1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Pendidikan

Bersama Kita Curang: Bagian Kedua

1 Juni 2013

Jujur adalah sebuah kesalahan di dalam masyarakat yang korup. Ironisnya, penyakit ini menyebar pula ke dunia pendidikan, dunia yang idealnya untuk membentuk integritas anak-anak muda Indonesia.

https://p.dw.com/p/18ht3
Foto: Fotolia/lassedesignen

Sementara berbagai cerita mengenai kecurangan sangat karikatural, para pengkritik mengatakan bahwa itu adalah ilustrasi menyedihkan tentang bagaimana orang Indonesia sejak usia dini sudah diajari bahwa korupsi adalah bagian dari kehidupan sehari-hari.

“Itu menyiapkan para pelajar sejak sangat dini untuk berlaku curang dalam kehidupan. Menunjukkan bahwa kebudayaan Indonesia sangat korup, sementara kita seharusnya mengajari para pelajar untuk jujur,” kata Hendri dari ICW.

Indonesia adalah salah satu bangsa yang paling korup di dunia, dan terakhir indeks korupsi Indonesia turun ke posisi 118 dari 176 negara berdasarkan indeks tahunan Transparency International.

Kejujuran Hilang

Masyarakat khususnya juga korup, dan kecurangan kini secara luas diterima dalam sistem pendidikan di mana para pelapor, mereka yang tidak ikut curang, seringkali justru dipermalukan.

Pada tahun 2011, Siami, melaporkan kepada pejabat pendidikan di Surabaya, provinsi Jawa Timur, bahwa guru anaknya yang berada di kelas 6, memberikan bocoran jawaban kepada para pelajar.

Tapi tindakan itu justru menimbulkan kecaman dari masyarakat setempat. Ia dipaksa minta maaf secara terbuka setelah dikonfrontasi oleh kerumunan sekitar seratusan orang, dan ia bersama keluarganya akhirnya memutuskan pindah dari kawasan itu.

Para pengkritik mengatakan bahwa sistem busuk berpusat di Kementerian Pendidikan, di mana para guru didorong untuk menghasilkan tingkat kelulusan tinggi dan bukan berdasarkan kualitas pendidikan.

“Tak mungkin sekolah–sekolah bisa meluluskan semua muridnya dari ujian, akibatnya mereka mendorong semacam kecurangan struktural,“ kata Retno Listyarti, sekretaris jenderal Federasi Persatuan Guru Indonesia.

Problem Akut Pendidikan

Sementara 20 persen anggaran negara dihabiskan untuk bidang pendidikan, banyak dari dana itu yang kelihatannya tidak dipakai untuk sekolah, mengingat masih banyak bangunan yang bobrok dan guru-guru yang terkadang tidak digaji selama berbulan-bulan.

Berbagai studi tentang pendidikan dunia menunjukkan performa Indonesia yang buruk.

Dalam Programme for International Student Assessment (PISA), sebuah tes terkenal yang diselenggarakan OECD yang melihat performa pendidikan anak usia 15 tahun, Indonesia adalah salah satu yang terburuk diantara 65 negara.

Hasil PISA tahun 2009, yang baru-baru ini diumumkan, menempatkan Indonesia di ranking ke-57 untuk membaca, urutan 60 untuk ilmu alam dan nomor 61 untuk pelajaran matematika.

Juru bicara Menteri Pendidikan Ibnu Hamad mengakui bahwa ada masalah, namun ia berkeras bahwa hambatan bukan ada di kementerian tapi karena masalah otonomi daerah.

“Enam puluh persen anggaran kami langsung masuk ke pemerintah daerah, dan tugas merekalah untuk membagi-bagikan uang itu ke sekolah,” kata dia.

Ia juga menolak klaim Kementerian Pendidikan sebagai departemen paling korup sebagai sesuatu yang tidak berdasar dan juga membantah bahwa mencontek saat ujian adalah sebuah fenomena yang sudah menyebar.

Baca bagian pertama

ab/ek (afp/rtr/dpa)