1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Banjir Besar Hantam Pakistan, Korban Jiwa Tembus 1.000 Orang

29 Agustus 2022

Di saat pemerintah berusaha mengevakuasi warga, sejumlah daerah juga tengah bersiap untuk menghadapi banjir lainnya. Menteri Perubahan Iklim Pakistan Sherry Rehman mengatakan negaranya kini "menyerupai lautan kecil."

https://p.dw.com/p/4GABW
Seorang pria tengah mencari puing-puing di rumahnya yang porak poranda akibat banjir.
Jumlah korban tewas akibat banjir dahsyat di Pakistan menembus angka 1.000 jiwaFoto: Zahid Hussain/AP/dpa/picture alliance

Menteri Perubahan Iklim Pakistan Sherry Rehman mengatakan bahwa negaranya sedang mengalami "bencana iklim yang serius" dengan jumlah korban tewas akibat banjir dahsyat menembus angka 1.000 jiwa pada hari Minggu (28/08).

"Kami harus mengerahkan angkatan laut untuk pertama kalinya beroperasi di Pakistan karena sebagian besar wilayah menyerupai lautan kecil," kata Rehman kepada DW.

Lebih dari 100 orang tewas dalam satu hari terakhir saja, kata pejabat berwenang, dengan sebagian besar korban baru dilaporkan di provinsi tenggara Sindh dan provinsi barat laut Khyber-Pakhtunkhwa. Rehman mencatat kondisi cuaca ekstrem yang melanda Pakistan tahun ini sebagai bukti dunia tengah mengalami krisis iklim.

"Kondisi ini sudah dimulai dari awal Maret, akhir Februari, ketika kami langsung berpindah dari musim dingin ke musim semi. Pakistan menjadi salah satu tempat terpanas di planet ini, melebihi 53 derajat Celsius di selatan. Dan itu memicu kebakaran hutan di sepanjang musim yang harus kami lawan, di daerah yang tutupan hutannya sudah semakin sedikit," kata Rehman.

Dua perempuan di Mingora, Lembah Swat, membawa kayu di dekat rumah yang rusak
Banjir dari Sungai Swat telah berdampak ke puluhan ribu warga Khyber-PakhtunkhwaFoto: Abdul Majeed/AFP/Getty Images

Dukungan internasional

Menteri Pembangunan Ahsan Iqbal mengatakan kepada kantor berita EFE bahwa "beberapa negara telah menjanjikan bantuan yang sedang dalam perjalanan, tetapi kami membutuhkan lebih banyak bantuan untuk jutaan orang yang terkena dampak banjir ini."

Amerika Serikat (AS), Inggris, Cina, dan Uni Emirat Arab (UEA) termasuk di antara negara-negara yang telah menjanjikan dukungan tersebut. Kantor Perdana Menteri Pakistan mengatakan bahwa pengiriman pertama dari bantuan tersebut telah sampai di pangkalan udara Noor Khan dekat ibu kota Khyber-Pakhtunkhwa Rawalpindi. Sebanyak 15 pesawat lainnya yang juga mengirimkan bantuan akan tiba dalam beberapa hari mendatang.

Paus Fransiskus pada hari Minggu (28/08) mengatakan bahwa dia ingin memastikan "kedekatannya dengan warga Pakistan yang tengah dilanda bencana banjir” dan berdoa "untuk banyak korban yang terluka dan yang dievakuasi, dan agar bantuan solidaritas internasional segera datang dengan dermawan," ungkapnya saat tengah berziarah ke kota Italia L'Aquila yang dilanda gempa bumi paling mematikan pada tahun 2009 silam.

Rehman juga menyerukan bantuan internasional. "Saya tidak ingin diganggu oleh komunitas Barat yang menjadi kaya dengan membakar bahan bakar fosil. Kami kurang dari 1% penghasil emisi di dunia," katanya.

