1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Barat Bingung Hadapi Revolusi di Dunia Arab

1 Maret 2011

Barat bereaksi terlambat dan kebingungan menanggapi revolusi politik di Afrika Utara dan Timur Tengah.

https://p.dw.com/p/10RHp
Sidang Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat sahkan sanksi terhadap Gaddafi.Foto: picture alliance/dpa


Reaksi barat terhadap berbagai kerusuhan di negara-negara Arab menjadi tema komentar dalam tajuk sejumlah harian internasional.

Harian konservatif Spanyol ABC dalam tajuknya berkomentar : Barat amat sulit menemukan reaksi yang selayaknya menanggapi aksi kerusuhan yang merebak di dunia Arab. Padahal para pembangkang, menurut keterangannya sendiri, bergerak untuk memperjuangkan tata nilai yang berbasis sistem politik di Eropa dan Amerika Serikat. Gerakan perlawanan rakyat di berbagai negara Arab itu memang tidak seragam. Akan tetapi ada satu persamaannya. Yakni, semakin lama aksinya digelar, maka situasi kacau balau akan semakin meluas. Hal itu bukanlah kontribusi positif untuk memberikan keamanan di pasar. Padahal inilah yang diperlukan, untuk menciptakan kemakmuran yang diharapkan negara-negara Arab.

Harian Belanda NRC Handelsblad dalam tajuknya berkomentar : Apa yang dari luar terlihat sebagai revolusi, sebetulnya lebih banyak merupakan proses tawar menawar antara penguasa dan perwakilan oposisi. Misalnya di Yaman, Bahrain atau di Oman. Sebuah ritual tawar menawar, yang dibarengi jatuhnya korban jiwa untuk menggapai kebebasan. Namun di Libya masalahnya berbeda. Perlawanan rakyat di negara itu, memiliki karakter sebuah perang berdarah, antara rakyat dan tentara yang desersi melawan Muammar al-Gaddafi dan tentara bayarannya. Karena itulah masyarakat internasional membunyikan tanda bahaya bagi Libya. Ditandai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB, yang merupakan langkah pertama bagi peluang ikut campur. Di Libya, kelihatannya perlawanan rakyat merupakan langkah yang sudah amat jauh, di jalan sebuah revolusi yang sebenarnya.

Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung juga mengomentari dipertajamnya tindakan masyarakat internasional terhadap Libya. Aksi yang diputuskan, nyaris tidak bermanfaat, untuk dapat berdampak segera dan nyata dalam waktu dekat. Sebuah rezim yang sudah terpojok dan berjuang untuk kelangsungan hidupnya, tidak akan dapat digerakkan dengan larangan bepergian ke luar negeri atau pemblokiran rekening banknya di luar negeri. Embargo senjata juga diterapkan amat terlambat. Pada prinsipnya Dewan Keamanan PBB mengakui kewajibannya, harus melindungi rakyat sipil Libya dari aksi kekerasan. Akan tetapi, yang sangat memprihatinkan, untuk memenuhi kewajibannya Dewan Keamanan hanya menetapkan tindakan terbatas. Terutama, untuk sementara Dewan Keamanan menutup kemungkinan menetapkan larangan terbang dan dilancarkannya aksi militer.

Terakhir harian Jerman Neue Osnabrücker Zeitung berkomentar : Uni Eropa memutuskan sanksi terhadap Libya dan dengan itu bereaksi lebih cepat dibanding kasus-kasus serupa. Akan tetapi, juga sekarang ini Uni Eropa memerlukan waktu terlalu lama, untuk dapat mencapai haluan bersama dan sepakat menentang Muammar al Gaddafi serta keluarganya. Di sini terlihat, PBB dan Amerika Serikat lebih mampu bertindak. Di masa depan, politik luar negeri Uni Eropa tidak boleh terus bersikap lamban. Menimbang kemungkinan gelombang pengungsi lewat Laut Tengah, Uni Eropa harus bersuara bulat dan memberikan perspektif kepada generasi muda Arab di Afrika Utara. Solusi masalahnya bukan hanya sekedar membangun Eropa menjadi sebuah benteng.

Agus Setiawan/dpa/afp

Editor : Ayu Purwaningsih