1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hubungan Rapuh Jerman-AS

Peter Hille
3 November 2020

Setelah empat tahun kepresidenan Donald Trump, persahabatan Jerman-AS retak. Kebanyakan orang Jerman berharap Joe Biden akan keluar sebagai pemenang - tetapi dapatkah Biden sebagai presiden memperbaiki ikatan yang rusak?

https://p.dw.com/p/3kpaH
Presiden AS Donald Trump und Kanselir Jerman Angela Merkel di KTT NATO 2017
Hubungan antara Merkel dan Trump tidak mulusFoto: picture-alliance/dpa/K. Nietfeld

Titik terendah hubungan Transatlantik berada pada masa kepresidenan Donald Trump? Peter Beyer tidak perlu berpikir lama sebelum menjawab. "Saat dia menyebut Eropa sebagai musuh pada Agustus 2018," katanya. "Sebuah batas telah dilintasi saat itu," kata Beyer, koordinator Transatlantik pemerintah Jerman yang juga anggota parlemen. "Anda tidak ingin mendengar itu dari siapa pun, dan tentunya bukan dari presiden AS."

Pernyataan itu hanyalah salah satu dari sekian banyak yang mengungkapkan sikap Presiden Trump terhadap Eropa, Jerman, dan Kanselir Merkel. Selama masa jabatan empat tahun, banyak yang berubah antara Washington dan Berlin, kata Beyer. Apalagi dalam hal komunikasi. "Kami benar-benar terbiasa berdiskusi satu sama lain. Kami harus banyak belajar dalam hal ini." Misalnya, ketika Trump mengumumkan dia akan membalikkan kebijakan puluhan tahun pascaperang dan menarik pasukan AS dari Jerman. "Kami mengetahui hal itu dari laporan di Wall Street Journal dan kemudian tidak terdengar apa-apa selama seminggu penuh," kata Beyer.

Taipan dan fisikawan

Hubungan Trump dan Merkel tampak semakin dingin di setiap pertemuan. Presiden konglomerat real estate ini dikenal keras dan sering kasar; sedangkan kanselir adalah seorang fisikawan yang cenderung menjadi lambang ketenangan. Tetapi keduanya tidak hanya berbeda dalam gaya - mereka juga berbeda secara politik, baik dalam perlindungan iklim, perdagangan global, kebijakan pengungsi, atau yang terbaru dalam penanganan pandemi virus corona dan dampaknya.

Ini tidak hanya berlaku di tingkat politik. Menurut survei yang dilakukan oleh lembaga penelitian opini Civey, hanya 13% orang di Jerman yang ingin melihat Trump memenangkan masa jabatan kedua.

Hanya pendukung sayap kanan, Partai AfD, yang mendukung Trump. Lebih dari dua pertiga dari mereka mengharapkan kemenangan oleh petahana. Tetapi, terlepas dari keuntungan partai dalam beberapa tahun terakhir, terutama di negara bagian yang tertekan secara ekonomi di bekas Jerman Timur, AfD masih tetap menjadi partai pinggiran, dengan dukungan sekitar 13% di seluruh Jerman secara keseluruhan.

Tidak bisa lebih buruk lagi

"Setiap orang yang berakal sehat mengharapkan kemenangan Biden pada 3 November," kata Johannes Kindler. Pria berusia 74 tahun itu telah mengalami masa keemasan persahabatan Jerman-Amerika. Dia adalah seorang penasihat pemerintah di Kanselir Federal selama masa kepresidenan Reagan, Bush dan Clinton. "Ini tidak bisa lebih buruk lagi," kata Kindler, mengacu pada presiden AS saat ini.

"Saya khawatir fondasi atau pilar jembatan Transatlantik ini juga terkikis," kata anggota parlemen konservatif Beyer. Dunia telah berubah secara fundamental, katanya, dengan perubahan geostrategis yang sangat besar. "Ini adalah sesuatu yang tidak ingin kami sadari untuk waktu yang lama. Lagi pula, selalu begitu nyaman untuk menjalani kehidupan yang baik di bawah payung pelindung Amerika. Itu tidak mungkin lagi."

Di bawah Biden, komunikasi dengan Washington pasti akan meningkat, Beyer menambahkan. Tetapi Biden juga kemungkinan akan menuntut peran kebijakan luar negeri yang lebih aktif dari Jerman, kata Beyer, misalnya terkait dengan pengeluaran pertahanan. "Biden akan mengharapkan setidaknya seperti (yang diharapkan) Trump dari kita."

Harapan akan AS yang hijau

Franziska Brantner, anggota parlemen Partai Hijau Jerman untuk urusan Eropa, setuju. "Konflik di lingkungan terdekat kita adalah konflik Eropa. Bahkan dengan seorang presiden dari Partai Demokrat, kita yang akan bertanggung jawab atas hal itu di masa depan," kata Brantner kepada DW.

"Itulah mengapa kita akhirnya harus mendefinisikan kebijakan luar negeri Jerman kita dengan cara Eropa. Kita harus menemukan kesamaan Eropa sehingga kita masih dapat bertindak sebagai orang Jerman dan Eropa." Jika Trump tetap menjabat, ini akan lebih berlaku lagi, katanya.

Tetapi ada satu masalah di mana Brantner sepenuhnya mengandalkan Biden: perlindungan iklim. Sementara Trump berulang kali mempertanyakan realitas apakah benar perubahan iklim adalah buatan manusia, penantangnya ingin mengubah iklim AS menjadi netral pada tahun 2050.

"Saya penuh harapan bahwa ini akan memperkuat Perjanjian Iklim Paris," kata Brantner. "Kami bahkan mungkin mendapatkan Kesepakatan Hijau Transatlantik, berinvestasi bersama dalam teknologi dan menetapkan standar umum yang berkaitan dengan emisi CO2." (vlz/ae)