1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ragam Kemungkinan Koalisi Pemerintahan Usai Pemilu di Jerman

Ben Knight
19 Mei 2021

Tidak ada partai yang akan mendapat mayoritas mutlak dalam pemilu di Jerman September mendatang. Jadi bagaimana kemungkinan pembentukan koalisi pemerintahan? Inilah variasinya dalam ''warna''.

https://p.dw.com/p/3ta7a
Parlemen Jerman Bundestag di Berlin
Parlemen Jerman Bundestag di BerlinFoto: picture alliance/dpa/K. Nietfeld

Mengapa dalam warna? Partai-partai di Jerman memang biasanya disimbolkan menurut warna. Kubu konservatif CDU dan CSU warha hitam, Sosialdemokrat SPD merah, Liberaldemokrat FDP kuning dan Partai Hijau. Masih ada Partai Kiri yang juga memakai simbol warna merah.

Dari warna-warna itulah muncul sebutan yang umum dipakai media Jerman untuk pembentukan koalisi pemerintahan, misalnya Koalisi Lampu Merah (Merah-Kuning-Hijau), Koalisi Jamaika (Hitam-Kuning-Hijau atau Koalisi Kenya (Merah-Hitam-Hijau). Ada juga Merah-Merah-Hijau, yaitu koalisi SPD, Partai Kiri dan Partai Hijau. Sedangkan partai ultra kanan AfD tidak masuk hitungan, karena hingga kini tidak ada partai politik yang menyatakan bersedia bekerjasama dengan partai itu di tingkat federal.

Berikut berbagai kemungkinan pembentukan koalisi di Jerman setelah pemilu September mendatang:

- Hitam-Merah atau Koalisi Besar: CDU dan SPD

Koalisi besar berarti koalisi antara dua partai besar sehingga menguasai mayoritas suara yang sangat besar juga di parlemen. Pada masa-masa tidak menentu, kelihatannya pemilih Jerman memang memfavoritkan konstelasi ini. Inilah koalisi yang dipimpin Kanselir Angela Merkel (CDU) selama tiga dari empat masa jabatannya. Koalisi besar juga pernah terbentuk di hampir semua negara bagian Jerman. Tetapi dalam konstelasi ini, SPD yang menjadi mitra koalisi junior dari CDU ternyata mengalami kerugian besar. Perolehan suara mereka dari pemilu ke pemilu makin lama makin menyusut, sementara perolehan suara CDU bisa dibilang cukup stabil. Kesulitan utama SPD adalah menggalang kampanye saat pemilu sebagai partai yang ikut memerintah, tetapi dalam pemilu pesaing terbesar mereka adalah CDU, yang justru "senior"nya di pemerintahan federal. Sedangkan kebanyakan pemilih menganggap bahwa keberhasilan pemerintahan terutama adalah jasa CDU.

- Hitam-Kuning: CDU dan FDP

Koalisi ini secara politis bisa disebut koalisi "alamiah", karena CDU dan FDP keduanya termasuk kubu konservatif atau kanan, sedangkan SPD sebenarnya termasuk kubu kiri. Tetapi perolehan suara FDP selama ini terlalu kecil, sehingga koalisi Hitam-Kuning tidak bisa mencapai mayoritas di parlemen. Terakhir kali koalisi Hitam-Kuning memerintah di bawah pimpinan Angela Merkel adalah pada periode 2009 hingga 2013. Di bawah Kanselir sebelumnya, Helmut Kohl, koalisi Hitam-Kuning pernah berjaya dan memerintah selama lima periode, yaitu dari 1982 sampai 1998.

Koalisi ini dianggap ideal untuk kelompok konservatif dan pengusaha. Karena CDU mewakili kubu konservatif, baik di desa maupun di kota, sedangkan FDP biasanya membawa masuk kalangan pengusaha muda perkotaan, yang ingin politik yang ramah bisnis dan sistem pasar sebebas mungkin.

Kanselir Gerhard Schröder (kiri) dan Menlu Joschka Fischer (kanan) memimpin koalisi Merah-Hijau 1989-1999
Kanselir Gerhard Schröder (kiri) dan Menlu Joschka Fischer (kanan) memimpin koalisi Merah-Hijau 1989-1999Foto: picture-alliance/dpa

- Merah-Hijau: SPD dan Partai Hijau

Ini adalah koalisi kiri-tengah yang dulu selalu menjadi opsi SPD. Koalisi ini paling berhasil selama pemerintahan Kanselir Gerhard Schröder (SPD) dari 1998 hingga 2005. Terutama tokoh Partai Hijau Joschka Fischer yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri ketika itu menjadi sangat populer. Namun pragmatisme Joschka Fischer banyak ditentang partainya sendiri, yang terpecah antara kubu pragmatis dan kubu ideologis, populer disebut kubu "Realo"(realistis) melawan kubu "Fundis" (fundamentalis).

