1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ban Ki Moon Bertemu Bush

17 Januari 2007

Dua pekan setelah memulai masa dinasnya, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa Ban Ki Moon mengadakan kunjungan ke Washington dan bertemu dengan Presiden Amerika Serikat George W. Bush.

https://p.dw.com/p/CIvo
Ban Ki Moon
Ban Ki MoonFoto: AP

Tema yang diangkat dalam agenda pembicaraan cukup banyak, antara lain situasi di Timur Tengah, Iran, Irak, Darfur, Korea Utara, Somalia, pencapaian tujuan pembangunan milenium dan perubahan iklim. Pergantian pucuk pimpinan PBB memberikan arah baru hubungan Amerika Serikat dengan organisasi internasional tersebut.

Ketika Kanselir Jerman Angela Merkel berkunjung ke Washington, George W. Bush menekankan, PBB merupakan institusi penting untuk menunjukkan pada dunia internasional bahwa Amerika Serikat dapat mengambil alih tugas-tugas sulit.

Saat Sekjen baru PBB Ban Ki Moon berkunjung, Bush juga mengatakan hal yang sama. Bush menyatakan, Ban Ki Moon dikenal menjunjung tinggi demokrasi dan kebebasan. Karenanya Bush mengatakan, Amerika Serikat ingin bekerja sama dengan PBB untuk menjaga perdamaian dan kebebasan. Menurut Bush, dirinya dan Ban Ki Moon telah membicarakan masalah Timur Tengah, Iran, Korea Utara dan Darfur. Salah satu agenda utama Ban Ki Moon sebagai Sekjen PBB adalah penyelesaian krisis di Darfur. Pada Sekjen PBB, Bush menyatakan:

"Terima kasih atas komitmen Anda untuk membantu rakyat yang menderita di Darfur. Saya ucapkan semoga sukses dalam menangani masalah rumit, yakni meyakinkan Presiden Sudan untuk mengizinkan masuknya pasukan perdamaian Uni Afrika, atas izin masyarakat internasional, untuk menciptakan keamanan dan perdamaian."

Amerika Serikat memang turut mendukung Ban Ki Moon dalam pemilihan Sekjen PBB. Kepada Bush, Ban Ki Moon menjelaskan, PBB memerlukan dukungan Amerika Serikat di segala bidang. Ban mengatakan:

"Saya percaya PBB dan Amerika Serikat memiliki tujuan yang sama, perdamaian dan keamanan, kebebasan dan demokrasi. Amerika Serikat juga berusaha untuk mencapai hal-hal tersebut. Saya harap saya dapat bekerja sama dengan pemerintah dan presiden Amerika Serikat untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut."

Perserikatan Bangsa-bangsa kini berada dalam situasi rumit. Kofi Annan mewariskan tugas-tugas yang belum terselesaikan. Rencana reformasi PBB dan Dewan Keamanan merupakan masalah yang belum sempat diselesaikan Annan, sementara krisis di Darfur dan beberapa wilayah di dunia juga tidak dapat diselesaikan PBB. Citra Amerika Serikat di PBB juga rusak. PBB ingat, Amerika Serikat beserta sekutunya melancarkan Perang di Irak tanpa restu PBB.

Sekjen baru PBB sangat ingin membangun hubungan dekat dengan Amerika Serikat. Hal itu merupakan langkah yang sulit. Langkah keliru pertama yang dilakukan Ban Ki Moon adalah pelanggarannya terhadap Piagam PBB mengenai larangan hukuman mati melalui pernyataannya setelah eksekusi Saddam Husein. Kala itu ia menyatakan bahwa pernyataannya setelah eksekusi Saddam Husein. Ketika itu ia mengatakan bahwa tiap negara anggota PBB memiliki hak untuk melaksanakan hukuman mati.

Akibatnya banyak kritik ditujukan pada Sekjen PBB Ban Ki Moon, bahwa dirinya ingin menjadi anak emas Amerika Serikat. Kemudian Ban Ki Moon menarik ucapannya dan mengecam hukuman mati terhadap pengikut Saddam. Ban Ki Moon juga menuntut hal sama seperti yang dilakukan Kofi Annan, yakni menutup penjara Guantanamo.

Kebijakan Bush mengenai PBB juga berubah. Bush memilih Zalmay Khalilzad yang fasih berbahasa Arab sebagai penerus Duta Besar Amerika Serikat di PBB John Bolton yang dikenal rusuh.

Di lain sisi, Bush masih menunjukkan itikad baik. Tujuan serangan di Somalia diinformasikan kepada Dewan Keamanan. Serangan tersebut secara tidak langsung disinggung Ban Ki Moon. Dia menyatakan serbuan Amerika Serikat ke Somalia dapat memicu kekerasan lebih lanjut.