1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Berjuang Melawan Kecanduan Smartphone

18 Juni 2014

Tidak dapat pisah dari smartphone Anda? Terus-menerus memeriksa perangkat telefon genggam tanpa alasan jelas? Kemungkinan Anda seorang pecandu smartphone - dan Anda bahkan mungkin perlu bantuan profesional.

https://p.dw.com/p/1CJqJ
Foto: Nicolas Asfouri/AFP/Getty Images

Psikiater di Singapura mendorong pihak berwenang urusan kesehatan Singapura untuk secara resmi mengakui bahwa kecanduan internet dan perangkat digital sebagai suatu gangguan, sebagaimana yang terjadi di negara-negara lain di seluruh dunia.

Singapura dan Hong Kong merupakan kawasan Asia-Pasifik yang tingkat penetrasi smartphone-nya tertinggi di dunia, demikian menurut laporan perusahaan monitoring media Nielsen tahun 2013.

87 persen dari 5,4 juta penduduk Singapura mempunyai ponsel yang dilengkapi internet dengan kamera. Di Amerika Serikat, ada kekhawatiran yang sama tentang dampak smartphone di masyarakat.

Di Singapura, orang menghabiskan waktu rata-rata 38 menit setiap kali mampir di Facebook, hampir dua kali lebih lama dibandingkan orang Amerika Serikat, demikian menurut sebuah studi oleh Experian, perusahaan jasa informasi global.

Pasien kecanduan

Adrian Wang, seorang psikiater di Rumah Sakit Gleneagles Medical Centre, mengatakan, kecanduan digital harus diklasifikasikan sebagai gangguan kejiwaan.

Dia mengatakan telah mengobati seorang siswa laki-laki 18 tahun dengan gejala ekstrim: "Ketika saya melihatnya, ia memiliki rambut panjang tak dicukur-cukur, kurus, dia tidak mandi selama berhari-hari, ia tampak seperti seorang pria tunawisma," kata Wang pada AFP.

Setelah ayahnya mencabut akses internet di rumah, dengan putus asa anak itu mencoba untuk mendapatkan koneksi nirkabel dari tetangga.
Dia akhirnya dirawat di rumah sakit, memakai obat anti-tekanan dan mengikuti banyak konseling, kata Wang. "Kita hanya perlu untuk mematahkan siklus. Ia menjadi lebih baik, ia keluar dari rumah sakit dan saya melihat dia beberapa kali lagi dan dia baik-baik saja."

Keinginan dan kecemasan

Di Singapura, ada dua pusat konseling – National Addictions Management Services and Touch Community Services - dengan program untuk mengatasi kecanduan digital.

Trisha Lin, asisten profesor komunikasi di Nanyang Technological University, mengatakan kaum muda menghadapi risiko yang lebih tinggi karena mereka mengadopsi teknologi baru sebelumnya - tetapi tidak dapat menentukan batas-batas.

Lin mendefinisikan, kecanduan digital bisa dikenali lewat sejumlah gejala: ketidakmampuan untuk mengontrol keinginan, kecemasan ketika dipisahkan dari smartphone, hilangnya produktivitas dalam studi atau di tempat kerja, dan kebutuhan untuk terus-menerus memeriksa telefon.

Lin memperingatkan bahwa orang tua harus menghindari memberikan anak-anak mereka smartphone atau komputer tablet untuk menjaga agar mereka tenang.

Akhir tahun lalu, sekelompok mahasiswa dari Nanyang Technological University Singapura meluncurkan kampanye untuk mendorong masyarakat agar menempatkan smartphone mereka dalam posisi menghadap ke bawah ketika bersama dengan orang yang dicintai.

ap/yf(Stefanus Ian-afp)