Seorang penduduk dari lingkungan terdekat melihat skala ketinggian air sungai Indus dalam banjir yang melanda Sukkur di provinsi Sindh
Hampir 300.000 rumah hancur, banyak jalanan tidak dapat dilalui dan pemadaman listrik meluasFoto: Asif Hassan/AFP/Getty Images

Bencana terdahsyat

Banjir dari Sungai Swat yang terjadi selama semalaman pada Minggu (28/08) telah meluas ke provinsi Khyber Pakhtunkhwa barat laut, di mana puluhan ribu orang, terutama di distrik Charsadda dan Nowshehra, telah dievakuasi dari rumah mereka ke kamp-kamp bantuan yang didirikan di gedung-gedung pemerintah.

Banyak juga yang berlindung di pinggir jalan, kata juru bicara pemerintah provinsi setempat Kamran Bangash. Dia mengatakan ada sekitar 180.000 orang telah dievakuasi dari Charsadda dan 150.000 orang lainnya dari desa distrik Nowshehra.

Seorang warga Khaista Rehman, 55 tahun, tengah berlindung dari bencana bersama istri dan tiga anaknya di sisi jalan raya Islamabad-Peshawar setelah rumahnya di Charsadda terendam air semalaman.

"Alhamdulillah kini kami aman di jalanan ini, cukup tinggi dari daerah banjir,” katanya. "Tanaman kami hilang dan rumah kami hancur, tetapi saya bersyukur kepada Allah bahwa kami masih hidup dan saya akan memulai kembali kehidupan bersama putra-putra saya.”

Musim hujan terderas yang belum pernah terjadi sebelumnya ini telah menghantam keempat provinsi di Pakistan. Hampir 300.000 rumah hancur, banyak jalanan tidak dapat dilalui, dan pemadaman listrik meluas, benar-benar berdampak pada jutaan warga Pakistan saat ini.

Bantuan lebih diperlukan setelah banjir 'mereda'

Pakistan lebih membutuhkan bantuan keuangan untuk mengatasi banjir besar tersebut, kata Menteri Luar Negeri Pakistan Bilawal Bhutto-Zardari pada hari Minggu (28/08). Dia juga berharap lembaga keuangan seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dapat memperhitungkan dampak bencana ini terhadap perekonomian di Pakistan.

"Saya belum pernah melihat kehancuran dalam skala sebesar ini, saya merasa sangat sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata, itu sungguh luar biasa," kata Bhutto-Zardari dalam sebuah wawancara dengan Reuters.

"Jelas ini akan berpengaruh pada situasi ekonomi secara keseluruhan," tambahnya.

Negara Asia Selatan itu sudah berada dalam krisis ekonomi, menghadapi inflasi yang tinggi, mata uang yang terdepresiasi, dan defisit transaksi berjalan. Dewan IMF akan memutuskan pada pekan ini apakah akan mengeluarkan $1,2 miliar sebagai bagian dari bailout Pakistan tahap ketujuh dan kedelapan, yang masuk pada tahun 2019 silam.

"Ke depan, saya berharap tidak hanya IMF, tetapi komunitas internasional dan lembaga internasional untuk benar-benar memahami tingkat kehancuran ini," ungkap Menlu Pakistan itu.

Bhutto-Zardari, putra mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto, menjelaskan bahwa dampak banjir terhadap ekonomi Pakistan diperkirakan dapat mencapai angka $4 miliar. Mengingat dampaknya terhadap infrastruktur dan mata pencaharian masyarakat, dia juga memperkirakan jumlah totalnya akan jauh lebih tinggi dari itu.

"Pada tahap berikutnya, ketika kita melihat ke arah rehabilitasi dan rekonstruksi, kita akan melakukan pembicaraan tidak hanya dengan IMF, tetapi dengan Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia,” tambah Bhutto-Zardari.

kp/ha (AP, AFP, dpa, Reuters, Lusa, EFE)