1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bekas Reaktor Nuklir Suplai Listrik Ramah Lingkungan

26 April 2009

Bekas reaktor atom Austria di Zwentendorf yang bernilai 380 juta Euro dan setelah selesai dibangun tidak diaktifkan, kini telah dimodifikasi untuk menghasilkan energi terbarukan.

https://p.dw.com/p/HeVE
Reaktor nuklir PerancisFoto: AP

Sekitar 30 tahun setelah satu-satunya reaktor nuklir Austria selesai dibangun, fasilitas itu kini menghasilkan tenaga listrik, namun yang diproduksi adalah listrik tenaga surya. Reaktor nuklir Zwentendorf di Austria memang telah siap dioperasikan pada tahun 1978, namun warga Austria saat itu menentang pembukaannya. Dalam sebuah referendum, nasib reaktor itu ditentukan oleh rakyat. Dan penduduk Austria memutuskan tidak ingin menggunakan reaktor yang baru dirampungkan itu. Biaya pembangunannya mencapai 380 juta Euro. Sejak itu Zwentendorf merupakan sinonim bagi gagalnya investasi terbesar Austria.

Kini, pemilik baru reaktor tersebut ingin menghidupkan kembali areal itu melalui instalasi panel surya yang berkemampuan tinggi. Panel surya adalah alat yang terdiri dari sel surya yang mengubah cahaya matahari menjadi listrik dan dapat diartikan sebagai ‚cahaya listrik’.

Energi surya dan biomassa

Selain fasilitas panel surya, pemilik baru reaktor itu juga merencanakan membangun pembangkit listrik dengan tenaga biomassa. Nah pendengar, itulah tema Serba-Serbi Eropa kali ini, bersama Christa Saloh. Salam jumpa pendengar.

Jalan menuju reaktor nuklir itu tidak memiliki nama. Tidak ada yang menggunakan jalan ini kecuali orang-orang yang mengenalnya sejak bertahun-tahun, yakni teknisi reaktor nuklir Jerman. Mereka menggunakan reaktor nuklir Zwentendorf sebagai reaktor pelatihan dan tempat penyimpanan suku cadang dari lima reaktor air didih Jerman atau boiling water reactor yang sejenis. Di sana, Johann Fleischer bertugas mengawasi bangunan beton besar yang terletak di pinggir kawasan hutan Auenwald. Bangunan itu punya 1050 ruangan, tidak ada jendela, tidak ada tetangga. Bagi Johann ini adalah pekerjaan di tempat yang sangat terpencil dan sepi. Semua kelihatan seperti saat bangunan itu ditinggalkan pada tanggal 5 November 1978, ketika dipastikan bahwa 50, 4 persen penduduk Austria menolak listrik tenaga nuklir. Di ruangan reaktornya dipajang elemen-elemen bakar, yakni tiga pelet radio aktif tiruan yang digunakan hanya sebagai percontohan. Johann Fleischer:

„Ini adalah rangkaian elemen bakar uranium 235, di mana panas atau uap diproduksi . Ini mirip dengan prinsip yang terdapat pada motor bakar. Prinsip dasarnya sama. Fasilitas nuklir di Jerman telah dimodernisasi atau secara teknis perlengkapannya ditingkatkan dan diperluas. Di Jerman ada lima pembangkit listrik tenaga nuklir sejenis seperti yang di Zwentendorf ini. Namanya Brunsbüttel, Krümmel, Philippsburg, Gundremmingen dan Riesa."

Deutschland Marburg Klima Energie Solarenergie wird Pflicht
Instalasi panel surya di Marburg, JermanFoto: AP

Perusahaan energi Austria EVN beli reaktor nuklir Zwentendorf

Empat tahun yang lalu, perusahaan besar energi Austria, EVN membeli reaktor nuklir itu dengan lahan seluas 24 hektar. EVN terutama melakukan bisnisnya di Austria, Makedonia dan Bulgaria dan juga aktif di Jerman melalui anak perusahaannya. Harga yang dibayar adalah 2, 5 juta Euro. Harga itu terbilang sangat murah. Karena Zwentendorf merupakan lokasi reaktor atom nuklir yang memiliki surat izin operasi. Ini merupakan segi yang paling menguntungkan, sebab berarti bahwa EVN tidak harus mengurus perizinan yang biasanya melalui proses yang bertahun-rahun lamanya. Di atas atap kompleks reaktor, Stefan Zach, petugas perusahaan EVN menjelaskan apa yang akan dilakukan EVN:

„Di areal ini banyak sekali yang dapat dilaksanakan. Kami ingin Zwentendorf digunakan sebagai tempat produksi energi terbarukan. Tahun 2009 ini, di sini di Zwentendorf, listrik ramah lingkungan yang pertama akan disalurkan ke dalam jaringan saluran listrik dari perusahaan energi Austria EVN."

