang sejak tahun 1970 melalui penebangan dan pembakaran. Selama masa kepresidenannya dari tahun 2003 hingga 2010, pemerintahan kiri Lula berhasil mengurangi deforestasi Amazon sekitar 67%. Sebagian besar upaya itu kemudian dibatalkan di bawah kepresidenan Jair Bolsonaro yang skeptis terhadap isu perubahan iklim, sehingga deforestasi Amazon melonjak hingga tingkat yang mengkhawatirkan.

Deforestasi di Brasil (dalam km2)
Deforestasi di Brasil (dalam km2)

Lula telah berjanji untuk menghentikan deforestasi dan melindungi hak teritorial masyarakat adat di wilayah yang tanahnya dieksploitasi oleh para penebang, penambang, dan penghuni liar di bawah pemerintahan Bolsonaro.

"Brasil dan planet ini membutuhkan Amazon yang hidup," kata Lula setelah memenangkan pemilihan presiden.

Mengubah retorika iklim menjadi tindakan

Sebelum tiba di ajang konferensi iklim COP27 di Sharm el-Sheik di Mesir, Lula mengatakan,dia bermaksud mengadakan lebih banyak pertemuan dengan para pemimpin dunia tentang solusi iklim dalam sehari daripada yang dilakukan Bolsonaro dalam empat tahun.

Lula mengatakan, Brasil telah menandatangani aliansi segitiga dengan Republik Demokratik Kongo dan Indonesia untuk melindungi lebih dari separuh hutan hujan tropis dunia.

Puyr Tembe dari masyarakat adat Teneteara, yang juga hadir di COP27, meminta Lula untuk "memenuhi janji kampanyenya", yaitu memerangi penggundulan hutan dan melindungi tanah adat. "Brasil bisa menjadi panutan bagi negara lain dalam hal memerangi deforestasi, memerangi perampasan tanah,” katanya.

"Lula harus menentukan bagaimana dia berencana untuk menegakkan supremasi hukum di Amazon dan melindungi hutan dan para pembelanya segera setelah dia menjabat," kata Maria Laura Canineu dari Human Rights Watch, seminggu setelah kemenangan Lula.

Harapan baru bagi masyarakat adat

Di Mesir, Lula berencana bertemu dengan utusan iklim AS John Kerry untuk menopang kerja sama global dalam menyelamatkan Amazon dan untuk mengumumkan kesediaan Brasil menjadi tuan rumah KTT COP30 pada tahun 2025, menurut ke surat kabar Brasil "O Globo."

Mantan menteri lingkungan hidup Brasil, Marina Silva, telah mengadakan serangkaian pertemuan di Sharm El Sheik. Berbicara kepada media Brasil di COP27, dia mengatakan dunia ingin melihat Brasil kembali memainkan peran kepemimpinan dalam perlindungan hutan. Setelah pertemuan minggu lalu dengan John Kerry dan direktur Bank Dunia, "ada keinginan untuk berinvestasi di Brasil lagi," katanya. Marina Silva kemungkinan besar akan menjadi menteri lingkungan lagi di bawah pemerintahan baru Lula.

Di bawah Bolsonaro, penggundulan hutan ilegal telah mengakibatkan kekerasan terhadap masyarakat adat, sementara negara mengkriminalisasi perlawanan lokal, kata Puyr Tembe dari masyarakat Teneteara. "Kedatangan Lula adalah kelahiran kembali harapan, kelahiran kembali perdamaian di wilayah kita, dan kelahiran kembali pandangan dunia yang lebih ramah lingkungan daripada yang kita miliki di Brasil saat ini," ujarnya.

(hp/gtp)