1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bagaimana Virus Corona Menyerang Tubuh Kita?

13 Mei 2020

COVID-19 dikenal luas sebagai penyakit sistem pernapasan atau paru-paru. Tapi sebenarnya virus SARS-CoV-2 tidak hanya menyerang paru-paru, melainkan juga jantung, sistem saraf, dan kulit.

https://p.dw.com/p/3c96B
Virus Corona di Düsseldorf
Foto: picture-alliance/dpa/imageBROKER

Tentu saja, paru-paru dan saluran nafas menjadi fokus utama dalam penanganan COVID-19. Karena patogen SARS-CoV-2 terutama menyerang saluran pernafasan. Orang yang terinfeksi dan mengalami gejala sedang atau berat biasanya mengalami batuk kering, sesak napas, dan/atau pneumonia.

Namun, sekarang ada banyak indikasi bahwa virus itu juga menyerang organ-organ lain dalam skala cukup serius, terutama jantung, pembuluh darah, saraf, otak, ginjal, dan kulit.

Jantung

Beberapa penelitian dan makalah dari beragai negara, termasuk AS, Cina, dan Italia, menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 juga menyerang jantung. Bukti didasarkan tidak hanya pada kematian yang secara signifikan lebih tinggi daripada pasien COVID dengan penyakit kardiovaskular dan tekanan darah tinggi: Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa pasien dengan sejarah penyakit yang parah sering mengalami peningkatan biomarker darah, yang dilepaskan oleh sel otot jantung yang hancur dan sekarat. Pada banyak pasien yang sebelumnya sehat, infeksi virus terbukti menyebabkan miokarditis, atau radang otot jantung.

Apakah SARS-CoV-2 itu sendiri yang menyebabkan kerusakan pada jantung, atau kerusakannya terjadi karena reaksi kekebalan yang dipicu oleh infeksi, masih harus dilihat. Namun, kerusakan jantung akut juga telah terjadi di masa lalu pada beberapa pasien SARS dan MERS, dan patogen SARS dan MERS- terkait erat dengan SARS-CoV-2.

Paru-paru

Selama penyakit COVID-19, paru-paru terserang secara besar-besaran, tetapi kerusakannya tidak selalu berhenti di situ: Banyak pasien yang pulih menunjukkan fungsi paru-paru yang berkurang. Peneliti Tiongkok telah menemukan bercak kekeruhan di paru-paru pada beberapa orang yang telah pulih dari COVID-19, yang menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan organ permanen. Sekarang harus ada investigasi lebih lanjut untuk menunjukkan apakah pasien telah mengembangkan fibrosis paru, di mana jaringan ikat paru-paru meradang.

Stuttgart | virus corona | pmindaian komputer
Bercak keruh di paru-paru menunjukkan kerusakan organ permanenFoto: picture-alliance/dpa/S. Gollnow

Hal ini akan membuat oksigen lebih sulit mencapai pembuluh darah, dan membuat paru-paru menjadi kaku, sehingga pernapasan menjadi pendek dan cepat. Gangguan pernapasan, sesak napas, dan batuk kering adalah konsekuensinya. Akibatnya, kinerja fisik menurun dan bahkan kegiatan sehari-hari menjadi sulit.

Fibrosis paru tidak dapat disembuhkan, tetapi perkembangannya dapat ditunda dan kadang-kadang bahkan dihentikan, jika terdeteksi pada waktunya.

Sistem saraf

Pada lebih dari 80% pasien COVID-19 diamati adanya gangguan indra pengecap dan penciuman. Ageusia atau anosmia seperti itu terjadi pada awal infeksi. Gejala-gejala ini bisa menjadi diagnosis awal Covid-19. Karena pada infeksi flu biasa, yang dipicu oleh adenovirus, gangguan penciuman dan indra pengecap hanya terjadi pada stadium lanjut penyakit.

Gambar simbolis seorang wanita tengah mencium harum bunga
Saraf penciuman mengarah dari hidung melalui tulang tengkorak langsung ke otakFoto: Colourbox

Pengamatan yang tampaknya biasa-biasa saja ini menunjukkan, bahwa pada banyak pasien sistem saraf juga dipengaruhi oleh SARS CoV-2. Ini karena saraf penciuman mengarah dari hidung melalui tulang tengkorak langsung ke otak. Para peneliti dari Belgia menemukan bahwa sel-sel saraf berfungsi sebagai pintu gerbang bagi virus untuk masuk ke dalam sistem saraf pusat.

Kulit

SARS CoV-2 tampaknya juga menyebabkan kerusakan nyata pada organ terbesar tubuh manusia, yaitu kulit. Ada laporan dari beberapa negara bahwa pasien COVID-19 menunjukkan lesi kulit yang signifikan.

Lesi dermatologis kecil pada kaki terjadi terutama pada anak-anak dan remaja. Bercak ungu ini menyerupai yang disebabkan oleh campak atau cacar air pada anak-anak. Pada jari kaki, lesi biasanya menyerupai radang dingin atau membentuk pola retikuler, umumnya disebabkan oleh pembekuan darah di pembuluh darah kecil. Namun kadang-kadang tanda kemerahan dan ruam seperti gatal-gatal juga terjadi pada bagian tubuh lainnya.

Ada kemungkinan, perubahan warna kebiruan pada kulit disebabkan oleh pembekuan darah patologis, yang juga bisa disebabkan oleh SARS CoV-2.

(hp/rap)