Mulai Juni 2009, rumah-rumah akan memperoleh listrik tenaga surya. Kabel-kabel listrik yang dulu masih ada di instalasi itu. Perusahaan energi EVN ingin tampil sebagai pemasok energi ramah lingkungan. Karena itu sangatlah menguntungkan bagi EVN untuk menggunakan simbolik reaktor nuklir yang kini menghasilkan energi terbarukan. Puluhan ribu wisatawan yang musim panas tahun ini mengayuh sepeda sepanjang sungai Danube, akan melihat panel surya di atas atap reaktor nuklir. Namun tidak hanya itu saja. Dari atas atap dapat dilihat bahwa masih banyak lagi tempat tersisa di lahan sekitar yang dapat digunakan untuk merealisasikan rencana kedua EVN, yaitu membangun kompleks pembangkit listrik tenaga biomassa. Kembali Stefan Zach:

„Yang kami maksudkan sebagai biomassa di sini, adalah serpihan kayu yang merupakan sisa-sisa penggergajian. Pokokya dari kayu. Sungai Danube di sini memungkinkan transpor yang ramah lingkungan dan cukup murah. Kami punya pelabuhan sendiri, sebuah Taman Danube yang dapat kami gunakan untuk kegiatan bongkar muat kapal. Tapi saat ini kami di Austria tidak mendapat jumlah kayu yang mencukupi bagi sebuah fasilitas yang besar. Syarat untuk sebuah pembangkit tenaga listrik biomassa di lokasi ini adalah kontrak pemasokan kayu dalam jangka panjang."

Perlu serpihan kayu

Ini masih merupakan hambatan, ujar Stefan Zach. Walau begitu, sementara tetangga Austria, di antaranya Slowakia dan Ceko, berlomba merencanakan pembangunan reaktor nuklir, perusahaan besar energi EVN memoles reputasi Austria sebagai negara bebas nuklir. Eva Glawischnig, Ketua Partai Hijau Austria mengungkapkan:

„Hasil pemungutan suara dalam referendum mengenai Zwentendorf dulu itu, sangat, sangat tipis. Namun, delapan tahun kemudian keputusan rakyat itu terbukti benar begitu menyaksikan kecelakaan di Chernobyl yang dramatis itu. Austria merupakan salah satu negara di Eropa Barat yang paling terkena dampak peristiwa itu. Ini menimbulkan shock kolektif di Austria. Sejak saat itu, konsensus mengenai keluarnya Austria dari energi nuklir selalu melebihi 90 persen."

Stop Schild vor dem Kernkraftwerk in Biblis
Protes menentang reaktor atom Biblis, JermanFoto: AP

Di Austria, argumentasi penentang nuklir ditanggapi lebih serius daripada di negara lainnya. Misalnya dikemukakan bahwa tidak ada tempat penyimpanan limbah nuklir yang aman, karena tak seorang pun tahu, mau di kemanakan limbah itu dan di mana limbah yang mengandung unsur plutonium dapat disimpan dengan aman untuk jangka waktu sedikitnya 250. 000 tahun ke depan. Juga diketahui bahwa cadangan uranium yang diperlukan oleh sebuah reaktor nuklir, cepat atau lambat akan habis. Di samping itu disadari bahwa pembongkaran sebuah reaktor nuklir dan transportasi elemen-elemen bakar nuklir serta limbahnya juga menghasilkan CO2. Dan kenyataan ini bertentangan dengan argumentasi mengenai bentuk energi nuklir yang netral CO2.

Listrik tenaga nuklir juga digunakan di Austria

Tetapi pada kenyataannya, industri dan rumah tangga Austria juga menggunakan listrik tenaga nuklir. Demikian kritik Silva Hermann, pakar nuklir dari organisasi lingkungan "Global 2000":

"Kenyataannya, Austria sejak beberapa tahun ini menggunakan lebih banyak energi listrik dari jumlah yang diproduksinya. Karena itu, Austria mengimpor listrik, terutama dari Jerman dan Ceko. Pada tahap ini, porsi listrik energi nuklir diperhitungkan antara lima dan sepuluh persen. Menurut perkiraan kami, perusahaan-perusahaan penyaluran energi Austria memiliki porsi listrik tenaga nuklir yang lebih besar. Ini karena mereka melakukan perdagangan lisktrik dalam ukuran yang jauh lebih besar."

Listrik bebas nuklir bagi pelanggan

Perusahaan-perusahaan Austria belanja di bursa-bursa listrik tenaga nuklir dan kemudian juga menjualnya kembali. Listrik ini tidak harus selalu untuk keperluan rumah tangga. Namun, pembelian ini tentunya menciptakan sebuah pasar listrik tenaga nuklir. Menurut erhitungan "global 200", berkisar antara 20 persen.

Ini tentunya tidak berlaku bagi EVN. Perusahaan energi di reaktor nuklir Zwentendorf ini menyalurkan listrik yang 100 persen bebas nuklir kepada pelanggannya.

Helle Jeppesen/Christa Saloh

Editor: Hendra Pasuhuk