1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Berkebun di Angkasa

Fabian Schmidt5 Agustus 2013

Jika manusia terbang ke Mars, perjalanannya panjang. Untuk itu dibutuhkan bahan pangan dan oksigen untuk bernapas. Entah ia membawanya dari bumi, atau ia ciptakan di luar angkasa.

https://p.dw.com/p/19JYt
Foto: picture alliance/AP Photo

Sekarang hal itu masih seperti science fiction, tapi di masa depan astronot memang bisa mengadakan perjalanan ke Mars. Bulan juga punya daya tarik besar bagi peneliti dan orang-orang yang antusias dengan antariksa. Di bulan orang misalnya bisa mendirikan stasiun tempat astronot transit dan mempersiapkan perjalanan ke tujuan yang lebih jauh lagi. Bagaimanapun, orang harus tinggal lama di pesawat atau stasiun luar angkasa, tanpa kontak teratur dengan Bumi. Itu masalah bagi pasokan pangan.

Udara dari Air

Jadi dibutuhkan apa yang disebut "sistem sirkulasi untuk menjaga kehidupan". Sekarangpun, di Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS) sudah banyak diadakan daur ulang, misalnya air. "Air pada urin para astronot dipisahkan dari unsur lainnya," dijelaskan Gerhild Bornemann, pakar biologi pada Pusat Penelitian Ruang Angkasa Jerman (DLR). "Unsur yang tertinggal hanya sedikit, dan dibawa ke bumi jika kapal pembawa pasokan kembali ke Bumi." Sementara air yang diperoleh dibersihkan dengan proses kimia dan kembali disalurkan ke sistem sirkulasi air. Demikian dikatakan Bornemann.

Sekarang saja, air sudah sangat penting, karena di ISS, oksigen juga diperoleh dari air, dengan menggunakan elektrolisis. Listrik dialirkan lewat air sehingga oksigen dan hidrogen terpisah. Sekarang, hidrogen masih dibuang ke ruang angkasa, sementara oksigen oksigen hasil pemisahan tersebut mendukung pasokan bagi para astronot.

ISS selalu berada di dekat Bumi. Pasokan pangan dan air diangkut ke sana beberapa kali setahun. Tapi jika orang tidak mendapat pasokan lagi, "sistem biologis harus digunakan," kata Jens Bretschneider dari Institut Sistem Ruang Angkasa di Stuttgart. Ia menilai alga mikro berguna. "Alga mikro menyerap CO2 hasil pernapasan, memproduksi O2 baru dan mengembangkan biomassa," demikian kata pakar ruang angkasa itu.

Alga Hasilkan Pangan, Energi dan Udara

Alga tumbuh pada apa yang disebut reaktor panel datar, yang berupa tangki dari kaca akrilik, yang dipenuhi air berwarna hijau karena alga. Di dalamnya timbul gelembung dalam jumlah besar. Udara hasil pernapasan yang mengandung CO2 selalu dihembuskan ke cairan tersebut. "Oleh sebab itu, jumlah yang dihasilkan lebih tinggi. Alga juga diarahkan dan ditarik dari cahaya, untuk mendorong perkembangannya," dijelaskan Brettschneider. Dengan cara itu, sekarang di Bumi orang sudah bisa mengembangkan Alga dengan baik dan efisien.

Selain itu ada juga jenis alga lainnya, yang bisa memperoduksi hidrogen, dan bukan oksigen. Alga ini hidup di dalam reaktor tanpa O2. Jika kedua reaktor digabungkan, orang memperoleh oksigen dan hidrogen. Dengan kedua unsur itu, serta dengan sel bahan bakar, orang bisa memperoleh energi, sekaligus air. "Dengan demikian orang kembali menjalankan sirkulasi dari engeri, pangan, O2 dan CO2," demikian papar Bretschneider. Di samping itu, alga dari reaktor sangat berguna sebagai bahan makanan. Itu bisa digunakan seperti selai atau dicampur dalam makanan. Itu bisa memenuhi sekitar 20% kebutuhan pangan astonot.

Bahan pangan apa lagi yang bisa dikembangkan di luar angkasa? Lihat halaman 2

halaman sebelumnya

Sayur Segar Lebih Enak

Tapi astronot tidak hanya makan selai alga, tapi juga makan lain yang lebih enak. Solusinya dicetuskan pakar biologi Gerhild Bornemann yakni: tomat dan sayur lain hidup di tabung-tabung kaca, yang dialiri air, seperti halnya di rumah kaca di bumi. Tabung-tabung kaca diisi lava, di mana tumbuhan mengembangkan akar. Lava berfungsi sebagai bahan pendorong perkembangan, sekaligus membantu proses pembentukan kompos dari sampah yang terkumpul.

Envihab Algen Bioreaktor
Reaktor bio. Tabung gelas berisi alga, yang merupakan bagian penelitian di DLRFoto: DW/F.Schmidt

"Lava penuh dengan organisme mikro, yang melalui berbagai proses pertukaran zat. Kami ingin menggabungkan proses daur ulang sampah dengan produksi bahan pangan," demikian dijelaskan Gerhild Bornemann. Materi awal misalnya urin para astronot. "Urea mengandung nitrogen yang dibutuhkan tumbuhan sebagai makanan. Bakteri mengubah urea menjadi nitrat, atau pupuk", demikian dijelaskan Bornemann.

Pembuatan Kompos

Tetapi bahan lain yang lebih padat juga bisa diubah cepat menjadi kompos lewat sistem itu, misalnya sisa tumbuhan, cabang atau daun. Agar proses penguraian berjalan lebih cepat, itu semua dipotong terlebih dahulu dengan alat khusus. "Bagian-bagian tumbuhan itu kemudian dimasukkan kedalam air menuju penyaring. Kemudian proses matabolisme berjalan seperti di tumpukan kompos," kata Bornemann. Satu-satunya perbedaan dari kompos biasa, proses berjalan lebih cepat, karena tumpukan itu selalu dialiri air.

Proses pembuatan kompos bisa lebih cepat lagi, jika di masa depan ikan bisa menyertai manusia ke ruang angkasa, karena ikan memakan unsur-unsur yang padat, sehingga unsur tersebut sudah terurai terlebih dahulu. Peneliti sudah mengetahui, bahwa ikan bisa hidup di ruang angkasa, karena itu sudah pernah dicoba. Tetapi ketika itu ikan bukan bagian kebun sayur, melainkan bagian penelitian ketahanan tulang.

Kebun sayur sendiri juga belum pernah dicoba di luar angkasa. Tetapi di bumi itu sudah berfungsi sangat baik, misalnya di tempat percobaan DLR di Köln.

kembali ke halaman 1