Ketika menghadapi masa-masa ekonomi yang sulit dengan angka pengangguran yang terus naik, Gerhard Schröder memutuskan untuk mereformasi pasar kerja dan memotong beberapa kebijakan jaminan sosial dan jaminan pekerja yang selama itu diperjuangkan serikat-serikat buruh Jerman. Tujuannya untuk memberi stimulasi kepada pengusaha dan investor agar membuka lebih banyak lapangan kerja. Tapi saat itu, Gerhard Schröder menerima kritik keras dari partainya sendiri yang berada di sayap kiri. Sebagian anggota SPD kemudian memisahkan diri dan membentuk Partai Kiri Die Linke. Sejak itu, SPD berikrar tidak akan bekerjasama dengan Partai Kiri di tingkat federal.

- Koalisi Jamaika (Hitam-Kuning-Hijau): CDU, FDP, Partai Hijau

Yang dimaksud Jamaika adalah warna bendera Jamaika, hitam-kuning-hijau. Di antara partai-partai di kubu kiri, Partai Hijau memang yang paling menarik perhatian kubu konservatif, karena tidak berasal dari kelas buruh, melainkan dari kalangan intelektual kiri dan aktivis lingkungan. Koalisi Jamaika hampir saja terbentuk setelah pemilu tahun 2017, namun tiba-tiba saja FDP secara mengejutkan menarik diri dari perundingan koalisi dengan alasan suara mereka "tidak terlalu didengar". Mundurnya FDP dari perundingan koalisi akhirnya memaksa CDU kembali membentuk koalisi besar dengan SPD untuk mencegah pemilihan umum ulang, karena itulah satu-satunya konstelasi yang menghasilkan mayoritas di parlemen, selain konstelasi Jamaika yang gagal.

Tapi sejak 2017, situasi politik mulai berubah. Perolehan suara SPD di berbagai pemilihan negara bagian makin kecil, juga dalam jajak pendapat nasional. Sementara Partai Hijau makin lama makin kuat, dan sekarang sudah menyusul jauh SPD dan dalam jajak pendapat, bahkan bersaing ketat dengan CDU memperebutkan posisi teratas.

- Merah-Merah-Hijau: SPD, Partai Kiri, Partai Hijau

Kalau saja SPD bisa menyampingkan kekesalanannya terhadap Partai Kiri, sebenarnya kubu kiri yang terdiri dari SPD, Partai Kiri dan Partai Hijau bisa mencapai suara mayoritas di parlemen. Namun hingga kini, SPD secara kategoris menolak kerja sama dengan Partai Kiri di tingkat federal, sekalipun di tingkat negara bagian sudah ada koalisi SPD-Partai Kiri yang terbentuk.

Setelah Pemilu September mendatang, kemungkinan SPD harus mengubah posisinya karena perolehan suaranya makin kecil. Hal itu memungkinkan terbentuknya koalisi Merah-Merah-Hijau. Tapi untuk itu, Partai Kiri harus meninggalkan beberapa posisi radikalnya, misalnya menuntut pembubaran NATO, yang tidak mungkin diterima oleh SPD dan Partai Hijau.

- Koalisi Lampu Merah (Merah-Kuning-Hijau): SPD, FDP, Partai Hijau

SPD dan Partai Hijau kemungkinan besar akan siap mebentuk koalisi dengan FDP, karena FDP akan menjadi mitra terkecil dan tidak bisa menuntut banyak hal dalam perundingan koalisi. Namun jika perolehan suara FDP berada di atas SPD, situasinya bisa berbeda. Tokoh-tokoh FDP saat ini mulai tampil moderat ke segala arah, seakan memberi sinyal bahwa mereka bisa bergabung ke mana saja, dengan CDU di kubu konservatif, atau dengan SPD dan Partai Hijau di kubu kiri. Tuntutan klasik FDP biasanya adalah penurunan pajak, liberalisasi pasar dan kebebasan individual.

- Koalisi Kenya (Merah-Hitam-Hijau): SPD, CDU, Partai Hijau

Koalisi Kenya hampir dapat dipastikan mampu mencapai mayoritas besar dalam pemilu mendatang. Namun koalisi ini mungkin akan menjadi pilihan terakhir. Karena koalisi Kenya tidak akan berbeda dari situasi koalisi besar saat ini, bahkan memiliki mayoritas yang lebih besar lagi. Pengamat dan peneliti politik berpendapat, koalisi besar sebenarnya tidak baik untuk perkembangan demokrasi, karena pemerintahan terlalu kuat dan tidak ada lagi kritik oposisi yang perlu didengar.

Di tingkat negara bagian, Koalisi Kenya sekarang terbentuk di dua negara baggian bekas Jerman Timur. Koalisi itu dibentuk untuk mencegah masuknya partai ultra kanan AfD ke pemerintahan.

(hp/pkp)