1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Berpelesir Untuk Memperkaya Diri

26 Desember 2016

Tak terasa sudah penghujung 2016. Di tengah kesibukan kerja, mungkin Anda juga mempersiapkan liburan? Apakah pelesir hanya menghabiskan uang atau justru kebutuhan yang perlu dianggarkan? Verlyana Hitipeuw berbagi opini.

https://p.dw.com/p/2UsUz
Bildergalerie Der Eiffelturm in Zahlen
Foto: Fotolia/XtravaganT

Seiring dengan perkembangan internet dan media sosial, sekarang makin sering kita terpapar dengan foto-foto liburan dari kerabat dan teman. Ada yang berpesiar ke luar kota, ada pula yang ke luar negeri. Tidak seperti dulu, saat kita hanya bisa menceritakan pengalaman liburan kepada kolega ketika cuti telah usai, sekarang semua kegiatan liburan dapat ditayangkan secara simultan sekalipun dari benua yang berbeda. Handai taulan juga langsung dapat mengetahui lokasi dan aktivitas kita.

Hal di atas adalah sebuah kemajuan yang patut diapresiasi, komunikasi saat bepergian tidak lagi menjadi kendala.

Penulis:  Veve Hitipeuw
Penulis: Veve Hitipeuw Foto: Elvin Johns

Tren Melancong: Antara Media Sosial dan Tingkat Kesejahteraan

Foto-foto pemandangan dan berbagai makanan yang disantap saat tamasya pun dapat menginspirasi orang yang melihatnya. Beberapa teman saya menghubungkan media sosial dengan tren melancong orang Indonesia. Dengan sedikit sinis mereka mengatakan bahwa banyak orang yang sengaja berlibur ke berbagai tempat supaya bisa pamer di laman media sosialnya, untuk meningkatkan status.

Beberapa waktu lalu saya membaca sebuah ulasan tentang pola pelesiran masyarakat Indonesia yang cenderung menguat selama beberapa tahun terakhir.

Ternyata, meningkatnya jumlah kelas menengah merupakan salah satu alasan utama dari naiknya angka belanja wisatawan Indonesia. Walaupun bukan seorang ekonom, namun saya setuju dengan alasan ini, karena salah satu teori konsumsi yang saya pelajari di sekolah menengah menjelaskan secara logis bahwa pola konsumsi seseorang dipengaruhi pendapatannya. Saya pikir, wajar sekali jika bertambah baiknya tingkat kesejahteraan menjadi latar belakang meningkatnya konsumsi rekreasi masyarakat.

Beragam Kemudahan Untuk Bepergian

Selain karena tingkat kemakmuran yang semakin baik, belakangan ini memang banyak tersedia penawaran menarik untuk melancong ke berbagai tujuan wisata di dalam dan luar negeri.

Maskapai penerbangan dan agen perjalanan berlomba-lomba menjajakan tiket dan paket liburan murah dengan pelayanan yang super lengkap. Bank pun memberikan kemudahan-kemudahan seperti cicilan tanpa bunga kepada para calon turis asalkan mau menggunakan kartu kredit terbitan institusi mereka.

Tidak hanya itu, saya yakin para pembaca juga tidak asing dengan travel fair atau pameran perjalanan yang beberapa tahun terakhir rutin diselenggarakan, tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di kota-kota lain di berbagai penjuru Indonesia. Para pengunjung dijanjikan potongan harga super istimewa jika membeli selama masa pameran. Juga ada banyak bonus lain yang diberikan untuk merangsang para pemburu tiket dan paket liburan. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak orang rela antri dari pagi buta supaya bisa masuk dan mendapatkan penawaran spesial.  Luar biasa, makin banyak jalan tersedia menuju ke Roma. 

Pengalaman yang Mencerahkan

Saya juga suka jalan-jalan. Beruntung, beberapa kali saya mendapat kesempatan untuk melakukan perjalanan dinas ke daerah yang juga bisa dimanfaatkan untuk berwisata.

