1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Bencana

Bantuan Palu Terhambat, Korban Mulai Putus Asa

2 Oktober 2018

Lambatnya penyaluran bantuan empat hari setelah gempa bumi dan tsunami melanda Palu memupus harapan korban. Terutama kawasan terdampak bencana di luar Palu hingga kini belum bisa diakses lantaran jalan yang terputus.

https://p.dw.com/p/35qYd
Erdbeben und Tsunami in Indonesien
Foto: Reuters/Antara Foto

Rasa putus asa berubah jadi amarah ketika penyaluran bantuan masih tersendat empat hari setelah bencana gempa bumi dan tsunami meluluhlantakkan Palu dan wilayah di sekitar.

"Perhatikan Donggala pak Jokowi, perhatikan Donggala," pekik seorang penduduk dalam siaran sebuah stasiun televisi. "Masih banyak desa yang belum diperhatikan di sini."

Saat ini fokus penyelamatan dan evakuasi masih berkisar pada kota Palu, di mana lebih 840 orang resmi dikonformasi meninggal dunia. Lantaran akses jalan yang terputus, tim penyelamat kesulitan menyalurkan bantuan ke Donggala dan wilayah di sekitar. Bupati Donggala, Kasman Lassa, mengimbau penduduk hanya mengkonsumsi makanan yang diambil dari toko-toko.

Baca Juga: Pemasangan Pendeteksi Dini Tsunami Baru Terhambat Devaluasi Rupiah?

"Semua orang kelaparan dan mereka ingin makan setelah beberapa hari tidak makan," kata bupati Donggala. "Kami mengantisipasi dengan menyediakan makanan, nasi, tapi tidak cukup. Ada banyak orang di sini. Jadi dalam kasus ini kami tidak bisa memaksa mereka untuk bertahan lebih lama lagi."

Korban gempa mulai putusa asa

Keputusasaan merebak di antara korban yang selamat. Jalan-jalan kota Palu misalnya dipenuhi papan permintaan bantuan, "Kami butuh makanan" atau "kami butuh bantuan," sementara anak-anak terpaksa mengemis dan antrian kendaraan memenuhi stasiun pengisian bahan bakar.

Pusat episentrum gempa bumi di Sulawesi Tengah
Pusat episentrum gempa bumi di Sulawesi Tengah

Hingga berita ini diturunkan, tim penyelamat gabungan masih berusaha menemukan korban yang terperangkap reruntuhan gedung. Namun minimnya ketersediaan alat berat mempersulit proses evakuasi. "Situasi ini terutama bisa disimak di Balaroa, di mana gempa bumi meruntuhkan sejumlah bangunan", kata Jurubicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho.

Sementara Siti Hajat, seorang penduduk lokal, kepada stasiun televisi MetroTV mengatakan: "Saya dan sekitar 50 orang di Balaroa berhasil menyelamatkan diri dengan menaiki gundukan tanah yang naik semakin tinggi dan tinggi." 

Gempa memicu likuifikasi tanah di Petobo dan menciptakan gelombang lumpur berat yang berdaya rusak tinggi. "Di Petobo diperkirakan masih ada ratusan korban yang tertimbun lumpur," kata Sutopo.

Baca Juga: Pers Internasional Tentang Bencana Tsunami Palu dan Donggala

Angka korban jiwa akan terus naik 

Angka korban jiwa diyakini masih akan terus melonjak. Pasalnya tim penyelamat belum mampu mengakses kawasan terpencil. Donggala, Sigi dan Parigi Moutong yang belum terjamah memiliki populasi total sebanyak 1,2 juta orang dan termasuk kawasan yang paling parah terdampak bencana.

Situasi yang traumatis mendorong sekitar 3.000 penduduk memadati bandar udara di kota Palu. Mereka berusaha menumpang pesawat TNI Angkatan Udara atau maskapai swasta yang masih beroperasi untuk secepatnya keluar dari wilayah bencana. Sebagian penduduk dikabarkan kehabisan sabar lantaran tidak mendapat tempat di dalam pesawat.

"Kami sudah tiga hari tidak makan!" teriak seorang perempuan dalam rekaman laporan MetroTV. "Kami hanya ingin selamat."

Sementara itu semakin banyak negara memastikan bakal mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Indonesia. Saat ini sepuluh negara sudah menjanjikan bantuan, antara lain Amerika Serikat, Australia, Inggris, Cina dan Jerman. "Kami akan kirimkan makanan hari ini, sebanyak mungkin, dengan beberapa pesawat Hercules," kata Presiden Joko Widodo kepada wartawan di Jakarta.

rzn/as (ap,rtr)

Pemakaman Massal Korban Gempa Palu