1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bakteri E. Coli Terbukti Ditemukan Pada Kecambah

10 Juni 2011

Dalam mencari sumber infeksi EHEC, para pakar untuk pertama kalinya berhasil membuktikan sumber bakteri E. Coli 0104 dari pabrik kecambah di Bienenbüttel, Niedersachsen. Peringatan untuk ketimun, tomat dan selada dicabut

https://p.dw.com/p/11YRf
KecambahFoto: Fotolia/ExQuisine

Penyebab penyakit bakteri E. Coli 0104 untuk pertama kalinya berhasil ditemukan pada kecambah di negara bagian Nordrhein Westfalen (NRW). Kemasan kecambah yang sudah dibuka berada di tempat sampah sebuah rumah di dekat Bonn. Demikian disampaikan Menteri Perlindungan Konsumen Nordrhein-Westfalen Johannes Remmel Jumat (10/06). Dua dari tiga anggota keluarga yang tinggal di kawasan Königswinter memakan kecambah tesebut dan sejak pertengahan Mei terkena infeksi bakteri E. Coli. Menurut keterangan kementerian perlindungan konsumen, sejauh ini diketahui kecambah itu berasal dari pabrik penanaman kecambah Bienenbüttel. Dengan demikian untuk pertama kalinya ditemukan rantai hubungan kecambah yang terkena bakteri 0104 dari pabrik di Bienenbüttel dengan pasien yang terjangkit penyakit bakteri E. Coli tsb. Kondisi ibu dan anak perempuan keluarga itu masih parah akibat terinfeksi bakteri E. Coli dan belum dapat ditanyai. Tapi sang ayah tidak memakan kecambah itu dan kemudian membawa kemasan kecambah yang belum dibuka ke badan pemeriksa. Namun Menteri Perlindungan Konsumen NRW Remmel menambahkan, karena baru kemasan terbuka yang diselidiki, sisanya masih belum pasti. Larangan mengkonsumsi tomat, ketimun dan selada sayur dicabut. Tapi Menteri Pelindung Konsumen Nordrhein Westfalen (NRW) Johannes Remmel menekankan warga tetap diminta untuk menjaga kondisi higienis dengan ketat dan berhati-hati dalam mengkonsumi bahan makanan mentah. Penelitian tambahan sementara ini dilakukan oleh Badan Penilaian Risiko Jerman.

Sebelumnya Jumat (10/06) pagi di Berlin, ketua Robert Koch Institut Reinhard Burger sudah menyampaikan dugaan kuat kecambah sebagai penyebab epidemi bakteri E. Coli. "Kesimpulan menentukan mengenai sumbernya memberikan proses penelitian baru yang dilakukan oleh para ilmuwan RKI, dengan studi kohor. Dengan proses itu dapat diketahui jalur epidemologis penyebab munculnya epidemi kemungkinan besar akibat mengkonsumsi kecambah."

Menteri Perlindungan Konsumen Jerman Ilse Aigner bersikap menahan diri. Dikatakannya berbagai analisa masih berlangsung, masih banyak jejak yang harus ditelusuri kembali. Juga antara lain masih belum jelas bagaimana bakteri itu dapat berada pada kecambah.

Sementara Menteri Kesehatan Jerman Daniel Bahr menekankan, setelah pembatasan kemungkinan sumber bakteri E. Coli pada kecambah, bagi warga kini lebih jelas bagaimana mereka dapat melindungi diri. Dijelaskan Menteri Kesehatan Bahr jumlah infeksi baru memang jelas menurun. Situasi di berbagai rumah sakit akan kembali normal. Tapi peringatan epidemi bakteri E. Coli masih belum dapat dicabut. Juga Ketua Robert Koch Institut, Reinhard Burger menyampaikan epidemi itu belum berlalu. Akibat epidemi bakteri E. Coli (EHEC), di Jerman 32 orang tewas dan lebih dari 4000 orang terjangkit bakteri E Coli yang berbahaya itu.

Meskipun dicabutnya peringatan untuk ketimun, tomat dan selada, pakar sektor pertanian menyampaikan kepercayaan mengkonsumsi sayuran amat terguncang. Ketakutan secara emosional masih ada dan akan tetap ada. Ketua perhimpunan petani Jerman Gerd Sonnleitner menyampaikan kerugian petani sayuran akibat peringatan mengkonsumsi sayuran sehubungan epidemi bakteri E. Coli sekitar 65 juta Euro di Jerman, dan antara 500 sampai 600 juta Euro di tingkat Eropa.

Rusia yang sejak 2 Juni lalu menerapkan embargo terhadap sayuran dari Uni Eropa, sementara ini hanya akan mengijinkan kembali impor sayuran dari ke-27 negara Uni Eropa dengan jaminan keamanan. Presiden Rusia Dmitri Medvedev dan pimpinan Komisi Eropa dalam pertemuan puncak di kota Nishni Novgorod membahas langkah berikutnya. Untuk ke depan masing-masing jenis sayuran diijinkan untuk diimpor jika laboratorium khusus mengujinya bebas bakteri E. Coli.

Dyan Kostermans/dpa/DW

Editor: Christa Saloh