1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikRusia

Bagaimana Putin Kukuhkan Kekuasaan Di Rusia Selama 25 Tahun

Juri Rescheto
9 Agustus 2024

Presiden Rusia Vladimir Putin telah berkuasa selama 25 tahun, sejak 9 Agustus 1999. Tidak ada indikasi bahwa kekuasaannya akan segera berakhir. Bagaimana dia melakukannya?

https://p.dw.com/p/4jFWA
Presiden Rusia Vladimir Putin
Presiden Rusia Vladimir PutinFoto: Evgenia Novozhenina/REUTERS

Selama dua puluh lima tahun terakhir, Vladimir Putin telah memimpin Rusia sejak ia diangkat menjadi perdana menteri oleh presiden saat itu Boris Yeltsin pada 9 Agustus 1999. Selama seperempat abad ini, dia juga telah memperkuat kekuasaan dan mengubah negaranya menjadi "kediktatoran pribadi terkuat di dunia", kata ilmuwan politik Rusia Mikhail Komin.

Dia mengatakan kepada DW, hal ini hanya mungkin terjadi karena selama seperempat abad berkuasa, Putin terus-menerus melemahkan semua institusi politik Rusia. "Semuanya bermula dari penghapusan otonomi daerah, jelas Komin. Kremlin menciptakan instrumen kontrolnya sendiri di wilayah Rusia dan meletakkan dasar bagi konsolidasi kekuasaan Putin.

Ilmuwan politik Rusia lainnya, Grigory Nishnikov, yang tinggal di Finlandia, berpandangan serupa. "Jika kita mengingat kembali masa-masa awal pemerintahan Putin di Rusia, kita dapat menunjuk pada beberapa pusat kekuasaan otonom, baik konstitusional maupun informal, seperti oligarki," katanya kepada DW.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

"Mereka semua membentuk semacam penyeimbang terhadap Kremlin." Tetapi Putin menghancurkan semua ini, memusatkan segalanya dan memfokuskan sistem kekuasaan Rusia pada dirinya sendiri.

Namun Grigory Nishnikov yakin, ini bukan satu-satunya alasan mengapa Vladimir Putin bisa bertahan begitu lama. Ada banyak kejadian selama dua puluh lima tahun terakhir yang dapat membahayakan kekuasaanya, yaitu:

- protes di Lapangan Bolotnaya Moskow setelah pemilihan parlemen tahun 2011,

- risiko ketidakstabilan di Krimea setelah semenanjung Ukraina itu dianeksasi pada 2014,

- kerusuhan yang terjadi setelah reformasi sistem pensiun yang kontroversial tahun 2018,

- protes besar-besaran mendukung mendiang kritikus Kremlin Alexei Navalny di seluruh Rusia selama beberapa tahun,

- dimulainya perang di Ukraina, disertai dengan protes di jalan-jalan di Moskow dan St Petersburg.

Melemahnya sistem peradilan

Namun, setiap tindakan perlawanan rakyat dijawab Putin dengan represi yang lebih besar lagi: "Dan musuh-musuh baru selalu tersingkir dalam peristiwa-peristiwa ini," kata Nishnikov. Jadi dia yakin, sekarang tidak ada lagi orang yang bisa menantang Putin. 

Freed Russian dissidents speak with reporters in Bonn

Mikhail Komin mengatakan, faktor penting lainnya yang memungkinkan Putin mempertahankan kekuasaan adalah pelemahan pengadilan yang terjadi pada masa jabatan kedua Putin. Jaksa agung yang setia kepada penguasa telah diberi kekuasaan yang lebih besar atas rekan-rekan bawahannya.

Akibatnya, kata Komin, pengadilan Rusia tidak lagi independen. Hal ini diperparah dengan perubahan sistem pemilu, yang menguntungkan Vladimir Putin dan partainya yang berkuasa, Rusia Bersatu.

'Kabinet Bayangan' Putin

Putin juga mengelilingi dirinya dengan semacam kabinet bayangan, menurut sosiolog Rusia Alexander Bikbov. Putin telah mengumpulkan orang-orang yang mempunyai kepentingan bisnis tertentu dengannya. Perusahaan mereka telah mendapatkan kontrak negara yang besar, yang menghasilkan banyak uang bagi mereka: "Putin selalu memegang kendali, dan secara pribadi terlibat dalam bisnis ini," kata Bikbov.

"Pada saat yang sama, citra Rusia dipoles di mata masyarakat. Semua aspek negatif dihapuskan, termasuk semua konflik masa lalu," kata Bikbov lebih lanjut. Dia menggambarkan hal ini sebagai "manipulasi memori sejarah kolektif." Hal ini juga memperkuat kekuasaan Putin. Narasi ini menggambarkan Rusia sebagai masyarakat dengan nilai-nilai tradisional dan kesetiaan tanpa syarat kepada penguasa.

Ketiga pakar yang diwawancarai oleh DW sepakat bahwa kecenderungan ini akan semakin meningkat di masa depan, dan Putin akan tetap berkuasa dalam jangka waktu yang lama.

"Masalahnya adalah tidak ada kandidat alternatif, dan tidak ada ruang untuk kandidat lain," kata Mikhail Komin. "Pemilu terakhir yang benar-benar dimenangkan Putin adalah pada tahun 2004. Sejak saat itu, segalanya menjadi tidak adil."

Grigory Nishnikov juga mengatakan,  masyarakat Rusia tidak melihat alternatif lain selain Putin. "Mereka selalu menginginkan pemimpin yang kuat untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah. Jika ada masalah, orang Rusia akan mengeluh tentang gubernur daerah, bukan tentang presiden, mereka bilang: Kalau Putin tahu, dia akan segera menyelesaikan masalah!” Inilah yang membuat Putin langgeng di kursi kekuasaan, kata Nishnikov.

(hp/as)