Selain itu, saya juga selalu berusaha secara rutin menyisihkan sebagian pendapatan untuk bisa digunakan melancong, baik ke tempat-tempat yang baru, ataupun mengulang kenangan di beberapa destinasi favorit. Kegemaran ini sebetulnya sudah saya lakoni sejak punya penghasilan sendiri, namun belakangan ada pelajaran baru yang saya dapatkan.

Saat tinggal di Jerman saya berteman serta sempat berlibur bersama orang lokal. Dari interaksi kami saya mempelajari beberapa kebiasaan mereka saat berlibur. Misalnya, mereka suka menghabiskan beberapa hari (terkadang sampai beberapa bulan) hanya tinggal di satu kota dan menginap di tempat yang unik, bahkan jauh dari keramaian obyek wisata. Berbeda sekali dengan saya dan mungkin kebanyakan teman Indonesia yang justru suka berpindah-pindah dengan cepat agar bisa mengunjungi banyak tempat hal dalam satu kali perjalanan.

Bagi teman Jerman, penting sekali untuk menikmati berbagai aspek dari sebuah tempat yang dikunjungi, bukan hanya tujuan wisata dan restorannya, tetapi juga sejarah, budaya dan orang-orang lokalnya. Untuk ini terkadang mereka sengaja belajar bahasa baru, agar bisa berinteraksi dengan penduduk lokal.

Tidak hanya itu, salah satu hal yang dulu saya anggap lucu adalah ketika melihat mereka lebih suka mendokumentasikan orang lain, tanaman, binatang, gedung dan benda-benda yang mereka jumpai selama liburan, ketimbang diri sendiri, boro-boro selfie.

Mereka menganggap hal tersebut sangat berharga, karena tempat asal mereka tidak memilikinya, bahkan mereka terkadang harus menempuh ratusan ribu mil untuk bisa menyaksikannya secara langsung. Foto-foto yang mereka kumpulkan akan menjadi kenangan yang dapat ditunjukkan kepada anak-cucu kelak. Foto diri sendiri justru dianggap tidak perlu.

Bukan Sekadar Status

Ada banyak hikmah yang dapat diambil dari pola berlibur teman-teman saya ini. Selain yang disebutkan di atas, saya juga kagum dengan semangat mereka saat menganggarkan belanja wisatanya. Tidak seperti di Indonesia, di sana hampir tidak ada promosi berlibur dengan cicilan tanpa bunga, jadi mereka harus menabung secara teratur untuk bisa berpesiar. Menurut saya, apapun cara pembiayaan yang akan kita pilih untuk bisa berlibur, yang terpenting adalah kedisplinan yang diikuti rasa bertanggung jawab.

Saya setuju jika dikatakan bahwa liburan adalah sebuah kebutuhan, karena layaknya tubuh membutuhkan makanan, pikiran dan batin manusia juga membutuhkan rekreasi.  Berpelesir dapat memperkaya pengalaman serta pemahaman kita tentang hal-hal baru di luar rutinitas. Tentu kita tidak perlu selalu bepergian ke tempat yang jauh, terkadang pulang ke kampung halaman pun dapat membantu menyegarkan pikiran. Hal yang terpenting adalah, semoga kita menikmati perjalanan yang dapat menginspirasi sehingga menjadi makin kreatif ketika kembali menjalankan tugas sehari-hari, dan bukan sekadar mengejar status.

Penulis:

Verlyana (Veve) Hitipeuw adalah alumni program master International Media Studies di DW Akademie yang mendapatkan beasiswa penuh dari pemerintah Jerman selama dua tahun. Ia juga sempat bekerja untuk Global Media Forum, konferensi internasional tahunan di Bonn. Sekarang ia bekerja di Jakarta sebagai Senior Consultant di Kiroyan Partners. Tulisan ini adalah pendapat pribadi.

@V2_Veve

Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.