1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bermain dengan Foto

Richard Bonnet5 September 2014

Berkat kamera smartphone dan harga kamera kualitas tinggi yang semakin murah, banyak orang yang bisa mengaku fotografer. Namun tidak sembarang fotografer bisa ikut festival fotografi di Arles, Perancis.

https://p.dw.com/p/1D5rh
Foto: ARTE

Elise Mazac dan Robert Drowilal dari selatan Perancis berhasil membuktikan bahwa mengedit foto tidak bisa sembarangan dan harus mengandung pesan. Berdua mereka membentuk duo fotografer 'Mazaccio and Drowilal.' Karya keduanya turut dipamerkan dalam Festival Fotografi Arles di bagian selatan Perancis.

Dalam kehidupan pribadi, mereka sepasang kekasih. "Masing-masing punya keahlian. Robert membuat anggaran dan mencuci baju. Saya sisanya: Ide, implementasi dan sebagainya," tutur Mazac yang langsung ditimpali Drowilal, "Apa benar begitu?"

Memberi makna baru

Mereka tidak mengambil foto sendiri, tapi menggabungkan foto karya orang dan membuat konteks baru. "Kami menggarap foto-foto biasa yang memberi pola dasar," ujar Drowilal. "Itu bahan mentah kami, foto-foto yang bisa dilihat di mana saja," Mazac ikut menjelaskan.

Dua fotografer ini juga membuat liputan foto yang kompleks - mengenai isu yang mungkin terlalu aneh untuk menjadi cerita sampul majalah.

"'Pelatuk' adalah laporan jari telunjuk saya, yang menekan tombol kamera. Saya melihatnya dalam kehidupan sehari-hari: memencet tombol toilet, tombol pemanggang roti," kata Mazac. "Kami senang bermain dengan mitos bahwa apapun yang dilakukan seniman itu keren. Ini menghibur."

Tidak lagi eksklusif

Foto turis di atas tisu dapur, diberi nama 'Nunuche.' Terlihat konyol. Pengerjaannya mengikuti tradisi permadani tua.

Mengadopsi gaya kitsch seni konsep tahun 70-an, Mazaccio and Drowilal mengambil foto matahari tenggelam sebagai motif universal - ditambah sosok anjing.

"Kami tidak terlalu suka foto-foto ini. Namun menakjubkan karena punya kekuatan besar terhadap publik dan menciptakan paradigma," ungkap Mazac merujuk pada foto-foto pesta kemenangan pembalap Formula 1 di atas podium dan penobatan pemenang kontes kecantikan. "Kami anggap mengerikan karena keras kepala dan menciptakan stereotipe."

Drowilal menjelaskan makna di balik karya mereka, "Kami ingin menaikkan derajat foto. Kami menaruh foto dari blog dan foto dari museum pada level yang sama. Jadi melihat foto ya sebagai foto. Ini tentunya menimbulkan tanda tanya terkait istilah 'pencipta,' 'orisinil,' 'kopi,' atau 'replika' dan membawa konsep baru ke dalam permainan berbagi foto."

Festival Fotografi Arles digelar setiap tahun sejak tahun 1970.